Keyra Onellia, seorang putri angkat keluarga Arlott yang kini sudah tak dianggap akibat keluarganya kembali menemukan sang anak kandung. Dari umur 13 tahun, Keyra mulai tersisihkan. Kembalinya Dasya, membuat dirinya tak mendapatkan kasih sayang lagi. Di hancurkan, di kucilkan, di buang dan di rendahkan sudah ia rasakan. Bahkan diakhir hidupnya yang belum mendapatkan kebahagiaan, ia harus dibunuh dengan kejam.
Keyra mengira jika hidupnya telah berakhir. Namun siapa sangka, bukannya ke alam baka, jiwanya malah bertransmigrasi ke tubuh bibinya—adik dari daddy angkatnya.
•••
"Savierra, kau hanya alat yang akan dikorbankan untuk kekasihku. Ku harap kau jaga sikap dan sadar diri akan posisimu!"
Mampukah Savierra yang berjiwa Keyra itu menghadapi tiran kejam, yang sial nya adalah suaminya itu? Takdir benar benar suka bercanda! Apakah Savierra harus mengalami kemarian tragis untuk kedua kalinya? Tidak! Savierra akan berusaha mengubah takdir hidupnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetstory_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Malam Penuh Luka (18+)
Harap bijak dalam membaca :)
"Nyonya Savierra! Tolong tuan nyonya.." mohon Samuel dengan nafas tersenggal senggal. Dirinya sudah memanggil Dr. Alvaro, namun sepertinya kondisi Ryden semakin memburuk.
Savierra sontak berdiri dengan terkejut saat Samuel tergopoh gopoh menghampiri dirinya. "Tenanglah Sam, apa yang terjadi dengan tuanmu?" tanya Vierra bingung.
Samuel mengambil nafas perlahan. "Nyonya, tu-tuan Ryden terluka.. tolong bantu tuan nyonya.." mohon Samuel yang membuat Savierra mendadak cemas.
"Baiklah, ayo cepat kesana!" seru Vierra.
"Tapi anda masih sakit nyonya!!" peringat Karin khawatir.
"Sudahlah, tak apa. Ayo kita cepat kesana saja!"
Akhirnya, Savierra, Samuel dan Karin berlari menuju mansion. Savierra dengan kegelisahan nya, dan Samuel dengan rasa khawatir yang membuncah.
"Di mana dia Sam?" tanya Savierra.
"Dia ada di ruang rawat nona Carol-"
Srett!
Belum selesai Samuel berkata, Savierra langsung berlari menuju ruang Caroline.
"Semoga kau baik baik saja Ryd.." lirihnya berharap.
Cklek!
"APA YANG KAMU LAKUKAN RYD!" bentak Savierra menggelegar. Ia terkejut saat melihat Ryden yang mencium Caroline dengan intens.
Savierra segera menarik Ryden dan mendorongnya hingga terjatuh. "Kau gila Ryd? Caroline itu sedang koma! Apa yang kau lakukan padanya hah!?" seru nya marah.
"Sshh.. aku.." Ryden menggeleng kuat, berusaha menetralkan dan mengembalikan kesadarannya. Namun, melihat ada wanita di hadapannya, hasratnya semakin tak terkontrol. "Tolong aku, Caroline.." lirih Ryden.
Melihat Ryden yang tak baik baik saja, Savierra berniat menepuk pipi Ryden. "Hey, sadar! Apa yang terjadi kepadamu?" kata Savierra menyadarkan.
Grep!
Dengan tiba tiba, Ryden menarik tangan Savierra, menyebabkan perempuan itu terjatuh di atasnya.
Ryden menatap Savierra sayu, "Bantu aku, bantu aku.." pintanya dengan suara serak. Ia kemudian menarik pinggang Savierra untuk di peluknya.
Melihat reaksi Ryden yang aneh, Savierra berusaha meronta dan berusaha melepaskan cekalan Ryden di tangannya. "Ryden! Jangan seperti ini! Aku bu-bukan Caroline!"
Cup!
Seolah tuli, Ryden mencium bibir Savierra yang terlihat sangat terkejut atas perlakuan Ryden. Pria itu menghiraukan pukulan kecil Savierra di dadanya. Ia terus mencium dengan kasar dan menuntut. Ryden semakin memperdalam ciumannya dengan menahan tengkuk Savierra.
"Emmmh.. Ryd.. Lepa-sh.. hhha hhha.." Savierra tersenggal, ia segera menghirup banyak udara, saat Ryden melepas pagutannya. "Kamu sebenarnya ken-"
Namun, belum selesai ia bernafas lega, perempuan itu kembali terkejut saat bibir Ryden kembali menempel di bibirnya. Ciuman itu kembali dan berubah menjadi sangat intens. Lidah itu berusaha menerobos pertahanan Savierra.
Pikiran Savierra berkecamuk.
Tidak.. Tidak boleh seperti ini. Aku bukan Caroline, aku Savierra! Ryden tidak boleh seperti ini. Cepat tolak dia..
Tangan Savierra bergetar dan mendorong pelan Ryden. Namun, tenaga Ryden ternyata sangat kuat. Di satu sisi, Savierra berusaha menahan akal sehatnya, namun tubuhnya tak bisa menolak.
"Caroline.." lirih Ryden lalu dengan lembut, ciuman itu turun di area leher Savierra yang membuat jejak kemerahan terlihat.
Mengepalkan tangan, Savierra mendorong Ryden kasar. "BAJINGAN! AKU BUKAN CAROLINE! AKU SAVIERRA! Lepaskan aku Ryd!" jerit Savierra marah. Ia menatap benci kearah Ryden yang tanpa hati malah memanggil nama Caroline saat bersamanya.
Ryden tersentak. Ia menatap dingin ke arah Savierra. Namun karena pengaruh obat perangsang itu membuat Ryden tak menghentikan aksinya. Permainan yang lembut itu berubah menjadi kasar. Ryden menarik Savierra ke arah sofa.
"Lepass!!" pekik Savierra terkejut.
Ryden menatap Savierra bengis. "Nikmatilah malam ini, bitch! " desis Ryden dengan mata yang sudah di penuhi kabut gairah.
Deg!
Savierra membelalak saat Ryden melepas kain yang melekat di tubuhnya. "Tunggu berhenti! Aku mohon berhenti" sentak Savierra sembari menggelengkan kepalanya. Ingin memberontak, namun tangannya telah dikunci sepenuhnya oleh Ryden.
Dia sebenarnya menganggapku apa? Dia menganggapku Caroline, dia juga menganggapku wanita jalang yang terlihat sudah menjebaknya, dia juga melihatku sebagai perempuan yang sangat ia benci..
Seakan tuli dengan teriakan perempuan itu, Ryden kembali mencium Savierra, kali ini Ryden melakukannya dengan kasar. Kewarasan nya seolah tertutup rapat oleh hasrat nya yang kian membara. Tangan kirinya mengunci kedua tangan Savierra di atas kepala, sedangkan satu tangannya pun tak berhenti bergerak. Di tengah ciuman kasar dan menuntut itu, tangan Ryden perlahan menyusup ke kaos Savierra. Ia mengusap pinggang perempuan itu dengan sensual, membuat Savierra melenguh pelan.
"Engg, emmh.. ber-berhenti.." mohon Savierra yang tidak di hirau kan oleh pria itu.
Mata Savierra membelalak saat Ryden melepas kemeja dan bawahannya dengan kasar. Ia juga melucuti kain yang tertempel di tubuh Savierra hingga kini mereka bersentuhan tanpa sehelai benang pun.
Usaha Savierra memberontak pun sia sia, tubuhnya yang lemas karena sakit, di sisi lain tubuhnya juga gemetar. Bayangan bayangan masa lalu kini berputar keras di otaknya. Kekecewaan, keputusasaan, dan rasa sakit membuat tubuhnya kini lemas total.
Air mata Savierra menetes deras saat ia merasakan perasaan sakit sekali lagi. Area sensitifnya seakan dirobek paksa oleh Ryden. Benda itu seakan menerobos paksa, tanpa ampun.
"Ahhh.." Desah Savierra sembari mencengkeram erat bahu Ryden. Ia tak peduli jika kulit Ryden terluka karena kuku nya.
Malam itu, seorang wanita yang terbujur di bankar menjadi saksi bisu atas hancurnya seorang perempuan karena ulah kekasihnya itu sendiri.
•••
"Hey kak! Mengapa melamun?" tanya seorang gadis cantik itu pada seorang lelaki yang kini tengah memegang segelas wine. Netranya menatap ke arah bulan yang bersinar redup karena tertutup oleh awan hitam, yang juga membuat awan tersebut menutupi para bintang yang seharusnya sudah bersinar terang.
Netra ruby itu menoleh kearah gadis yang amat ia sayang itu. Tangan nya terulur mengelus pelan rambut sang gadis.
"Apakah kakak bersedih karena wanita yang kakak suka tidak datang?"
"Hmm, maybe."
Allea, gadis cantik yang kini telah berusia 19 tahun itu pun menggandeng lengan sang kakak—pangeran Zyonel.
"Sebenarnya, wanita seperti apa dia kak?" tanya Allea pelan.
Senyum tipis mengembang di bibir Zyonel. "Dia, wanita yang cantik, sangat cantik. Dia wanita yang berhasil mencuri hatiku. Rambut emas dan mata birunya itu, seolah berusaha menarikku dalam pesonanya. Senyumnya yang menawan, berhasil menggetarkan hatiku. Tapi.."
Memiringkan kepala, putri Allea menunggu kelanjutan ucapan sang kakak. "Tapi?"
"Tapi, dia sudah terikat oleh seseorang yang sangat aku kenal perangainya. Aku tahu dan kenal betul bahwa suaminya itu tidak mencintai nya. Bahkan dia tidak serumah dengan suaminya! Aku.. aku merasakan sakit saat mengingat itu, Lea.." lirih pangeran Zyonel berusaha menenangkan perasaannya yang terasa gelisah.
"Apa!? Ja-jadi.. kakak suka dengan istri orang?" pekiknya terkejut. Allea menatap Zyonel dengan tatapan tak percaya. "Oh god! Ada apa dengan kakak ku? Kenapa harus istri orang? Seperti tak ada wanita lain saja!" omelnya sembari memukul pelan lengan sang kakak.
Pangeran Zyonel tertawa pelan. "Wanita lain memang banyak princess, namun yang bisa menggerakkan hati kakak hanya dia." katanya yakin. "Baiklah, ini sudah malam princess. Cepat kamu kembali ke kamarmu dan beristirahatlah! Jangan sampai kelelahan ya?"
Putri Allea mengangguk kecil. Terlepas dari ungkapan jujur sang kakak yang membuat dirinya terngiang ngiang, ia membutuhkan istirahat juga omong omong!
Setelah sang adik pergi, ia memanggil sang ajudan. "Jam berapa Ryden pulang?" tanya nya datar.
"Lapor yang mulia, Tuan Ryden pulang pukul 23.15, 45 menit sebelum berakhirnya acara," jawab sang ajudan.
"Aneh. Nanggung sekali! Kenapa tidak pulang saat acara selesai saja?" guman Zyonel. "Ck, berani beraninya dia tak membawa Savierra juga! Awas aja, aku akan merajuk! Biarkan saja dia turun tangan sendiri dalam aksi pengiriman itu. Salah sendiri tak mendengar ancamanku. Huh!" gerutunya dengan kesal.
•••
Mansion Hander, pukul 00.30.
Savierra meraih pakaiannya yang tercecer di lantai. Ia mendesis pelan dengan tangan yang gemetar, mencoba berdiri dengan stabil sembari berpegangan pada meja. Area kewanitaan nya terasa begitu sakit dan perih. Ia memejamkan matanya sejenak, berusaha menetralkan rasa sesak dan penyesalan dalam hati.
Kakinya terasa lemas seperti jelly. Bergetar dan seakan tak mampu berdiri, Savierra hampir saja oleng.
Wajahnya terkesan datar tanpa ekspresi. Rasa sakit di tubuhnya pun dikalahkan oleh rasa sakit hati yang amat besar. Ia menatap tajam pada lelaki yang tengah tertidur pulas setelah aksi bejatnya itu.
'Selamat Ryden, kau berhasil membuatku hancur' batin Savierra merasa benci.
Savierra berjalan mendekati pintu.
Cklekk!
Savierra menatap datar kedua orang yang tengah tidur di lantai dengan posisi duduk. Ia berjalan kearah Karin—pelayannya yang ternyata tak meninggalkan dia sendirian.
"Karin bangunlah. Kita harus kembali!" bisik Savierra lirih. Berharap Karin akan bangun walau ia membangunkan sambil berbisik.
Dan beruntung Karin langsung terbangun. Ia menatap terkejut saat nyonya nya sudah di depannya. "Nyonya! Anda tidak apa apa?" kagetnya, lalu memeriksa Savierra.
"Shht, kita pulang Karin. Aku tak mau ada disini!" bisik Savierra tegas membuat Karin mengangguk sembari tersenyum.
"Iya, ayo kita pulang nyonya!" lirihnya dengan menahan tangis. Ia bukan perempuan bodoh yang tak tau situasi. Penampilan yang acak acakan, bibir yang terlihat bengkak dengan sobekan kecil di sudut, dan bekas kiss mark yang masih terlihat walau Savierra sudah memakai baju. Membuat Karin merasa sesak saat melihat kondisi majikannya.
Savierra pun berjalan pulang, di papah oleh Karin yang masih menangisi kondisi Savierra.
"Jangan sampai pelayan lain tau.. Karin.."
•••