Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 : Ikatan Diatas Kertas.
Pagi ini Arumi sudah bersiap untuk berangkat kerja, sudah satu bulan ini Arumi mulai bekerja di sebuah perusahaan dan menjabat sebagai seorang staf administrasi. Pekerjaan itu Arumi dapatkan atas rekomendasi Delia, sudah dua tahun Delia bekerja disana sebagai seorang sekertaris, hingga dia bisa merekomendasikan ke atasannya untuk memasukkan Arumi.
Sebenarnya Arumi belum memiliki rencana menikah karena dia baru lulus kuliah dan baru mulai bekerja, namun karena desakan ayahnya yang menganggapnya sebagai beban hidup akhirnya Arumi mengiyakan saat Randy melamar dan hendak meminangnya. Terlebih lagi mama tirinya yang terus memprovokasi ayahnya agar Arumi bisa segera menikah supaya keluarga mereka bisa kecipratan kekayaan keluarga Prayoga.
Arumi memang mencintai Randy, mereka sudah mengenal sejak lama karena ayah Arumi bekerja di perusahaan milik keluarga Randy sudah sejak Arumi duduk di bangku SMP. Ayah Arumi hanya seorang staf biasa, gajinyapun tidak terlalu besar, itulah mengapa ayah dan mama tirinya itu sangat mendukung saat mengetahui Arumi menjalin hubungan dengan Randy, pewaris tunggal keluarga Prayoga.
Arumi menatap pantulan dirinya di cermin, bayang-bayang kejadian semalam masih terngiang di benaknya. Suara-suara desahan saat dia memasuki ruangan apartemen Randy seperti terus menggema di telinganya.
"Rum cepetan, Randy udah nungguin diluar tuh!" Ucap Sofia saat membuka pintu kamar Arumi.
Arumi tidak menjawab, tidak juga menoleh, dia hanya menatap kakak tirinya itu dari pantulan cermin. Mati-matian semalaman dia mengabaikan pesan dan panggilan telefon dari Randy, tapi sekarang pria itu malah datang ke rumahnya tanpa rasa dosa. Sungguh tidak tau malu!
"Rum..." Randy bergegas bangun dan menghampiri Arumi saat melihat gadis itu keluar melewati pintu. "Sayang, aku bisa menjelaskan semuanya, Delia yang tiba-tiba datang dan merayuku semalam, sungguh aku tidak bermaksud untuk..."
"Lalu kamu tergoda?" Potong Arumi masih dengan wajah datarnya.
Randy mengangguk pelan, wajahnya penuh dengan penyesalan, "Maafkan aku sayang, aku khilaf. Tapi aku mohon, jangan batalkan pernikahan kita besok, aku sangat mencintaimu."
Arumi kembali diam, menjawab tidak mau juga rasanya percuma, ayahnya sudah memutuskan jika pernikahan besok harus tetap terjadi. Jika bukan karena ayahnya, mungkin Arumi sudah memilih untuk pergi dari rumah sejak semalam. Arumi hanya tidak ingin ayahnya sampai dipermalukan oleh keluarga Prayoga. Ayahnya adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki setelah ibunya meninggal. Meskipun dia sering mendapatkan perlakuan yang tidak pantas, tapi Arumi sangat menyayangi ayahnya.
"Rum, kamu mau kemana? Kita akan menikah besok, kenapa kamu masih kerja? Sebaiknya kamu keluar dari perusahaan kecil itu sayang. Setelah besok menjadi istriku, kamu adalah tanggung jawabku. Aku tidak akan mengijinkan kamu untuk kerja-kerja lagi."
Arumi menatap Randy dengan sorot mata tajam, "Kamu masih punya malu gak sih? Aku diam bukan berarti aku terima melihat pengkhianatan kamu semalam dengan Delia. Jikapun aku setuju untuk melanjutkan pernikahan besok, itu aku lakukan hanya demi ayahku. Bukan karena aku masih mencintai kamu. Sudah jijik aku sama kamu!!"
Tak ingin melihat wajah Randy lebih lama lagi, Arumi memilih pergi dengan menyetop taksi. Randy mencoba mencegah dan mengusulkan untuk mengantar, namun Arumi abaikan. Keberadaan mama tiri dan kakak tirinya dirumah membuatnya tidak nyaman untuk mengobrol lama-lama disana. Arumi tau sejak tadi Sofia terus menguping dibalik jendela.
Setelah cukup jauh meninggalkan rumah, sebuah mobil berwarna hitam menyalip dan berhenti di depan taksi yang sedang Arumi naiki, membuat tubuh Arumi terdorong kedepan dan kepalanya hampir saja membentur punggung jok.
"Ada apa Pak?"
"Kurang tau Non, itu mobil didepan tiba-tiba saja berhenti," jawab si supir taksi.
Arumi menatap mobil didepannya dari dalam taksi, seorang pria berjas hitam keluar dari dalam mobil itu dan menghampiri taksi yang Arumi naiki. Pria itu mengetuk kaca belakang mobil.
Ingatan Arumi masih sangat jelas, itu adalah wajah pria yang semalam datang bersama dengan pria yang menolongnya. Tapi untuk apa pria itu menghampirinya? Bukankah semalam dia tidak melakukan kejahatan apapun? Kenapa dia merasa seperti diteror sekarang hanya karena percobaan bunuh diri dijembatan.
"Maaf Nona, bisa ikut dengan saya? Tuan saya ingin bicara dengan Nona," ucap asisten Roy saat Arumi sudah turun dari dalam taksi.
"Aku tidak ada urusan dengan kalian, sebaiknya kalian jangan menggangguku." Arumi ingin kembali masuk ke dalam taksi, namun asisten Roy menahan lengannya.
"Maaf, maaf, Nona." ucap asisten Roy melepaskan tangannya dari lengan Arumi. "Tuan saya hanya ingin bicara sebentar, jadi tolong Nona temui saja dulu." ujar asisten Roy memohon.
Arumi menghela nafas panjang, "Mau bicara apa? Semalam dia sudah menolongku dari percobaan bunuh diri, lalu dia ingin aku berterima kasih, begitu?"
"Mari Nona, kita temui saja dulu Tuan saya, nanti Nona akan tau jawabannya,"
Asisten Roy mengeluarkan selembar uang berwarna merah untuk membayar taksi yang ditumpangi oleh Arumi, setelah itu dia mempersilahkan Arumi menuju ke arah mobilnya yang terparkir di depan taksi. Asisten Roy membukakan pintu mobil belakang untuk Arumi, didalam mobil Bara sudah duduk menunggu.
"Masuklah," perintah Bara. Arumi menatap Bara sebentar, kemudian dia masuk dan duduk di samping Bara.
"Aku yang mau bunuh diri tapi kenapa malah kamu yang menggentayangi aku? Kalau kamu hanya ingin mendengar aku bilang terimakasih, maka aku ucapkan terimakasih! Terimakasih karena sudah menggagalkan rencana bunuh diriku semalam," ucap Arumi kemudian mengarahkan pandangannya kembali lurus ke depan.
"Aku disini bukan untuk terimakasihmu itu, tapi untuk sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih penting." Bara menoleh ke arah Arumi, gadis itupun kembali menoleh ke arahnya. "Aku tau kamu baru dikhianati oleh calon suamimu bukan?"
Kening Arumi mengernyit, darimana pria disampingnya ini tau tentang pengkhianatan Randy? Mungkinkah pria ini seorang peramal yang berkedok sebagai pengusaha?
"Maksudmu?" tanya Arumi.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam,"
Arumi tidak menjawab dan menatap Bara dengan lekat, apa telinganya barusan bermasalah? Tapi dia bisa melihat keseriusan dan kesungguhan diwajah dan mata pria disampingnya ini.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu," ucap Arumi sambil terus menatap Bara.
"Kamu sudah tidak menginginkan pernikahan besok tejadi bukan?" Tanya Bara, Arumi hanya diam. "Mari kita buat ikatan diatas kertas. Tetaplah menikah besok, dan aku yang akan menggantikan calon mempelai prianya."
Arumi nampak terkejut, kedua matanya membulat sempurna.
"A-apa???"
...🍁🍁🍁...
di tunggu lho kiss nyaa... ehhh
🤭
balas semua sakit hati mu Rum...
air mata mu terlalu berharga untuk menangisi laki laki penghianat seperti Randy...