Eldric Hugo
Seorang pria penderita myshopobia. Dalam ketakutan akan hidup sebatang kara sebagai jomblo karatan.
Tanpa sengaja ia meniduri seorang pria yang berkerja di club, dan tubuhnya tidak menunjukkan reaksi alergi.
Karina seorang gadis yang memilih untuk menyamar menjadi laki-laki, setelah dia kabur dari orang yang hendak membelinya. Karina di jual oleh ibu yang mengasuhnya selama ini.
Akankan El mengetahui siapa sebenarnya sosok yang bersamanya. Keppoin yuk
Ada dua kisah di sini semua punya porsinya masing-masing.
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tahan nafas
"Ah ...Tuan pelan-pelan." Karina mencengkeram kuat sprei yang ada di tangannya.
"Aku sudah sangat pelan, bersabarlah sedikit lagi," ucap eldric dengan menahan nafasnya
"Sshh.... sakit," rengek Karina
"Tahan sedikit lagi, jangan manja!" sentaknya pada Karina.
"Sakit banget, saya tidak tahan," rengekannya.
"Dalem banget, sakit. Di cabut aja ...Shhh!" Karina mendesis merasakan perih di bawahnya.
"Kalau kamu terus merengek seperti ini, aku akan berhenti!" tegas Eldric.
"Jangan, saya akan diam,"lirihnya
Karina mengigit bibir bawahnya agar ia tidak lagi mengeluarkan suara lagi. Eldric sebenarnya tidak tega melihat wajah istrinya yang meringis menahan sakit. Namun, membiarkan seperti ini juga bukan solusi.
"Tahan." Karina mengangguk kecil ia memejamkan matanya takut.
"Aaaahhhh!!" Karina berteriak saat eldric berhasil mencabutnya.
Darah mulai mulai mengalir, eldric panik. Ia segera mengambil banyak tisu untuk untuk menghentikan darahnya.
"Sudah kubilang diam, jangan berisik. Lihatlah darahnya mengalir deras karena kau berteriak! sentaknya geram.
"Tapi sakit," lirihnya tanpa berani menatap eldric.
"Makanya kalau jalan itu lihat- lihat!" sentaknya sambil terus mengusap tumit kaki Karina yang mengeluarkan darah.
Eldric baru saja mengeluarkan serpihan guci yang di pecahan karina. Gadis itu tanpa sengaja menyenggol guci besar di ruangan yang mereka gunakan untuk berdansa.
Karina melepas sepatu hak tinggi yang dipakainya karena merasa lelah dan tidak nyaman. Gadis itu berjalan dengan tergopoh-gopoh karena eldric yang terus menggodanya. Hingga tanpa sengaja ia menyenggol guci besar dan membuatnya pecah berkeping-keping. Kakinya polos tanpa sengaja menginjak serpihan guci itu saat karina berusaha membersihkan kecerobohannya.
"Kalau Tuan tidak menggodaku, guci itu tidak akan pecah," gumam Karina lirih. Namun, sayangnya eldric masih bisa mendengarnya.
"Jadi kau menyalahkanku?" tanya eldric sambil terus merawat tumit Karina.
Ia membersihkan luka itu lalu kemudian memberikannya obat, dengan cekatan ia melilitkan kasa steril untuk menutup lukanya. Meskipun lilitannya sangat berantakan.
"Tidak, Tuankan tidak pernah salah," sindir Karina.
"Bagus kalau kau tahu itu." Eldric bangkit dari tempatnya.
Karina menatapnya sambil memberengut. Gadis itu duduk di pinggiran ranjang.
"Jangan cemberut, cepat siapkan air. Aku mau mandi!" titahnya pada Karina.
Kau tidak lihat kakiku sakit, dasar suami tidak peka!
"Kenapa kau menatapku seperti itu?"
"Seperti apa Tuan, saya tidak mengerti?" jawab Karina pura-pura polos, dengan tidak mengurangi tatapan jengkelnya pada eldric.
"Kau menatapku seolah aku orang paling menjengkelkan di dunia!"
Syukurlah kalau kau sadar!
"Apa Tuan merasa seperti itu?"
"Tentu saja tidak, aku adalah orang paling baik, bijaksana, dan tampan!" jawab eldric penuh percaya diri.
Orang paling nyebelin dan aneh yang pernah aku temui!
Karina menghela nafasnya panjang. Dengan susah payah ia berdiri dengan bertumpu pada satu kakinya. Ia pun memulai pekerjaannya, melepaskan baju yang melekat pada tubuh suaminya sahnya.
Aneh, kenapa aku jadi gugup begini. Seperti aku pertama kali melakukannya.
Tangan Karina sedikit gemetar saat mulai melepaskan kancing baju eldric. Apalagi pria itu terus menatap intens padannya.
"Kenapa berhenti?"
Karina mendongakkan kepalanya, ia menatap Eldric dengan keningnya yang berkerut.
"Biasanyakan hanya sampai sini," ucap Karina bingung.
Eldric tersenyum miring. Ia kemudian menunduk kepalanya, mendekatkan bibirnya pada telinga Karina.
"Lepaskan semuanya, sekarang aku suamimu. Layani aku dengan baik istriku," bisiknya.
"La - layani," ucap Karina dengan terbata.
"Mandikan aku!" eldric melanjutkan perkataannya setelah menarik wajahnya menjauh.
"Tuan, anda sudah besar bukan anak kecil lagi. Anda sudah sangat bisa untuk membersikan diri anda sendiri!" tukas Karina kesal, ia sungguh tidak habis pikir dengan pemikiran suaminya yang di luar nalar.
"Pasal pertama."
Aaaaaaaa ... Eldric gila!
Karina memejamkan mata, meneriaki eldric dalam hatinya.
"Baik, Tuan." jawab Karina pasrah.
"Panggil aku suamiku, dan pasang senyum di bibir pucatmu itu!"
"Baik, Suamiku," Karina memperbaiki ucapannya dengan senyum kaku yang tersungging di bibirnya.
"Bagus, aku suka istri yang penurut. Cepat buka, aku sudah lelah berdiri," keluh eldric malas.
Lelah? kau pikir kakiku tidak kram. Aku hanya berdiri dengan bertumpu pada kakiku yang tidak luka, dan aku tidak mengeluh. Dasar suami gila!
"Iya, Suamiku."
Karina mulai melepaskan kemeja suaminya, kini jajaran roti sobek. Karina menguatkan hatinya, ia mulai membuka ikatan pinggang yang melingkar di celana suaminya.
Ini gila, benar-benar gila! umpat Karina dalam hati.
Rasanya matanya ingin terpejam saja. Namun, ia takut malah salah pegang dan membuat kondisi menjadi lebih aneh lagi.
Tangan mungilnya membuka pengait atas kemudian perlahan menurunkan resleting celana yang di pakai eldric. Dalam hati Karina tak berhenti mengumpat pria yang ada di hadapannya. Eldric sangat suka raut wajah Karina yang menahan kesalnya seperti itu. Keduanya pipinya memerah seperti sedang tersipu malu. Sangat mengemaskan.
Sekarang tubuh eldric benar-benar polos tanpa ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Karina terus menunduk.
Mataku yang suci ternodai. Kenapa belum itu besar sekali, bagaimana kalau dia sampai bangun? masih bobo anteng aja sebesar itu. Ya Tuhan, apa yang aku pikirkan. Kenapa otakku semesum ini. Aku harus mandi kembang tujuh rupa setelah ini.
Eldric berjalan menuju kamar mandi, Karina mengekor di belakangnya dengan tertatih. Gadis itu mulai mengisi bathtub dengan air hangat untuk suaminya. Eldric masuk ke dalam bathtub yang telah penuh dengan air.
"Lepaskan gaunmu, itu akan sangat menganggu!"
"Lepas Tuan?"
"Tuan? Eldric langsung memberikan tatapan tajam pada Karina.
"Suamiku," ucap Karina membenarkan ucapannya.
"Kemari!" titah eldric
Karina menurut, ia mendekatkan suaminya yang berendam dalam bathtub.
"Cium aku!"
"Apa?" pekik Karina.
"Aku tidak suka mengulangi ucapanku!"
Karina meremas gaun yang di pakainya. Perintah eldric tidak bisa di bantah. Ia pun akhirnya menunduk, mengikis jarak diantara mereka.
Cup
Karina mendarat sempurna kecupan singkat di bibir tebal eldric, saat Karina akan menarik wajahnya. Secepat kilat Eldric menahan tengkuknya. Dengan kasar ia mulai melu*at bibir ranum Karina, eldric ******* semakin. Ia mengigit kecil bibir mungil itu agar memberikannya ruang untuk masuk. Setelah bibir Karina terbaru, lidah Eldric langsung menerobos masuk mengabsen jajaran gigi di dalamnya, keduanya saling menyesap membelitkan lidah mereka. Ciuman panas itu berlangsung beberapa menit, sampai akhir eldric melepaskannya karena Karina terus memukul lengannya.
Nafas karina memburu, wajahnya memerah. Ia meraup oksigen sebanyak yang ia bisa. Eldric tersenyum ia mengusap lembut bibir mungil yang basah dengan salivanya.
"Kenapa nafasmu seperti itu?"
"Itu ...itu karena-
"Lemah, kita harus sering berlatih. Agar kau tidak kehabisan nafas," ucap Eldric dengan senyum smirk di wajahnya.
Aku bisa mati kalau kau terus menciumku seperti itu, dasar maniak!
"Lepaskan gaunmu, dan mulai mandikan aku!"
Karina hanya menjawabnya dengan anggukan kecil. Ia melepaskan gaun yabg di pakainya, lalu meletakkan di atas wastafel. Tubuh karina kini hanya tertutup segitiga pengaman dan penutup gunung tanpa tali, terlihat sangat seksi.
Karina duduk di pinggiran bathtub, ia mulai menggosok tubuh suaminya dengan spon. Eldric sangat menikmati tiap sentuhan Karina yang sedang memandikan. Ia merasa sangat nyaman mendapatkan perhatian yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.
Karina mulai mencuci rambut suaminya dengan telaten ia memberikan sedikit pijatan pada kepala sang suami.
"Apa kau pernah melakukan ini sebelumnya?" tanya eldric dengan matanya yang terpejam.
"Melakukan apa Tuan... eh maaf Suamiku?"
"Ingat untuk menciumku setelah mandi, itu hukumanmu kalau kau salah memanggilku!"
"Baik, Suamiku."
Sepertinya aku harus latihan nafas.
"Jawab pertanyaanku tadi. Apa kau pernah memandikan orang lain sebelum aku?" tanya eldric lagi. Ia sungguh penasaran dengan hal itu, Karina begitu telaten memandikannya.
"Pernah?" jawab Karina enteng.
Mata eldric seketika terbuka. Ia langsung membalikkan badannya, menatap tajam pada karina.
"Siapa? Siapa yang pernah kau mandikan? berani sekali kau menyentuh orang lain selain aku!" geram Eldric.
Glek.
Apa dia cemburu?
Karina mengedipkan matanya beberapa kali. Jujur sebenarnya ia ingin tertawa, tubuh eldric penuh dengan busa. Rambutnya juga masih belum di bilas, ia tampak seperti manusia salju yang sedang marah.
"Itu terjadi sebelum saya bertemu dengan anda Suamiku," jawab Karina.
"Katakan siapa dia, aku akan mematahkan tangan dan kakinya. Akan ku hapus semua jejak sentuhan mu di tubuhnya!"
"Dia, bayi berusia lima bulan," ucap karina.
Nggek.
Eldric membalik kembali tubuhnya, kini ia memunggungi Karina lagi.
"Cepat selesaikan rambutku!" titahnya segera.
Karina tersenyum kecil, ia pun melanjutkan perkerjaannya. Memandikan bayi besarnya itu.
Lihat saja Eldric Hugo, aku akan membuatmu bertekuk lutut dan jatuh cinta sepenuhnya padaku.