S 2. "Partner"
Kisah lanjutan dari Novel "Partner"
Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca novel ini. Agar bisa mengikuti kisah lanjutannya.
Bagian lanjutan ini mengisahkan Bu Dinna dan kedua anaknya yang sedang ditahan di kantor polisi akibat tindak kejahatan yang dilakukan kepada Alm. Pak Johan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk lolos diri dari jerat hukum. Semua taktik licik dan kotor digunakan untuk melaksanakan rencana mereka.
Rencana jahat bisa menjadi badai yang menghancurkan kehidupan seseorang. Tapi tidak bagi orang yang teguh, kokoh dan kuat di dalam Tuhan.
¤ Apakah Bu Dinna atau kedua anaknya menjadi badai?
¤ Apakah mereka bisa meloloskan diri dari jerat hukum?
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Menghempaskan Badai"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. MB 35
...~•Happy Reading•~...
Gina tidak mau kehilangan muka di depan Eddy. "Silahkan tinggalkan tempat ini, sebelum saya panggil security. Kalau ke sini lagi, bawa bukti kalau anda adalah adik Oseni dan juga bukti keterkaitan saya dengan kakak anda." Eddy langsung berdiri, karena emosi dan berusaha kendalikan detak jantungnya. Dia tidak mau ada keributan, sebab menjelang waktu makan siang.
Gina terdiam mendengar ucapan dan sikap Eddy yang meninggalkan dia begitu saja. Namun emosi menyadarkannya. Diq berdiri dan mendorong kuat kursi yang ke belakang. "Kami tidak akan melepaskanmu. Tunggu saja. Saya akan kembali, dengan pihak berwajib." Gina bicara dengan suara yang bisa didengar oleh Eddy, walau sudah melangkah tinggalkan dia. Ucapan Gina bukan saja bisa didengar Eddy, tapi juga petugas polisi yang sedang menyamar, hingga pengunjung melihat ke arahnya.
Eddy mendekati waiters yang memanggilnya untuk bertemu Gina. "Pastikan wanita itu tidak masuk lagi ke restoran ini. Bilang itu buat semua yang pegawai." Ucap Eddy dengan emosi yang tidak terkendali.
Gina pun tidak kalah emosi melihat waiters yang menyambutnya berjalan ke arahnya setelah Eddy berbicara dengannya. Gina langsung ambil tasnya lalu berjalan keluar. Sebab melihat sikap Eddy, dia tidak mau diusir keluar dari restoran. 'Tunggu saja. Aku akan kembali.' Gina membatin. Dia yakin ada sesuatu di antara kakaknya dengan Eddy.
...~°°°~...
Petugas polisi yang sedang mengawasi di luar restoran langsung sigap saat melihat Gina keluar dari restoran dengan wajah memerah, marah.
Sedangkan kedua petugas polisi yang ada dalam restoran jadi siaga, melihat Gina keluar dari restoran. Mereka segera menghabiskan minuman lalu berdiri dan berjalan cepat mengikuti Eddy. "Maaf, Pak. Pengunjung dilarang masuk ke belakang." Waiters yang hendak menemui Gina mencegah mereka masuk mengikuti Eddy.
Salah seorang petugas polisi mengeluarkan lencana polisi lalu perlihatkan kepada waiters. "Kami perlu bicara dengan Pak Eddy." Petugas yang lain berbicara tapi tetap melihat ke arah Eddy yang menghilang ke belakang. "Tunggu sebentar, Pak. Silahkan duduk di sini. Saya akan beritahu beliau." Waiters mempersilahkan kedua polisi untuk duduk, agar dia tidak dipersalahkan bossnya. Tetapi kedua polisi menolak. Mereka terus berjalan ke belakang, agar tidak jadi perhatian pengunjung yang sudah berdatangan untuk makan siang.
"Pak, tunggu di sini saja. Saya akan masuk menemui beliau untuk kasih tahu." Waiters coba menghalangi dan negosiasi, sebab takut bossnya marah.
"Silahkan buka pintu. Kami tidak punya banyak waktu." Petugas polisi tidak sabar melihat gerakan waiters yang lambat. Sehingga tanpa menunggu lagi, seorang anggota polisi mengetok pintu, lalu masuk saat mendengar suara dari dalam mempersilahkan 'masuk' .
^^^Waiters pasrah, melihat yang dilakukan oleh kedua polisi. Dia jadi ikut masuk dan melihat bossnya dengan pandangan minta maaf juga rasa bersalah.^^^
Eddy yang sedang duduk dan berpikir tentang kedatangan wanita yang mengaku sebagai adik Oseni, jadi terkejut melihat 2 orang pria tegap disusul oleh waiters masuk ke ruang kerjanya. Dia makin terkejut melihat salah seorangnya mengeluarkan lencana polisi. Dia sontak berdiri kaku, dengan jantung berdegup tidak teratur.
Anggota polisi yang mengeluarkan lencana melangkah maju mendekati meja kerja Eddy. "Kami petugas polisi....." Polisi tersebut memperkenalkan diri, membuat Eddy makin membeku. 'Wanita tadi benar-benar melaporku?' Eddy bertanya dalam hati dengan jantung berdegup kuat.
Melihat kedua polisi sedang melihatnya, Eddy coba tenang dan fokus, lalu minta waiters keluar dari ruangan. "Silahkan duduk, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" Eddy coba bertanya untuk mengulur waktu, supaya bisa mencerna yang terjadi.
"Kami mau minta keterangan tentang wanita yang bertemu dengan anda tadi. Kami harap kerja samanya." Salah seorang polisi berkata tanpa beranjak dari tempatnya berdiri. Sehingga Eddy pun tetap berdiri. Pelipisnya berdenyut mendengar ucapan petugas polisi.
"Wanita yang mana, Pak?" Eddy bertanya untuk mengulur waktu lagi, agar bisa berpikir. "Anda tidak perlu memutar, tadi kami melihat anda berbicara dengannya di restoran." Petugas polisi berkata lagi.
"Oh, wanita yang tadi itu? Saya tidak mengenalnya, Pak. Bahkan saya tidak tahu namanya. Tadi dia minta bertemu dengan orang yang bernama Eddy. Mungkin dia salah orang." Eddy menjelaskan panjang. Dia merasa sedikit lega, karena kehadiran polisi bukan karena pengaduan wanita yang mengaku sebagai adik Oseni.
"Anda benar tidak mengenalnya?" Tanya petugas polisi, serius. "Benar, Pak. Tadi saya baru pernah melihat dan bertemu dengannya." Eddy berkata tegas, sebab yang dia katakan adalah benar.
"Kalau begitu, anda kenal dengan wanita yang bernama Oseni?" Petugas polisi kembali bertanya, serius. Pertanyaan tersebut membuat Eddy panik dan bingung menjawab. "Sebenarnya, ada apa Pak? Saya tidak mau menjawab sebelum tahu apa ini berhubungan dengan saya." Eddy benar-benar takut salah jawab, hingga bisa menyeretnya ke masalah hukum.
"Baik. Kalau anda tidak mau menjawab di sini, kami minta anda datang ke kantor polisi." Petugas yang diam sejak tadi berkata lalu mengeluarkan surat dari dalam jacket.
Hal itu membuat Eddy makin panik. "Maaf, Pak. Saya harus menanyakan pengacara saya, sebab tidak tahu ini mengenai persoalan apa. Saya tidak melakukan pelanggaran hukum." Eddy berkata setelah membaca surat panggilan yang diberikan petugas polisi.
"Pak, Eddy. Seseorang dipanggil ke kantor polisi untuk dimintai keterangan, bukan karena melakukan pelanggaran hukum. Ini adalah bentuk partisipasi warga negara untuk membantu pihak kepolisian menangani dan menyelesaikan persoalan yang terjadi....." Petugas polisi menjelaskan kewajiban sebagai warga negara yang baik.
"Walaupun hanya dimintai keterangan, saya tetap harus konsultasi dengan pengacara, Pak." Eddy tetap ngotot melibatkan pengacara, sebab petugas polisi bertanya tentang Oseni dan dia tahu, Oseni pernah bermasalah dengan hukum. Dia khawatir Oseni ada menyebut namanya kepada polisi, sehingga dia akan dimintai keterangan dalam perkaranya.
"Saya berjanji, kalau sudah berbicara dengan pengacara, kami akan ke kantor polisi." Eddy coba mengulur waktu. "Pak Eddy, kami sedang dikejar target waktu penyelesaian perkara. Jadi Pak Eddy pilih, mau bersama kami ke kantor polisi dan tunggu pengacara anda di sana, atau anda dimintai keterangan di sini bersama pengacara anda." Petugas polisi tidak mau menunggu.
"Kalau begitu, saya akan hubungi pengacara, Pak." Eddy menyerah dan berharap pengacaranya sedqng sibuk, sehingga bisa ditunda. "Silahkan, Pqk. Kalau pengacara anda tidak bisa ke sini atau kantor polisi, kita bisa ke kantornya." Petugas polisi mempersempit kemungkinan, agar Eddy tidak bisa menghindar.
Tidak lama kemudian, dengan berat hati Eddy mengatakan, pengacaranya akan datang ke restoran untuk mendampinginya. "Kalau begitu, sambil menunggu pengacara anda, kami akan hubungi pimpinan kami." Petugas polisi berkata tenang, tapi jantung Eddy seakan mau copot mengetahui pimpinan dari kedua polisi tersebut akan ikut juga.
Seorang petugas segera menelpon petugas Raka. "Lapor, Pak. Pak Eddy akan beri keterangan di kantornya." Petugas polisi langsung pada inti laporan. "Baik. Kalau begitu, kalian tunggu di situ. Saya akan menemui Pak Bram." Petugas Raka berkata cepat, lalu mengakhiri pembicaraan mereka.
Eddy langsung duduk di kursi dengan berbagai pertanyaan dalam benak, melihat sikap sigap dan serius kedua polisi yang ada dalam ruangannya.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...
kapok kamu wajib dipenjara biar ga kayak gitu lagi nyusahin aja
bahkan bukan sekali doank😳😳😳🤣🤣🤣🤣
udah jelas² kasus nya belum di tutup or di sidang, udah ketahuan mencuri🤣🤣🤣🤣🤣
anyway, apa pak gustav tak pernah ngasih uang ya Gina🤔🤔🤔🤔
kalo tak punya uang, lebih baik duduk diam di apart ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
udah jelas² ketahuan, masih juga ngelak🤣🤣🤣🤣🤣🤣
aq izin ngakak kejap ya kk othor🤣🤣🤣🤣🤣🤣