Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~34
Ariana yang terkejut dengan serangan Demian tiba-tiba, hanya bisa menatap pasrah laki-laki itu.
"Balas sayang." ujar Demian saat merasakan Ariana tak merespon ciumannya.
Kemudian ia menggigit kecil bibir wanita itu dengan gemas.
Ketika Ariana membuka bibirnya untuk melayangkan protesnya, Demian langsung melesatkan lidahnya masuk.
Ia membuat lidahnya seakan menari-nari di dalam sana dan menimbulkan gelanyar aneh di tubuh Ariana. Hingga membuat wanita itu mendesah nikmat.
Ciuman yang awalnya sangat lembut dan memabukkan, kini perlahan semakin rakus dengan napas yang memburu. Sepertinya keduanya sudah di penuhi oleh hasrat dan rindu yang menggebu.
Mereka nampak saling melum😘t, menghisap dan berbagi saliva bersama. Tanpa melepaskan ciumannya, Demian nampak membawa Ariana untuk duduk di sofa yang ada di kamar tersebut.
Kini posisi Ariana berada di atas pangkuan laki-laki itu, hingga membuat mereka semakin intim.
Puas bermain-main di bibir ranumnya, Demian menurunkan ciumannya di leher jenjang Ariana. Ia mengecupi leher putih itu lalu memberikannya beberapa gigitan kecil dan tentu saja itu membuat Ariana semakin tak karuan.
Demian tersenyum menyeringai, ia tahu Ariana juga menginginkannya seperti dirinya yang menginginkan wanita itu.
Merasakan miliknya di bawah sana sudah sangat sesak, Demian segera menjauhkan bibirnya dari leher wanita itu. Sepertinya ia harus segera menyudahi permainannya jika tidak mungkin ia tidak akan bisa berhenti lagi.
Ariana yang merasakan Demian berhenti mencumbunya, ia nampak kecewa. Namun setelah itu ia merutuki dirinya sendiri karena ikut larut dalam permainan laki-laki itu.
Wajahnya nampak memerah, kemudian ia langsung bangkit dari pangkuan Demian. Namun laki-laki itu justru mengeratkan pelukannya.
"Tolong biarkan seperti ini dulu." mohon Demian sembari memeluk Ariana dan menyandarkan kepalanya di bahu wanita itu.
Namun sepertinya Ariana tidak nyaman dengan posisi seperti itu, ia nampak bergerak gelisah di atas pangkuan Demian.
"Sayang, diamlah. Kalau tidak jangan salahkan aku jika akan menerkammu." Demian merasakan miliknya yang sudah menegang semakin mengeras ketika merasakan gerakan Ariana.
Akhirnya dengan terpaksa Ariana diam tak bergerak. "Kamu kenapa pergi tak ada kabar ?" ucapnya kemudian.
Ia harus mendapatkan penjelasan jika memang Demian berniat serius padanya.
"Aku banyak kerjaan sayang, perusahaan sedang ada proyek di luar negeri." sahut Demian jujur, meski semua kerjaannya Victor yang menghandlenya. Karena dirinya waktu itu harus menjalani pengobatannya.
Mungkin belum saatnya ia mengatakan yang sebenarnya pada Ariana tentang penyakitnya, karena ia tidak mau memberikan beban pada wanita itu.
Sudah banyak kesedihan yang ia berikan pada Ariana dan ia tidak ingin membuat wanita itu bersedih hanya karena penyakitnya. Lagipula dirinya sudah merasa sangat sehat saat ini.
"Kerjaan apa liburan sama istrimu ?" cibir Ariana, sebenarnya ia tak berhak ikut campur kehidupan Demian bersama istrinya. Namun ia hanya ingin melihat sejauh mana kejujuran laki-laki itu.
"Maksud kamu ?" Demian nampak menaikkan sebelah alisnya tak mengerti.
"Mas Herman bilang kalian sedang liburan keluar negeri." sahut Ariana.
"Apa kamu sedang cemburu, hmm ?" ledek Demian seraya melihat wajah Ariana yang masih memerah karena ciuman panasnya tadi.
"Tidak, siapa bilang. Lagipula kamu mau liburan bersama istrimu itu juga bukan urusanku." cebik Ariana, ia akan bangkit dari pangkuan Demian namun laki-laki itu masih saja memeluknya.
"Kalau tidak cemburu kenapa ngambek begitu ?" Demian mencubit gemas pipi Ariana yang semakin memerah.
"Aku serius Demian, aku jadi merasa seperti pelakor tahu nggak." Ariana semakin mencebik.
"Kenapa kamu bilang seperti itu, kamu tidak pernah merebutku dari siapapun sayang. Karena dari awal kita memang sudah saling memiliki." tegas Demian.
"Aku pergi hanya bersama Victor dan Mama, kamu lihat Olive masuk sekolah kan? dan Monica tidak mungkin pergi tanpa membawa Olive bersamanya." imbuhnya lagi meyakinkan.
Ariana nampak berpikir sejenak, meski ia tidak pernah bertemu lagi dengan Monica tapi ia sering melihat Olive di sekolah. Benarkah Demian berkata jujur? meski ia mencintai laki-laki itu tapi rasanya sulit sekali untuk mempercayainya.
"Aku juga sudah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan, mungkin tak lama lagi pengadilan akan memberikan keputusannya." ujar Demian yang langsung membuat Ariana menatapnya.
Ariana nampak menghela napasnya berat, tiba-tiba ada sebersit perasaan bersalah di hatinya. Karena secara tak langsung telah merusak ikatan suci sebuah pernikahan.
"Sudah ku bilang, jangan banyak berpikir sayang. Lagipula ini sudah menjadi keputusanku." Demian nampak menyentil dahi Ariana ketika wanita itu tiba-tiba melamun.
Demian sangat tahu, wanita itu pasti diam-diam sudah menyalahkan dirinya sendiri.
Ariana yang merasakan panas di dahinya, terlihat semakin mencebik dan itu membuat Demian semakin gemas.
"Lama-lama aku jadi ingin memakanmu beneran loh sayang." Demian mulai mengecupi leher jenjang Ariana lagi.
"Stop Dem, nanti Ricko bangun. Lagipula aku juga sangat mengantuk." Ariana berusaha keras menjauhkan wajah Demian, laki-laki itu benar-benar seperti ulat bulu selalu saja menempel padanya.
"Boleh, aku juga sudah mengantuk." Demian mengendurkan pelukannya hingga membuat Ariana langsung bangkit dari pangkuannya.
"Tunggu, kamu mau tidur di mana ?" Ariana menatap tajam Demian ketika laki-laki itu mengikutinya ke ranjangnya.
"Tentu saja di sana bersama mu sayang, mau di mana lagi ?" Demian menunjuk satu-satunya ranjang Ariana, karena kamar di sana memang hanya ada satu.
Sungguh tak ada malunya laki-laki di depannya itu pikir Ariana atau urat malunya memang sudah putus.
"Ayolah sayang, kamu tidak akan menyuruhku tidur di lantai kan. Hujan deras lagi, bisa-bisa besok pagi aku bangun langsung sakit lagi." iba Demian seperti anak kecil yang merengek pada ibunya.
Ariana jadi merasa gemas bercampur kesal. "Baiklah, tidurlah di samping Ricko." ucapnya kemudian.
"Nggak di samping ka...." Demian langsung menjeda perkataannya ketika melihat Ariana melotot padanya.
"Iya-iya aku akan tidur bersama Ricko." Demian segera naik ke atas ranjang lalu merebahkan tubuhnya di samping putranya tersebut yang nampak tertidur pulas.
"Padahal hujan-hujan gini enaknya tidur sambil berpelukan." gerutunya lagi namun Ariana sepertinya pura-pura tak mendengarnya.
Wanita itu nampak merebahkan tubuhnya di samping sang putra lalu memunggunginya, rasanya enggan sekali tidur berhadapan dengan Demian.
Demian yang belum bisa tidur terlihat gelisah, ia sesekali mencium pipi gembul Ricko dengan gemas. Kemudian ia nampak memperhatikan Ariana yang sepertinya sudah mulai mengarungi mimpinya.
Sepertinya ia harus segera mempercepat proses perceraiannya agar bisa cepat menghalalkan wanita itu.
Ketika ia sedang termenung matanya tak sengaja menatap beberapa mobil-mobilan Ricko yang di letakkan di atas meja belajarnya.
Meskipun lampu nampak temaram, tapi ia tahu itu semua mainan mahal.
"Dari mana Ricko mendapatkan semua ini ?"
Demian yang penasaran langsung melihat beberapa mobil-mobilan tersebut yang ia taksir harganya di atas satu juta.
wah kamu tuh Victor ga menghargai Nina..
hijrah
ini zinah ya ukhty ya akhy 😊
tunggakan bacaan ini sudah banyak yang melenceng dari ajaran syariat Islam
hijrah ke jalan yang benar dan lurus dengan pemahaman para ulama Sunnah
setidaknya gak harus kerja di bar