[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"
"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"
Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.
Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.
Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.
Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15 Liang Fei: Sang Jenius yang Terbangun dari Kegelapan
"Long Yuan," kata Liang Fei dengan suara yang tenang namun tegas. "Aku menghargai keberanianmu untuk berbicara di depan umum, tapi mari kita perjelas satu hal: Seo Yun adalah orang yang berhak menentukan jalan hidupnya sendiri, bukan objek yang bisa kau miliki."
Kata-katanya langsung memicu reaksi dari kerumunan. Beberapa di antara mereka mengangguk setuju, sementara yang lain tampak bingung dengan situasi yang berkembang.
Namun, satu hal yang pasti, aura persaingan antara Liang Fei dan Long Yuan semakin terasa.
Seo Yun, yang sejak tadi diam memperhatikan, merasa ada gelombang emosional dalam dirinya.
Kata-kata Liang Fei memerangkap hatinya, menyentuh sesuatu yang mendalam yang selama ini mungkin dia coba abaikan.
Long Yuan, meskipun terguncang oleh interupsi Liang Fei, tidak ingin menunjukkan kelemahan.
"Kau bicara seolah-olah tahu segalanya," jawab Long Yuan dengan nada menantang. "Tapi apakah kau bisa menunjukkannya dengan tindakan, atau kau hanya pandai berkata-kata?"
Sebuah keheningan menyelimuti tempat itu, dan semua mata tertuju pada Liang Fei, menunggu jawabannya.
Liang Fei tersenyum tipis, senyuman yang menyiratkan tantangan.
"Baiklah, biar kita buktikan di arena ini," jawab Liang Fei. "Bahkan tanpa pengakuan sekte, mari kita lihat siapa yang lebih layak untuk berdiri di samping Seo Yun."
Tepat setelah ucapan tersebut, sorak-sorai penonton menyeruak. Bagi mereka, pertarungan ini bukan hanya tentang kekuatan, tetapi tentang prinsip dan takdir yang menunggu untuk dipecahkan.
Patriak Long Ye mengangkat tangannya, meminta perhatian dari semua orang.
"Sepertinya kita akan menyaksikan sesuatu yang lebih dari sekadar pertandingan. Sesuatu yang sepertinya kita semua bisa pelajari. Dengan ini, aku izinkan duel antara Long Yuan dan Liang Fei."
Semangat di arena membuncah, dan sorak-sorai pun menggema. Namun, di tengah dukungan para penonton, Liu Bei tampak tidak terima.
"Aku tidak menyetujuinya!" ucap Liu Bei dengan tegas, "Kita semua bertanding dari awal sampai final, dan dia dengan mudahnya ingin langsung bergabung?"
Semua orang terdiam dan melihat ke arah Patriak Long Ye, seolah mencari jalan keluar dalam situasi yang Liu Bei anggap sebagai kecurangan itu.
"Ekhem, jadi apa kau punya saran yang bagus, Liu Bei?"
Sang Patriak bertanya kepada Liu Bei, membuat pria itu tersenyum licik, "Aku punya saran, bagaimana jika Liang Fei bertanding melawan semua peserta sebelumnya. Jika dia bisa menang berarti dia memang layak berada di final."
Pernyataan Liu Bei membuat Seo Yun tidak senang, ia ingin segera berdiri menentang tapi segera dihentikan oleh isyarat dari Patriak Long Ye.
Patriak Long Ye menatap Liu Bei dengan tatapan penuh pertimbangan sebelum akhirnya berbicara dengan suara jelas yang menggema di seluruh arena.
"Saranmu menarik, Liu Bei," kata Long Ye, mempertimbangkan situasi ini dengan seksama. "Bagaimanapun, dalam dunia bela diri ini, adil bagi siapapun yang ingin membuktikan dirinya."
Liang Fei, yang sejak tadi berdiri diam, menatap Patriak dengan penuh keyakinan. Dia mengerti bahwa ini adalah kesempatan untuk membuktikan dirinya.
"Baiklah," Liang Fei menjawab dengan tenang. "Aku siap menghadapi tantangan ini."
Keputusan itu segera mengubah suasana di arena. Para penonton, yang sebelumnya terjebak dalam kebingungan dan spekulasi, kini kembali bergemuruh dengan semangat menanti pertempuran yang akan datang.
Sementara Seo Yun hanya menatap Liang Fei dengan penuh kekhawatiran. Baginya, pertarungan yang menimpa Liang Fei sangat tidak adil.
Perlahan-lahan, para peserta lain yang telah bertanding sebelumnya mulai berdatangan ke tengah arena.
Mereka semua tahu kemampuan Liang Fei di masa lalu. Meskipun begitu, mereka menatap Liang Fei dengan tatapan merendahkan karena dirinya masih buta.
"Jangan sampai kau salah memukul wajahmu sendiri. Hahaha!"
"Jangan menganggap ini sebagai perundungan."
"Aku tidak akan segan walaupun melawan orang buta."
Ejekan demi ejekan dilontarkan kepada Liang Fei yang masih berdiri dengan tenang. Melihat semua ejekan itu, Liang Fei hanya menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh.
Dia menutup matanya, seolah menghapus dunia luar, untuk lebih merasakan energi di sekitarnya. Meskipun dia kehilangan penglihatannya, teknik warisan Dewa Naga memberinya keunggulan dalam merasakan pergerakan dan niat lawan.
Patriak Long Ye melihat ketenangan Liang Fei dan memberi isyarat agar pertandingan dimulai.
Dengan satu gerakan menyapu, Liang Fei mulai menyerang. Gerakannya yang tajam dan presisi memotong udara, mengungkapkan kekuatan yang terpendam dalam dirinya.
Para peserta yang lain pun satu per satu mulai melancarkan serangan. Mereka meremehkan Liang Fei, namun tidak bisa menyembunyikan rasa tegang ketika mereka mendekat, menyadari bahwa pria ini lebih dari sekadar jenius yang jatuh.
Liang Fei menari di antara serangan-serangan lawannya, menghindari dengan anggun dan melakukan serangan balasan dengan akurasi yang mengesankan.
Setiap gerakan terasa harmonis, membawa efisiensi dan kekuatan yang siap untuk mengejutkan mereka semua.
Penonton yang sebelumnya tertawa kini mulai terdiam, menyaksikan bagaimana Liang Fei dengan mudah membuat lawannya kewalahan satu demi satu.
Tatapan Mei Lin dari kejauhan berubah lembut, melihat transformasi Liang Fei yang kini tampil bak pahlawan di depan mata semua orang.
Seo Yun, yang sedari tadi menahan napas, perlahan menghembuskan udara dengan lega. Kekhawatiran di wajahnya berganti dengan keyakinan bahwa pria yang ia percayai ternyata lebih dari sekadar memenuhi harapan.
Pertarungan berlangsung sengit, namun tidak lama bagi Liang Fei untuk terus menaklukkan lawan-lawannya yang menganggap remeh.
Satu persatu dari mereka tumbang, hingga hanya tersisa beberapa peserta yang kini tampak ragu untuk melanjutkan pertarungan.
Ketika pertandingan berakhir, Liang Fei, masih berdiri tegap seolah pertarungan tadi bukanlah masalah besar.
Keheningan menyelimuti arena sesaat, sebelum sorak-sorai dan tepuk tangan menggema, mengakui kemenangan dan kekuatan Liang Fei yang tak terbantahkan.
"Aku bisa melihat Liang Fei masih dalam kondisi terkuatnya, lalu kenapa dia selalu dirundung?"
"Meskipun dia buta, seorang jenius masih tetaplah jenius."
Pujian mulai terdengar dari para penonton sebelum teriakan Bao Gu menggema keras, "Selanjutnya lawanmu adalah aku!"
Suasana di arena berubah seketika saat Bao Gu melangkah maju. Meski sebelumnya telah kalah dari Liu Bei, ia masih memiliki kebanggaan yang besar dan tekad untuk menantang Liang Fei.
Liang Fei menatap Bao Gu dengan tenang, sedikit menyesuaikan posisinya. Dia tahu betul bahwa Bao Gu adalah lawan yang tangguh secara fisik, tapi dia punya cara untuk mengalahkannya.
Bao Gu mengangkat tangannya, menggenggam erat kedua telapak tangannya dan menatap tajam ke arah Liang Fei.
Penonton yang menyaksikan momen ini, menghela napas tertahan, menantikan pertarungan sengit yang akan terjadi.
"Aku tidak akan jatuh untuk kedua kalinya di hadapan semua orang," ujar Bao Gu dengan nada berseru, menarik perhatian semua yang hadir di arena.