Mencari Kasih Sayang

Di tengah malam yang sunyi, Resa duduk di samping jendela, perhatiannya masih pada layar ponsel yang di pegangnya. Tiba-tiba, notifikasi pesan masuk dari Akang santri, laki-laki yang selalu membuatnya tersenyum dengan perlakuannya.

"Assalamualaikum dek, masih online aja, belum tidur?" tulis Akang santri.

Resa tersenyum dan membalas pesan tersebut. "Waalaikumsalam,akang juga kenapa belum tidur?"

"Gimana mau tidur, kamu aja masih nongkrong di pikiran aku," jawab Hasan dengan nada yang membuat Resa merasa tersentuh.

"Astaghfirullah, udah jam segini masih aja menggombal," tulis Resa dengan nada yang sedikit bermain.

"Kamu jangan deket-deket bunga yah," tulis Akang santri dengan nada yang membuat Resa penasaran.

"Kenapa emangnya?" tanya Resa.

"Nanti bunga nya layu, karna kalah cantik sama kamu," jawab Hasan dengan nada yang membuat Resa tersenyum salting.

Resa tidak bisa menahan tawa. "Emang ni Kang Santri, bisa aja gombalnya" batin Resa

"Tau gak, kenapa setiap malam aku susah tidur.?" tanya Hasan dengan nada yang sedikit serius.

"Kenapa lagi tuhhh?" tanya Resa dengan rasa penasaran.

"Soalnya aku takut," jawabnya dengan nada yang membuat Resa merasa penasaran.

"Takut kenapa emang?"

"Ya karna setiap malam aku selalu mimpiin kamu," jawabnya membuat Resa merasa tersentuh dan sedikit malu.

Resa merasa tersentuh dan sedikit malu dengan pengakuan Hasan. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan, sehingga hanya membalas pesan tersebut dengan beberapa kata yang singkat.

"Mimpimu tentang aku,pasti hanya mimpi biasa saja."

Namun, Hasan tidak membalas pesan tersebut dengan cepat. Resa merasa penasaran dan menunggu beberapa menit sebelum Akang membalas pesan tersebut.

"Tapi, aku tidak bisa berhenti memikirkan kamu, Resa," tulis dengan nada yang sedikit serius. "Aku merasa seperti ada sesuatu yang menghubungkan kita, sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan."

"Tapi, kita harus berhati-hati dan tidak terlalu berharap."

Namun, Hasan tidak membalas pesan tersebut dengan cepat. Resa merasa penasaran dan menunggu beberapa menit sebelum Akang santri membalas pesan tersebut.

"Tapi, aku tidak bisa berhenti berharap, Resa," tulisnya dengan nada yang sedikit serius. "Aku berharap bahwa suatu hari nanti, kita bisa bersama dan menikmati kebahagiaan yang sebenarnya"

Resa merasa tersentuh dengan pengakuan Hasan. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan, sehingga tidak membalas pesan tersebut.

Dan dengan itu, percakapan mereka berakhir. ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Namun, ia berharap bahwa suatu hari nanti, dengan siapapun dia bersama dirinya akan menikmati kebahagiaan yang sebenarnya..

Tangannya menggulir pesan lain yang belum sempat di buka tadi.

(Angkat dulu telponnya. Jangan kaya gini.sungguh,aku khawatir sama kamu)

Kemudian ponsel nya berdering lagi. Telpon dari hari telah masuk lalu resa mengangkat telpon tersebut dengan menggeser ikon berwarna hijau

(Hallo.Assalamualaikum Ai, akhirnya kamu angkat juga)

terdengar suara pria itu mengucapkan salam dengan suara yang lembut. Kemudian resa menjawab

(Waalaikumsalam.mau apa lagi om? )

(Ko bicaranya gitu? Panggil yang bener dong!) Resa hanya mendelik jengah dengan keluhan dari pria itu.

(Kata teh Mey, kenapa kamu gak angkat telpon dari dia?) tanya pria itu.

(Gak tahu,)jawab Resa singkat.

(Masa gak tahu? Coba di cek lagi HP nya. Ada nomor barukan. Itu teh Mey yang nelpon loh,)kata pria itu.

(Aku gak tahu, dia gak bilang,) jawab Resa.

(Ia gimana mau tahu sayang. Telponnya aja gak kamu angkat,)jawabnya lembut dengan disertai kekehan dari pria di seberang telpon.

(Aku gak nyuruh om ketawa yah,) tegur Resa dengan raut muka serius.

(Ia ia maaf ai. Habisnya aku gemes sama jawaban kamu sih,)kata pria itu.

(Ini yang bicara itu Hari Ramadhan bukan sih?) tanya Resa heran.

Pria di seberang sana mengerutkan kening merasa aneh dengan pertanyaan gadis itu. Kemudian, menyunggingkan senyumnya saat menyadari maksud dari pertanyaan sang kekasihnya itu.

(Iya. Ini aku ai. Kenapa? Kayanya kaget gitu yah, baru pertama kali dengar aku banyak bicara?) tanya pria itu.

Resa menganggukkan kepala, padahal orang di seberang sana sudah pasti tak akan melihatnya.

(Kamu akan melihat sisi lain dari si Hari yang kamu lihat irit bicara ini Ai. Kamu orang yang beruntung bisa dengar aku banyak bicara kaya gini. Orang lain belum tentu)kata pria itu.

(Masa? Termasuk sama Bi Ika juga?) tanya Resa.

(Iya) jawab hari

(Tuh kan. Kayanya keputusan aku udah tepat,) kata Resa.

(Eit, jangan salah paham Ai. Aku iyain ucapan aku yang hanya banyak bicara sama kamu loh. Sama yang lain mah mana pernah Ai! Kalau gak percaya tanya aja sama rekan kerja yang lain di konveksi dan kamu juga bisa lihat interaksi aku sama mereka gak seperti yang umumnya iya kan?)tanya pria itu.

(Hemmm,) jawab Resa singkat.

(Nah sekarang kenapa kamu yang irit bicara? Masa jawabnya cuman ham hem aja?)tanya hari dengan suara yang masih terdengar lembut.

(Gak mood,) jawab Resa masih dengan nada jutek.

(Ya sudah gak papa. Kali ini, biar aku aja yang bicara yah?)kata hari masih dengan nada yang sabar.

(Terserah)

Arti "terserah" Dalam kamus perempuan, salah satunya adalah malas bicara.hal ini biasanya hanya  di tunjukkan pada orang tertentu saja,sebab ada rasa kesal yang menggelayuti.

Dan hal itu hanya di tanggapi dengan senyuman dan kesabaran seorang hari ramadhan.bagi dirinya yang sudah berpengalaman dalam rumah tangga,hal seperti ini sudah tak asing lagi.apa lagi gadis yang ia hadapi bisa dibilang masih remaja.emosinya masih labil gampang meledak ledak dan gampang terpengaruh juga.

Ya,mesti ekstra bersabar aja om. Ia om.bukan begitu ia, panggil sayang dari Resa mu itu om.hehehe aku becanda.jangan melotot gitu, author jadi takut deh sama tatapan tajam dari Hari Ramadhan. Ya udah aku tak sambung lagi deh telponnya yah. Selamat bercengkrama dengan sang pujaan, bay bay.

(Aini)

(Hemm)

Teh mey nitip pesan,biar di sampaikan sama kamu.)

(Teh mey siapa? )

(Ya teh mey!)

(Aku gak kenal)

(Astaghfirullah Ai,ya udah. Kamu manggilnya apa ya?) Ucap Hari yang masih bisa sabar ngadepin mode juteknya si Resa (ah yah.maksudnya bu Amelia Ai.kata bu Amelia,besok harus masuk kerja lagi.kerjaan kamu gak ada yang handel )

(Aku gak mau.males di ributkan bi ika.Nanti dibilang wanita tak tahu diri dan tak tahu terima kasih lagi karena udah coba coba deket sama kamu,apa lagi sampe jadi tunangan kamu segala.dan entah kata kata apa lagi yang bakalan di ucapin bi ika besok besok .lebih baik aku berhenti aja. )

(Dan yah,aku akan kembalikan cincin pemberian kamu om.)

(Loh.loh.kamu ngomong apa sih ai. Kenapa tiba tiba kamu kaya gini.aku udah bilang tadi. Kalau,bi Ika buat kamu gak nyaman.itu biar jadi urusan aku. Aku udah bicara sama dia buat gak ganggu kamu lagi ko)

(Maaf om.jujur aku gak siap denger  gunjingan dari para tetangga.tentang rumor yang udah bi ika sebarin.jadi,biar adil buat dia dan gak mengusik kedamaian aku. Aku memutuskan untuk mundur dari kerjaan dan mundur dari hubungan ini juga om. bi ika merasa dirinya lebih baik untuk dampingi om . Aku gak ada apa apanya di banding dia.maaf.aku tertekan dengan kenyataan yang banyak diperbincangkan orang-orang)

(Kamu gak boleh, nyerah gitu aja Ai. Kamu percaya sama aku yah.biar masalah ini aku yang selesaikan.kamu gak usah khawatir.)

(Gak usah om.keputusan aku untuk berhenti udah bulat. Biar bi Ika gak ungkit ungkit lagi tentang jasa dia karena udah masukin aku kerja disana)

(kita hadapi ini bareng bareng.aku akan berusaha buat lindungi kamu.bahagia kamu paling utama Ai)

(Om.apa ada sesuatu yang di sembunyikan dari aku? Aku harap om jujur )

(kamu percaya sama aku Ai.Aku mencintai kamu dengan tulus.apa kamu gak merasakan itu)

Resa masih tak bergeming dari tempat duduk nya. Dia menerawang pada sikap dan perhatian yang hari berikan selam ia dekat dengannya.memang belum terlalu lama.untuk mengenalnya lebih jauh lagi.tapi mengingat perhatiannya dari muali hal terkecil pun. Itu sudah membuktikan keseriusan pria itu

(Entah lah om.beri aku waktu untuk mempertimbangkan lagi)

(Apa tak se berati itu aku di mata kamu ai.bahkan kamu  memanggilku dengan sebutan om. Aku calon suami kamu loh. Bukan om kamu)

Resa tersenyum kecut setelah membaca pesan itu.pria itu memang tak suka jika Resa memanggilnya om. Padahal umur nya sangat pantas untuk panggilan itu. Bila di sandingkan dengan Resa sangat ketara perbedaan umur nya yang sangat jauh.

(Aku hanya perlu waktu sendiri dulu)

(Aku emang gak pantes untuk di perjuangkan Ai.aku ibarat sampah tak berguna.apa sebegitu tak Pantasnya aku buat kamu Ai.apa memang aku layak untuk di buang gitu aja)