Untuk mengisi waktu senggang diawal kuliah, Om Raka menawari Alfath untuk menjadi tutor anak salah satu temannya. Tanpa fikir panjang, Alfath langsung mengiyakan. Dia fikir anak yang akan dia ajar adalah anak kecil, tapi dugaannya salah. Yang menjadi muridnya, adalah siswi kelas 3 SMA.
Namanya Kimmy, gadis kelas 3 SMA yang lumayan badung. Selain malas belajar, dia juga bar-bar. Sudah berkali-kali ganti guru les karena tak kuat dengannya. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Alfath?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gak boleh kalah
Kimmy masih belum bisa percaya jika cowok di hadapannya itu adalah tutor barunya. Ini pasti ulah teman-temannya. Kemarin dia bilang di grup kalau papanya mencarikannya tutor baru. Ya, pasti mereka ngeprank, sengaja ngirim orang untuk pura-pura jadi tutor. Gak mungkin papanya mencari orang sembarangan untuk menjadi tutor, karena selalunya orang-orang yang sudah profesional.
Dia yang sedang pegang HP, langsung menghubungi papanya. Panggilan pertama tidak dijawab, baru pada panggilan kedua, panggilannya dijawab.
"Pah, ada yang datang, ngaku tutor baru," Kimmy bicara dengan tatapan mata yang masih terkunci pada Alfath.
"Iya, namanya Alfath."
"Apa Papa gak salah?" pekik Kimmy. "Dia masih sangat muda. Emang papa yakin, dia bisa ngajar aku?"
Busyet, nih cewek ngeremehin gue banget.
"Kamu selalu gak cocok sama tutor tua, jadi Papa coba yang muda, kali aja klik. Bisa jadi tutor sekaligus sahabat."
Kimmy memutuskan sambungan telepon setelah mendapatkan kepastian dari sang papa. Dia memperhatikan Alfath dari atas ke bawah, lalu ke atas lagi.
"Gak pernah lihat orang genteng, gitu banget liatnya?" Alfath tersenyum simpul.
Mulut Kimmy menganga lebar lalu tertawa mendengar ucapan Alfath. Sumpah, belum pernah dia ketemu cowok sepercaya diri itu. "Berapa umur kamu?"
"21."
"Kuliah?"
"Iya."
"Dimana?"
"Kenapa, mau nyamperin ke kampus gue?"
Lagi-lagi, Kimmy dibuat melongo. Cowok modelan apa sih yang dipekerjakan papanya ini.
"Lo naksir sama gue?" tanya Alfath.
"Hah! Coba ulangi," seru Kimmy. "Gak usah ke PD an ya."
"Biasanya, banyak nanya itu karena suka," Alfath tersenyum miring.
"Amit-amit," Kimmy menatap meremehkan. "Cowok aku aja 1000 kali lebih cakep daripada kamu."
"Ya, gue percaya. Percaya banget kalau lo bohong." Alfath menutup mulutnya dengan telapak tangan agar tawanya tak pecah. Tapi percuma, tawanya tetap saja tak bisa ditahan.
"Gak usah ngomong elo gue disini. Ini Bandung, bukan Jakarta."
Alfath mencebikkan bibir. Cewek kalau udah kalah debat, ya kayak gini. Jadi merembet kemana-mana, bahkan soal bahasa saja, sampai dikomentarin. Padahal intinya, paham juga dengan omongannya.
"Sepertinya, sesi perkenalannya sudah cukup. Dimana kita bisa mulai belajarnya?"
Kimmy menghela nafas panjang. "Aku lagi ngantuk, besok aja mulai belajar. Hari ini, aku bebasin kamu. Silakan pulang," dia menunjuk ke arah pintu.
"Terimakasih, tapi maaf, aku bukan tipe penyuka sesama jenis, apalagi tipe pemakan gaji buta. Jadi, ayo kita mulai belajar!"
Kimmy pikir, tutor muda akan lebih mudah diakali, ternyata dia salah. Dan mau tak mau, dia menuruti kemauan Alfath. Dia mengajak Alfath menuju sebuah ruangan yang memang didesain papanya sebagai tempat dia belajar. Tempat itu seperti ruang kelas, ada white board, proyektor, laptop, serta sebuah bangku dengan 2 kursi. Yang paling menarik, disisi ruangan, berjejer rak buku yang isinya penuh. Entah buku apa saja yang ada disana.
"Rumah ini kayaknya sepi." Alfath memang tak melihat orang lain selain Kimmy dan art yang tadi membuka pintu sekaligus membuatkan dia minum.
"Iya, memang sepi. Kenapa, mau nyolong?"
Alfath berdecak pelan. Kemarin dia sempat kenalan dengan Pak Bram, dari yang dia lihat, pria itu baik dan sopan, tapi entah turunan dari mana, anaknya bisa gak ada sopan santun seperti ini. Caranya bicara dengan yang lebih tua, sangat tidak ada adab. Entahlah, mungkin salah pergaulan.
Alfath merasa jika ruangan itu kurang nyaman untuk belajar. Kesannya terlalu formal, kayak di sekolah.
"Kita belajar di luar aja. Kayaknya lesehan di ruang keluarga enak." Kenapa dia bisa bilang seperti itu, karena tadi mereka melewati ruang keluarga sebelum masuk ke ruang belajar. "Vibes nya biar kayak lagi belajar kelompok."
"Serah, asal vibes nya gak kayak kita lagi pacaran aja," Kimmy memutar kedua bola matanya malas. Mau disini atau dimanapun, dia tak peduli karena sama saja, dia tetap enggan belajar.
Kimmy meletakkan laptop dan beberapa buku di atas meja. Sementara dia dan Alfath, duduk lesehan di karpet. Hari ini, Alfath memulai dengan mepel matematika. Dia ingin tahu lebih dulu, seberapa kemampuan Kimmy. Wajahnya sih cakep, semoga aja otaknya juga, batin Alfath.
Alfath mulai menjabarkan tentang materi matematika yang nantinya akan dipelajari Kimmy di kelas 3. Memberikan penjelasan sesimpel mungkin agar mudah difahami, tapi disaat dia sibuk menerangkan, Kimmy malah sibuk dengan ponselnya.
"Bisa ditaruh dulu gak?" Alfath menatap gadis yang menurutnya menyebalkan itu. Bahkan Alula saja, kalau di ajari tak semenyebalkan Kimmy.
Kimmy meletakkan ponselnya di atas meja. Kembali mendengarkan penjelasan Alfath, tapi saat ada suara notifikasi, dia kembali lagi meraih benda pipih tersebut. Membalas chat teman-teman gengnya, sambil cekikikan.
"Berhenti main HP," seru Alfath sambil menatap Kimmy tajam. Bukannya takut, Kimmy malah lanjut main HP.
Kesal kata-katanya tak gubris, Alfath merebut ponsel Kimmy.
"Apaan sih!" seru Kimmy. Dia hendak merebut kembali ponselnya tapi Alfath lebih dulu memasukkan ke dalam saku celana bagian depan. Dia fikir, Kimmy tak akan berani mengambil jika disana, tapi ternyata dia salah. Cewek itu tetap berusaha mengambil meski posisinya di tempat rawan.
"Anj_" Alfath hampir mengumpat saat tangan Kimmy menyentuh sedikit miliknya. Dia menarik tangan Kimmy keluar, lalu dengan sangat terpaksa mengeluarkan sendiri ponsel tersebut dari saku celananya. Dia tak menyangka kalau cewek di depannya itu tak ada takut-takutnya. Tapi meski sudah mengeluarkan ponsel tersebut dari saku celana, tak berarti dia akan mengembalikan pada Kimmy. "Ponsel kamu aku sita," dia memasukkan ponsel tersebut ke dalam tas miliknya.
"Gak bisa gitu dong," Kimmy berusaha menarik tas Alfath, hingga terjadilah, adegan tarik menarik. Sayangnya, tak berakhir dengan terjatuh bersama dengan posisi wenak, yang ada malah....
Alfath menatap nanar tali tasnya yang putus. Baru hari pertama ngajar, dia sudah rugi.
Bukannya merasa bersalah, Kimmy membuka tas milik Alfath, mengambil ponselnya yang ada disana. Alfath yang naik darah, langsung merebut ponsel tersebut.
"GUE SITA!" ucap Alfath penuh penekanan. Meletakkan benda pipih tersebut di sudut meja yang jauh dari jangkauan Kimmy. Disini, dia tutornya, jadi jangan sampai kalah dengan gadis tengil itu. Dia harus lebih galak dan bar-bar.
Setelah menarik nafas panjang lalu membuang perlahan, Alfath lanjut menerangkan. "Paham?" tanyanya di akhir penjelasan.
Melihat Kimmy menggeleng, kepalanya seperti mau meledak. Padahal dia sudah mengulang dua kali dan menggunakan metode yang menurutnya sangat mudah, tapi...Ah sudahlah, lelah dirinya. Dia memberikan dua buah soal pada Kimmy.
"Kerjakan, aku mau ke toilet sebentar. Dimana toiletnya?"
Kimmy menjelaskan arahnya, lalu membiarkan Alfath pergi. Setelah cowok itu hilang dari pandangan, dia langsung mengambil ponsel, kembali asyik chatingan dengan teman-temannya. Mendengar suara derap langkah, buru-buru dia mengembalikan ponsel di tempat semula lalu pura-pura tidur. Meletakkan kepala di atas meja, dengan berbantalkan lengan.
Alfath mengerutkan kening melihat Kimmy tidur. Saat dia lihat, soal yang dia berikan sama sekali belum dikerjakan.
"Bangun!" titah Alfath. "Aku tahu kamu cuma pura-pura. Buruan bangun dan kerjakan soalnya!"
Kimmy bergeming, tetap dalam mode pura-pura tidur. Pokoknya dia harus membuat tutor barunya itu kesal dan akhirnya mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
"Baiklah," Alfath tersenyum simpul. "Bangun, sesi ini sudah selesai, aku ada urusan."
Mendengar itu, Kimmy langsung membuka mata dan mengangkat kepala. Buru-buru dia mengemasi buku dan alat tulis.
"Mau apa?" Alfath menahan tangan Kimmy.
"Kan udah selesai."
"Kata siapa?"
"Kata kamu barusan."
Alfath tersenyum miring. "Yang selesai, sesi pertama. Sekarang kita lanjut sesi berikutnya."
"Hah!" Kimmy langsung melongo. "Bu-bukannya kamu ada urusan?"
"Iya. Urusan ngajarin cewek bandel."