NovelToon NovelToon
Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Akibat kesalahannya di masa lalu, Freya harus mendekam di balik jeruji besi. Bukan hanya terkurung dari dunia luar, Freya pun harus menghadapi perlakuan tidak menyenangkan dari para sesama tahanan lainnya.

Hingga suatu hari teman sekaligus musuhnya di masa lalu datang menemuinya dan menawarkan kebebasan untuk dirinya dengan satu syarat. Syarat yang sebenarnya cukup sederhana tapi entah bisakah ia melakukannya.

"Lahirkan anak suamiku untuk kami. Setelah bayi itu lahir, kau bebas pergi kemanapun yang kau mau."

Belum lagi suami teman sekaligus musuhnya itu selalu menatapnya penuh kebencian, berhasilkah ia mengandung anak suami temannya tersebut?


Spin of Ternyata Aku yang Kedua.

(Yang penasaran siapa itu Freya, bisa baca novel Ternyata Aku yang Kedua dulu ya.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Abidzar

Malam ini Abidzar pulang lebih larut dari biasanya. Ada masalah dengan cabang BTT miliknya yang ada di kota B jadi sore tadi ia pun segera meluncur ke kota tersebut ditemani Tirta.

Masuk ke dalam rumah, Abidzar melangkahkan menuju tangga. Rumah tampak sepi. Padahal meskipun sudah cukup malam, jarum jam masih menunjukkan pukul 9 lewat 15, tapi suasana sudah tampak sunyi.

"Eh den Abi udah pulang, mau makan atau mandi dulu den?" tanya bi Asih saat melihat majikannya baru pulang.

"Erin mana bi?" tanya Abidzar mengabaikan pertanyaan Bi Asih. Bukannya bermaksud tak sopan, tapi ia kadung penasaran.

"Oh itu, tadi sore bilangnya mau ke rumah orang tuanya, den." Jawab bi Asih membuat Abidzar menghela nafasnya. "Jadi gimana den? Aden udah makan belum? Kalau belum, biar bibik siapin." Tanya Bi Asih lagi.

Asisten rumah tangganya itu memang begitu perhatian padanya. Ia sebenarnya pelayan di rumah orang tua Abidzar. Namun saat Abidzar menyatakan ingin mandiri dengan tinggal di rumah sendiri, ibunya pun meminta bi Asih ikut dengannya. Sedangkan beberapa pelayan lainnya baru didatangkan setelah Abidzar dan Erin menempati rumah itu.

"Emmm ... Abi belum makan sih, bi. Tapi Abi belum mau makan. Nanti lah. Bibi istirahat aja. Nanti kalau lapar, Abi bisa siapin sendiri." Ujar Abidzar lembut.

"Oh, ya udah kalau begitu. Kalau begitu, bibi permisi dulu den. Kalau ada apa-apa, Aden bisa panggil bibi." Ujar bi Asih yang dijawab dengan anggukan oleh Abidzar.

Bi Asih pun segera berlalu. Namun bukan ke kamarnya, melainkan ke paviliun belakang. Ia merasa begitu penasaran dengan calon ibu pengganti keluarga tersebut.

"Ibu pengganti? Orang kaya mah kerjaannya aneh-aneh aja." Gumamnya sambil melangkahkan kakinya keluar dari pintu belakang menuju paviliun tempat Freya tinggal.

Bi Asih juga ingin mengenal jauh segala tentang Freya. Entah mengapa, melihat penampilannya tadi membuat Bi Asih sedih. Ada mendung kelabu di matanya. Seakan begitu banyak duka lara di benaknya. Siapa tahu ia bisa menjadi tempat bersandar Freya pikirnya.

"Bi Asih mau kemana?" tanya Ana yang baru keluar dari kamar mandi.

"Mau ke belakang. Mau temenin non Freya, kasian dia baru pertama kali tinggal di sini tapi udah ditinggal sendiri."

Ana mengangguk, "Ana boleh ikut, bi?"

Bi Asih tersenyum lebar, "tentu saja." Bi Asih pun segera mengajak Bi Asih menuju paviliun belakang. Mina yang sedang minum memilih tak ikut bergabung.

...***...

Di kamarnya, Abidzar melemparkan jasnya ke atas kursi. Lalu ia membuka kancing bajunya satu persatu dan membukanya kemudian melemparkannya ke dalam keranjang pakaian kotor. Begitu pula celana panjangnya hingga menyisakan boksernya saja. Abidzar lantas mengayunkan kakinya menuju kamar mandi. Ia menyalakan shower dan mengguyur sekujur tubuhnya dengan air yang dingin untuk mendinginkan jiwa dan raganya yang panas.

Setelah selesai, ia pun kembali ke kamar hanya dengan menggunakan handuk yang melingkari pinggangnya.

"Mas." Abidzar terhenyak saat sosok sang istri ternyata telah duduk santai di sofa yang ada di kamar mereka. Abidzar menghela nafasnya karena terkejut membuat Erin terkekeh. "Mas terkejut?"

"Menurutmu?" Ketus Abidzar, tapi masih dengan nada pelan.

"Maaf. Kamu sih, ngelamunin apa sih sampai nggak nyadar ada aku di sini?" Erin pun segera bergelayut manja di lengan Abidzar yang hanya mengenakan celana pendek. Sungguh tubuh Abidzar itu sangat proporsional. Walaupun tidak terlalu sixpack, tapi perutnya rata dan keras. Pun dadanya yang bidang dengan bulu-bulu halus menghiasi membuat Abidzar terlihat begitu macho.

"Nggak ngelamunin apa-apa. Cuma lagi capek aja." Jawab Abidzar sambil mengayunkan kakinya menuju sofa di kamar itu. "Kamu dari rumah mama?"

Erin mengangguk, "aku ada janji temenin mama ke tempat arisan temen-temennya. Eh tadi temen-temen mama berencana holiday gitu terus aku tawarin aja paket jasa travel kita. Mereka langsung tertarik mas apalagi saat aku bilang bakal jadi diskon khusus " Ucap Erin bangga.

"kamu kok nggak bilang dulu? Kenapa ambil keputusan sepihak gitu?" Abidzar mengerutkan keningnya. Bukan sekali dua kali istrinya melakukan itu. Abidzar sampai bisa menasihatinya.

"Kan mas nggak ada di sana. Masa' mesti telepon dulu, malu dong akunya." Rajuk Erin sambil mengerucutkan bibirnya.

"Tapi kan aku udah berkali-kali bilang, apa-apa itu izin dulu. Apalagi melibatkan BTT. Sebelum memberikan potongan harga, kita mesti hitung-hitungan dulu. Jangan cuma karena mau pamer, kita malah jadi merugi, Rin." Sebisa Abidzar tetap berbicara dengan lembut agar tidak membuat Erin tersinggung.

"Jadi kamu anggap aku pamer, mas? Aku kan cuma mau bantuin kamu sekaligus promosiin. Kok kamu malah mikirnya gitu sih?" Ketus

Erin yang sudah beranjak dari sofa dan berjalan menuju ranjang dengan langkah sambil menghentak-hentakkan kaki.

"Rin, aku nggak maksud gitu lho!"

"Terserah mas, terserah kalo mas nganggapnya gitu. Udah, aku mau tidur. Capek."

"Mas belum makan lho, Rin?" Abidzar berusaha mengalah dengan tidak membahas mengenai masalah itu lagi.

"Minta aja siapin sama bi Asih, Ana, atau Mina sana." Ucap Erin datar membuat Abidzar menghela nafasnya.

Malas berdebat, Abidzar pun memilih keluar kamar menuju dapur untuk membuat secangkir kopi. Ia membuat sendiri kopi itu. Baginya selagi bisa ia kerjakan sendiri, ia lebih memilih mengerjakan sendiri apa yang ingin dilakukannya.

Sementara itu, di paviliun belakang setelah Freya berkenalan dengan Ana. Mereka pun mengobrol bersama. Hingga tanpa sengaja, Bi Asih menyeletuk penasaran dengan apa yang Erin ucapkan siang tadi, yaitu perihal Freya yang merupakan narapidana.

Freya tersenyum miris. Ia yang tak mau menutupi masa lalunya pun mulai menceritakan segalanya tanpa ada yang ditutupi. Ia juga mengungkap penyesalannya telah menyakiti banyak orang terutama mantan suami dan mantan madunya itu. Padahal Gathan dan Nanda sudah bersikap baik padanya, tapi sayang, ia yang begitu dibutakan oleh obsesi menjadi menantu keluarga kaya dan tak mau dikalahkan membuatnya gelap mata hingga mencelakai mantan madunya sampai-sampai ia harus kehilangan calon buah hatinya. Bila ada yang bertanya penyesalan terbesarnya apa, maka ia akan menjawab dengan lantang penyesalan terbesarnya adalah menyakiti Nanda dan membuatnya harus kehilangan calon buah hatinya.

Freya terisak pilu. Bi Asih merasa iba dengan apa yang Freya alami di masa lalunya pun memeluknya dengan erat. Baginya, tak ada manusia yang sempurna apalagi lepas dari kata salah dan dosa sebab manusia itu tempatnya salah dan dosa. Namun bukan berarti kita akan terus melakukannya. Dan manusia yang paling mulia adalah manusia yang mampu menyadari kesalahannya kemudian bertobat. Bi Asih justru mengapresiasi penyesalan Freya. Ia pun mendoakan agar Allah mengampuni segala dosa-dosa Freya. Ia pun mendoakan agar Freya bisa meraih kebahagiaannya.

Karena hari sudah makin larut, Bi Asih dan Ana pun segera beranjak untuk kembali ke kamar mereka. Saat masuk ke dapur melalui pintu samping, Bi Asih terperanjat saat melihat sosok majikannya sedang meminum kopi sendirian di dapur.

"Den Abi ngopi? Ini kan udah malam, nanti lambungnya kambuh lho. Den Abi udah makan?"

Abidzar menggeleng, "Abi nggak laper, bi. Nggak papa, nggak sering-sering juga. Oh ya, bibik sama Ana dari mana? kok tumben muncul dari pintu samping?" tanya Abidzar penasaran.

"Eh, itu-anu, eee ... " Bi Asih seketika bingung harus menjawab apa sebab sepertinya Erin belum menceritakan perihal kedatangan Freya di rumah itu dan ditempatkan di paviliun belakang.

...***...

Mohon dukungannya ya kakak-kakak dengan memberikan like, komen, vote, nonton iklan, kasi bunga, dan rate bintang juga.

🥴"Maruk amat Thor diminta semua."

😅 "Biar othor makin semangat dong. Hehehe ... "

Etapi kalau mau kasi rate bintang 1, 2, dan 3 mending nggak usah ya! Sedih othor tau. Udah susah payah ngetik, update setiap hari, kadang diusahakan double up, eh malah dikasi rate buruk. Huhuhu ... Rasanya mau gantung diri di pohon toge tau. 😅

...***...

...HAPPY READING 😍😍😍...

1
ℓ ι ƒ ι α 💕
deuhh yang pengen dipanggil Mas 🤭🤭😁
Lucy Toruan
Luar biasa
Juliana Akip
Lumayan
Juliana Akip
Biasa
Erna Sudiastuti
Luar biasa
Windi Rannu
.
Atika
Luar biasa
Mimine Toto Ayra
Kecewa
Mimine Toto Ayra
Buruk
maria handayani
/Shy/
Mariani SPd
jangan end duluu thor
Mariani SPd
duh tragis banget lah huhuhu
syediiih Thor
Mariani SPd
sehat2 terus othor yaaa
Mariani SPd
waduh.....kok pakai acara pingsan segala sih
Mariani SPd
seneng banget lah punya mertua kek gini
Mariani SPd
wesss keren banget mah punya nenek kek gini. atau besok kalo aq jadi nenek, kek gini juga ah. biar dunia terasa indah hahaha
Mariani SPd
hmm...... siapa lagi tuh thor
Mariani SPd
sehat2 terus othor sayang
Mariani SPd
Tirta lihat anaaaa
Mariani SPd
wah....makin kesini makin seru aja ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!