Ana, istri yang ditinggal merantau oleh suaminya. Namun, baru beberapa bulan ditinggal, Ana mendapatkan kabar jika suaminya hilang tanpa jejak.
Hingga hampir delapan belas tahun, Ana tidak sengaja bertemu kembali suaminya.
Bagaimana reaksi suaminya dan juga Ana?
Yuk, ikuti kisahnya dalam novel berjudul AKU YANG DITINGGALKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Rujuk
Ana duduk di counter sendirian. Tak lama kemudian datang lah, Aulia dan Riski. Mereke memang dimintai oleh Arkan untuk menemani ibunya.
Mereka pun, memilih duduk di teras. Membiarkan Ana menjaga counter sendirian.
Seorang gadis kembali datang untuk membeli voucher. Dan setahu Ana rumah gadis tersebut sudah terpasang wifi jauh sebelum counter Arkan ada.
"Tumben ibu yang jaga, Arkan-nya mana?" tanyanya malu-malu.
"Arkan ada urusan sama Kayla. Jadi ibu yang menggantikannya. Bukannya dirumah ada wifi ya? Kok beli paket lagi." tanya Ana basa-basi.
"Ah ,,, itu ... Jaringannya lelet, ya ... Jaringannya lelet." kekeh nya kaku. Terlihat sekali gadis itu sedang menipu.
Dan Ana hanya tersenyum, tidak mengambil pusing ucapan gadis cantik di depannya itu.
Arkan dan Kayla langsung pulang setelah menjenguk Nara barang sebentar. Karena di sepanjang pertemuan itu, Arkan menangkap gelagat Kayla seperti kurang nyaman.
Dia juga gak mau, jika adiknya merasa cemburu ataupun iri pada Nara.
"Abang kenapa harus peduli dengan Nara?" tanya Kayla saat mereka dalam perjalanan pulang.
"Apa karena dia adikmu?" lanjut Kayla.
"Dia memang adik satu Ayah sama kita. Tapi, adikku cuma kamu Nayla. Abang menjenguknya hanya karena rasa kemanusian. Tidak lebih. Karena disini, abang juga harus menjaga perasaan ayah." terang Arkan memperlambat laju sepeda motornya.
"Menjaga perasaan lelaki itu? Kenapa? Bukankah, selama ini dia sudah terlalu jahat pada kita?" beruntun Kayla.
"Tapi, itu takdir Kayla. Tidak semua salahnya." bela Arkan.
"Kalo begitu, kenapa dia tidak berusaha memperbaikinya sekarang? Bahkan saat aku abai terhadapnya, kenapa dia malah diam saja? Kenapa dia tidak berusaha merayuku? Aku butuh itu bang. Aku juga mau dibujuk." ujar Kayla dengan mata berkaca-kaca. Namun dengan cepat dia menatap ke atas berharap tidak menjatuhkan air mata. Karena dia tidak sudi menangisi lelaki itu.
Arkan hanya bisa diam. Karena apa yang Kayla katakan adalah kebenaran. Mungkin karena dia anak pertama dan pernah merasakan kasih sayang Sahil. Dia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Tapi Kayla bahkan baru mengenali sosok ayahnya.
"Tenanglah, ada aku disini. Aku yang akan menjadi ayah untukmu." batin Arkan.
Kehidupan terus berlanjut walaupun tanpa sosok ayah. Sekarang, Kayla menguatkan batinnya untuk tidak lagi mengharapkan kehadiran Sahil. Dia meyakinkan diri jika tanpa Sahil pun, hidupnya telah bahagia. Dia akan membuktikan pada lelaki itu, jika dia bisa berdiri tanpa bantuan dari tangannya.
Arkan dan Kayla tiba di rumah. Dan Ana langsung keluar dari counter menyambut kedua anaknya. Jika Arkan memilih mendekati ibunya terlebih dahulu. Kayla malah langsung pergi.
"Biarkan bu, biarkan dia luapkan emosinya terlebih dahulu." ujar Arkan menjawab kebingungan Ana.
"Hey Kayla, makin cantik aja." rayu Aulia.
Kayla hanya melirik, tidak menanggapi rayuan dari Aulia. Dan itu membuat Riski puas. Puas melihat wajah kecut dari sahabatnya.
Dua hari telah berlalu. Kinan masih di rumah sakit, tidak ada yang mau menemaninya. Saat dihubungi oleh RT tempo hari. Sepupu mengatakan dalam perjalanan. Dan menyuruh RT untuk pulang saja, jika ada urusan yang mendesak. Nyatanya, sampai sekarang pun, tidak ada satupun sepupunya yang datang.
Kinan menatap pintu kamar rawatnya dengan pilu. Dia berharap jika Sahil melihat pengorbanannya. Nyatanya, sampai sekarang Sahil tidak menampakan batang hidungnya.
Saat pintu terbuka, lagi-lagi Kinan kecewa. Karena yang datang hanya pengunjung untuk pasien lainnya.
Oya, kamar rawat yang ditempati oleh Kinan dihuni oleh empat orang pasien.
Semula orang-orang disana iba melihat Kinan yang tidak dikunjungi oleh siapa pun. Namun, perlahan-lahan mereka malah acuh. Mengganggap jika Kinan orang yang sombong. Karena selama dia masuk ke ruangan itu. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Bahkan dia tidak menjawab setiap pertanyaan basa-basi dari sesama pasien.
Berbeda dengan Sahil. Hari ini dia izin mau bekerja, dan Nara dititipkan pada Rima. Kebetulan, Nara ingin pindah sekolah. Jadi, nanti Akmal akan mengurus segala keperluannya. Karena jika ia kembali sekolah di lingkungan yang sama, takutnya mental Nara kembali rusak. Apalagi Rima tahu jika Rita sudah menyebarkan video Nara yang disiksa.
Pulang dari tempat kerja, Sahil melajukan sepeda motornya ke rumah Ana. Dia membawakan beberapa martabak, dan beberapa makanan lainnya.
Sepanjang jalan, senyuman tidak pernah pudar dari bibirnya. Bahkan bayangan-bayangan manisnya bersama Ana terlintas dibenaknya.
Sampai disana, terlihat Arkan sedang melayani pelanggannya. Sedangkan Ana tidak terlihat sama sekali.
"Ibu dan Kayla kemana?" tanya Sahil saat pelanggan Arkan pergi.
"Ada di dalam, Kayla juga di dalam." sahut Arkan.
"Ada apa ayah?" tanya Arkan, melihat Sahil terdiam.
"Aku ingin bertemu ibumu ..." ujar Sahil.
"Ada apa? Apakah ada hal yang penting."
"Iya, ini sangat penting." balas Sahil.
"Katakan lah ayah, nanti biar aku yang sampaikan padanya."
"Kenapa begitu? Aku ingin mengatakan langsung pada ibumu." ujar Sahil.
"Disini aku kepala keluarga ayah. Jadi, aku harus tahu apa yang ingin ayah sampai kan pada ibu. Karena sekarang, kalian tidak ada hubungan apa-apa lagi. Aku harap, ayah tidak melupakan hal itu." jelas Arkan.
Sahil tersinggung mendengar penuturan Arkan. "Aku ini ayahmu Arkan, bukan orang lain. Jadi jangan memperlakukan aku, seolah-olah aku ini orang asing." balas Sahil.
"Ayah memang ayahku. Dan aku tidak menampik hal itu. Tapi disini, ayah mau menemui ibuku. Yang, hubungannya denganmu sudah terputus." terang Arkan.
Sahil mendengus kesal, namun senyumnya langsung terbit kala melihat Ana dengan mangkuk yang berasap menuju ke arahnya.
Walaupun Ana memperlihatkan wajah datarnya. Tapi, bagi Sahil, dia tetap cantik seperti biasannya.
"Ana ... Aku ingin bicara berdua." ujar Sahil penuh harap.
"Jika tentang anak-anak maka bicara lah." ujar Ana meletakkan semangkuk mie ayam untuk Arkan.
"Makasih cantik." ujar Arkan mengambil mangkuk.
"Aku dan Kinan udah bercerai." ujar Sahil melihat Ana yang sudah memutar tubuhnya.
"Jadi?" tanya Ana.
"Bisakah, kita kembali? Maksudku menjadi suami istri lagi." ujar Sahil dengan penuh harap.
"Kamu udah lupa ingatan lagi? Atau pura-pura lupa ingatan? Kamu udah menalak ku, dengan talak tiga. Dan kita tidak bisa lagi bersama." kekeh Ana.
Sahil terdiam, karena baru mengingat hal itu.
"Kalo begitu, menikah lah dengan orang lain. Biar aku yang membayar orang tersebut." ujar Sahil membuat Ana membelalak matanya.
lekas sehat kembali.💪 ditunggu karya Kaka selanjutnya. 🙏
jgn sampai, andai nara ga ada umur, kamu pun tetap menyalahkan ana n anak2 nya
padahal jelas2 kamu yg merebut kebahagiaan mereka😒
anak kandung suruh ngasih ginjalnya,selama ini yg kamu buat tuh luka yg dalam selingkuh Ampe punya anak.g kasih nafkah.
mau minta ginjal,otakmu dimana sahil