Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TWENTY EIGHT
Kereta berhenti di stasiun tujuan ku 2 jam setengah kemudian. Aku bersiap beranjak turun dari gerbong. Melangkah santai menuju pintu keluar stasiun.
Sebenarnya rasa takut mendadak menghampiri ku bersamaan degub jantung yang tak hentinya berdetak. Aku mendadak gemetar, tapi sebisa mungkin tak ku tunjukan. Karena menurut yang aku ketahui bahwa mereka -orang orang dengan niat jahat- akan selalu menghampiri siapapun yang nampak ragu dan takut. Jadi sebisa mungkin aku menyembunyikan hal itu. Tetap berjalan dengan santai namun awas, juga menjaga agar barang yang aku bawa tetap aman.
Sampai tepat ketika kaki ku menginjak pelataran pintu masuk stasiun tepat saat itu pula dering notifikasi terdengar dari handphone ku.
Aku buru-buru menepi, berjaga agar tidak tersenggol ramai orang yang berlalu masuk ke dalam stasiun di tengah kamis yang sibuk ini dan memilih duduk di salah satu bangku yang kosong dan membuka handphone ku, menatap dengan senyum saat melihat Mas Fahmi mengirim pesan.
"Udah mau jam 10, kamu udah bangun Mi?" aku terkekeh pelan, setelahnya mendudukan diri dengan tegap dan mengambil selfi yang berlatar belakang 'kan pintu masuk stasiun sebelum kemudian mengirimkannya ke Mas Fahmi, lalu beranjak bangun dari tempat ku tadi, berniat mencari cemilan juga membeli minum guna menghilangkan dahaga.
"Ya ampun kamu di jakarta?"
"Jangan ke mana-mana saya ke situ!"
-
Aku kembali mendudukan diri di kursi yang semula aku duduki tepat di depan stasiun dengan sempol ayam juga jus jeruk yang berada dalam genggaman. Aku menikmati nya perlahan merasa tak perlu untuk buru-buru juga merasa tidak perlu khawatir toh aku sudah memiliki alamat yang akan aku tuju. Jadi bersantai sebentar tak akan menjadi masalah, pikir ku.
Namun pelukan Mas Fahmi yang entah datang dari mana sedikit mengejutkan ku yang tengah menikmati jus jeruk sedikit hampir tumpah kalau saja Mas Fahmi tidak segera melepaskan pelukannya.
"Astaga Ami, kamu ngapain disini?"
"Saya lagi jalan-jalan Mas" jawab ku dengan kekehan kecil. Menatapnya dengan cengiran bodoh.
"Kamu sama siapa ke sini?" aku menoleh ke kanan dan kiri sebelum kembali menatap Mas Fahmi yang sekarang sudah duduk di space kosong kursi masih dengan raut khawatirnya.
"Sendiri" aku menjawab apa adanya dan ku dapati Mas Fahmi yang mengusap rambutnya gemas bercampur frustasi.
"Ya ampun Ami. Kenapa kamu gak bilang dulu kalo mau ke sini? Saya bisa jemput kamu, kamu gak perlu ke sini sendirian. Saya khawatir" aku menunduk. Merasa bersalah.
"Maaf Mas. Saya cuma pen nyoba gimana rasanya naik kreta" diam, ku tatap Mas Fahmi yang sedetik kemudian tertawa dengan usapan gemas juga cubitan di pipi ku.
"Kamu tuh Ami Ami. Ada ada aja tau gak?" aku hanya mengulas senyum kikuk.
"Ya udah ayo, ikut saya. Saya ajak kamu keliling Jakarta" Mas Fahmi dengan cepat beranjak namun cekalan ku memaksanya menoleh dan melihat ku dengan tatapan tanya.
"Kerjaan Mas gimana? Saya gak mau ganggu. Saya juga ke sini buat jalan-jalan. Jadi gak masalah kalo saya sendirian" Mas Fahmi mengulas senyum lesung pipi yang ku lihat semakin menambah pesonanya yang baru ku sadari mengenakan pakaian formal, walau tanpa jas.
Menunduk tepat di depan ku..
