Untuk menyembunyikan aib kakaknya. Alora terjebak hubungan dengan cowok misterius yang dijuluki si buruk rupa di sekolahnya
Siapa sangka dari hubungan tidak terduga itu timbul benih cinta, yakin cowok tersebut buruk rupa? Tetapi kenapa Alora sampai menyukainya, bahkan memberi cinta utuh untuknya, atau ada alasan dibalik julukan buruk rupa itu?
Cerita ini mengandung adegan sedikit kelewatan ya? haha.. menceritakan kenakalan remaja yang pernah hidup di negara luar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertahan
Alora duduk ditemani Nila, sedari tadi gadis itu masih diam, entah karena malu mengingat kejadian tadi ketika dengan Sean atau kembali merasa canggung dengan wanita muda di hadapan nya itu.
"Non Ara kalau mau istirahat biar saya antar ke kamar aden," ujar Nila membuat Alora mendongak.
Gadis itu buru-buru menggeleng disertai dengan senyuman tipis. "Nggak usah kak," balas Alora sopan.
Memang Nila lebih pantas dipanggil 'kak' bahkan mungkin usia Nila juga sama dengan Aluna.
"Baiklah kalau begitu, atau mungkin non Ara bosan di sini, biar aku antar ke ruangan den Sean aja," tutur Nila lagi.
Alora kembali menggeleng sebagai jawaban, ia tidak ingin bersama Sean sekarang, sementara cowok itu sendiri sedang bersama dengan teman-temannya. Alora sangat menghindari itu, bahkan jika bisa Alora ingin sekali pulang sekarang, namun ia kesal karena ia datang bersama dengan Sean, lebih gilanya lagi Sean mengambil ponsel miliknya sebelum meninggalkan dirinya bersama dengan Nila.
Memang Nila ditugaskan Sean untuk menemani Alora, karena gadis itu menolak untuk ikut bergabung bersama dengan Sean dan teman-teman nya. Jelas saja Alora menolak, ia masih punya malu setelah apa yang terjadi.
"Nggak perlu kak, sebenarnya aku pengen pulang," cicit Alora, ia meringis setelah mengatakan itu.
Nila terlihat mengangguk. Namun ia sudah ditugaskan untuk menjaga Alora agar tidak pergi. Lihat saja dengan Sean menyita ponsel Alora itu sudah sangat jelas jika Sean menahan Alora agar tidak pergi.
"Kak," panggil Alora seketika membuat lamunan Nila tersadar.
"Kenapa non Ara?"
"Panggil Ara aja kak, nggak usah pakai non," jelas Alora membuat Nila menyunggingkan senyumnya.
"Nggak pantes non, aku pekerja di sini, lagian non kan pacar bos saya," jelas Nila mendapat anggukan mengerti dari Alora.
"Tapi lebih enak panggil nama aja nggak sih kak? Biar tambah akrab."
Namanya juga Alora dia tidak akan menyerah begitu saja pastinya. Nila akhirnya mengangguk setuju.
"Baik lah, tetapi jika kita sedang berdua seperti sekarang," jelas Nila dan Alora mengangguk dengan senyum.
"Kak Nila udah lama kerja di sini?" tanya Alora membuat Nila sempat berpikir sejenak, seakan mengingat-ingat, dan setelahnya terlihat anggukan di kepalanya.
"Sejak aku kelas 1 smp," jelas Nila.
Alora melongo. Sejak SMP? Jadi keluarga Sean memperkerjakan anak dibawah usia? Bukankah itu bisa dipidanakan? Alora tidak percaya rasanya.
"Tapi itu keinginan aku, orang tua den Sean sebenarnya sangat baik sekali mereka menyekolahkan aku sampai sekarang aku kuliah."
Satu fakta yang Alora ketahui dari wanita cantik di depannya ini. "Jadi kak Nila masih kuliah?" tanya nya diangguki Nila langsung.
Pantas saja cara pembawaan Nila terlihat seperti orang berpendidikan, sopan dan sangat anggun, ternyata Nila memang sedang mengemban sebagai seorang sarjana nantinya.
"Kamu pasti bingung ya Ra?" tanya nya. Alora tersenyum senang karena Nila langsung menyebutkan namanya tanpa embel-embel 'non'.
"Iya lah, kakak nggak cocok banget jadi pesuruh Sean," jelas Alora membuat keduanya terkekeh.
"Itu karena aku masih terlalu muda Ra, tapi asal kamu tahu ya? Den Sean menolak semua pegawai di rumahnya untuk mengurus keperluan nya, cuma aku yang diperbolehkan, dia orangnya sangat pemilih Ra," jelas Nila mendapat anggukan kepala Alora mengerti.
Tidak ada perasaan cemburu atau apa yang ada Alora justru tahu jika ternyata Sean seribet itu.
"Itu karena kak Nila juga cantik, pantas aja dia milih kakak buat ngurusin dia," balas Alora kembali membuat Nila tertawa dengan gelengan di kepalanya.
"Bukan juga, itu karena dia percaya sama aku Ra. Aku mengurusnya karena baktiku tidak ada niat apapun," jelas Nila.
Lagi-lagi Alora hanya mengangguk saja, ia sedikit lebih tahu tentang seorang Sean sekarang.
"Terus, kak Nila tahu kenapa dia dulu nyembunyiin jati dirinya, maksud aku kenapa bisa Sean di rumorkan buruk rupa?" tanya Alora penasaran.
Mungkin saja dia bisa tahu jawaban nya dari Nila. Menurut Alora tidak mungkin Nila tidak tahu sementara yang dipercaya Sean dan orang tuanya untuk mengurusnya hanya Nila, sudah pasti Nila juga akan tahu mengenai hal itu.
"Kalau itu, sorry Ra, aku nggak bisa kasih tahu kamu, bukan ranah aku," jelas Nila.
Pantas kalau Sean begitu percaya dengan Nila. Bahkan ketika Alora bertanya sesuatu yang terus membuatnya penasaran saja Nila tidak berani mengatakan nya. Alora tersenyum tipis.
"Nggak papa kak, itu tandanya kak Nila bener-bener bisa dipercaya sama Sean," balas Alora dengan senyumnya.
Meski sebenarnya hatinya terus berontak ingin tahu alasan Sean menyembunyikan semua tentang cowok itu sebelumnya.
Di ruangan yang biasa dibuat untuk nongkrong Sean dan teman-temannya. Kini suasana cukup gaduh, mereka semua memang fokus dengan layar besar di hadapan nya. Jari-jarinya memainkan stik dan sesekali mengumpat kesal jika apa yang dilalukan tidak sesuai keinginan nya, tetapi tetap, Sean terus mendapat pertanyaan dari Zico, Kemal, dan Dansel. Levian seperti biasa bagian menyimak dengan khidmat saja.
Kemal yang menyaksikan pertama, pertunjukan langsung Alora dan Sean di ruang tamu membuatnya tidak bisa untuk diam. Pertanyaan demi pertanyaan terus ia lontarkan. Bayangan dimana Sean sedang mengecup leher mulus Alora terus berputar di pikiran nya. Kemal membanting stik yang dipegang olehnya. Ia kesal karena tidak mendapat jawaban apa-apa dari Sean.
"Anjir, pikiran gue ke Sean nyupang leher Alora terus, babi, babi," umpatnya.
Zico terkekeh, ia melirik wajah frustasi Kemal yang terlihat sangat menyedihkan.
"Udah sih mending sama temen nya Jesi yang satunya lagi, gue liat-liat juga lumayan tuh, masih segel kayaknya," seloroh Zico dengan enteng.
"Gue maunya Alora bangsat, Sean bener-bener ya lu bikin gue kit ati banget anjir." Kemal melirik Sean yang menatapnya sekilas, lalu kembali pada ponsel di depannya.
"Makanya satset Mal, lo sih bacot doang gede," ledek Dansel disertai tawa Zico.
"Diem lo pada. Se, mana Ara? Bawa ke sini, kita sidang malam ini. Dia pilih gue apa lo," ujar Kemal semakin meledakan tawa Zico dan Dansel.
Bahkan Levian yang sedari tadi diam ikut menyunggingkan senyumnya dengan gelengan di kepala. Menurut cowok pendiam itu, Kemal sudah kehilangan akal, sudah jelas Sean memenangkan star duluan, masih saja berlagak layaknya korban yang dikhianati.
Sean tidak menanggapi, ia masih fokus dengan layar di depannya. Sudut bibirnya tertarik ke atas, Sean sedang melihat-lihat galeri di ponsel Alora, ada ratusan foto di sana dan Sean sudah melihat setengahnya, sampai pada foto ke 210 mata Sean fokus pada foto tersebut, ia menelan ludahnya kasar melihat foto Alora dengan bikini seksi yang hanya ditutupi cardigan berwarna putih yang sangat menyatu dengan kulitnya, gadis itu berpose sangat seksi dengan rambut di kepang dua, layaknya seorang model majalah dewasa.
"Fuck," umpat Sean lirih.
Levian yang berada tidak jauh darinya melirik sekilas. Namun tidak berkomentar apa-apa.
"Jam berapa sekarang?" tanya Sean.
"Lah bego, lo kan lagi bawa HP ngapain nanya jam ke kita?" sewot Kemal karena keluhan nya sedari tadi diabaikan Sean. Bahkan Zico dan Dansel malah meledeknya.
Lagi-lagi Sean tidak menanggapi, ia beranjak dari duduknya meninggalkan suara Kemal yang semakin meneriakinya dengan segela umpatan cowok itu.
"Sean! Babi emang lo, mati aja sono!"
up up kk
Cuss biar bs lgsg halal biar ga nakal trs😁😁🤣🤣