~Dibuat berdasarkan cerpen horor "Anna Van de Groot by Nath_e~
Anastasia ditugaskan untuk mengevaluasi kinerja hotel di kota Yogyakarta. siapa sangka hotel baru yang rencana bakal soft launching tiga bulan lagi memiliki sejarah kelam di masa lalu. Anastasia yang memiliki indra keenam harus menghadapi teror demi teror yang merujuk ada hantu noni Belanda bernama Anna Van de Groot.
mampukah Anastasia mengatasi dendam Anna dan membuat hotel kembali nyaman?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Solusi Rama
Adam dan Anastasia duduk berseberangan dengan Rama–dukun muda yang memiliki reputasi cukup mentereng dalam menangani energi gaib. Di tengah ruangan dengan pencahayaan cukup terang dan aroma dupa yang kental, suasana terasa sedikit tegang. Anastasia, mengenakan blazer biru dengan raut wajah serius, melipat tangannya sambil menatap tajam ke arah Rama.
"Menurut mas Rama bagaimana, apa aman jika kita buka lantai tiga?" Anastasia bertanya penuh kekhawatiran.
Adam, yang lebih tenang dari Anastasia menambahkan, "Ini situasi yang dilematik. Tapi kami tidak punya pilihan lain.”
Rama hanya tersenyum dan senyuman itu membuat suasana semakin janggal, seolah ia tahu sesuatu yang tidak diketahui oleh keduanya.
Rama merapikan selendang hitam yang melilit bahunya sebelum menjawab, "Energi negatif itu tidak hilang karena marah-marah atau paksaan. Kalian perlu belajar untuk menghormatinya."
Anastasia terlihat tidak sabar. "Apa maksudmu menghormati sesuatu yang membuat orang ketakutan?"
Rama menatapnya, masih dengan senyum yang sama, lalu berkata, "Apa yang terjadi di lantai tiga itu bukan sekadar fenomena gaib. Ada kisah masa lalu yang harus dilepaskan. Tapi … ini akan sedikit sulit.”
Ruangan menjadi hening. Adam melirik Anastasia, yang tampaknya mulai merasa tidak nyaman dengan nada misterius Rama. "Baik, kalau itu menurutmu, apa langkah pertama yang harus kita lakukan?" Adam bertanya, mencoba mengendalikan diskusi.
Rama mengambil mangkuk kecil berisi air dan bunga mawar putih dari meja di depannya. "Kita akan mulai dengan ini. Ritual ini tidak untuk mengusir, tetapi untuk mengundang. Kita harus berbicara dengan penghuni lantai tiga."
Wajah Anastasia langsung berubah. "Mengundang? Apa kau serius?"
Rama mengangguk santai. "Tentu saja. Kadang, untuk menyelesaikan masalah, kita perlu bertemu langsung dengan sumbernya."
Anastasia menghela napas panjang. Ia masih merasa skeptis, tapi tidak punya pilihan lain. Masalah lantai tiga dan para hantu ini sudah mulai mengganggu, dan kini semakin mendesak.
"Ana, lantai tiga harus bisa digunakan untuk gala dinner besok malam. Event ini menentukan reputasi hotel kita di mata investor. Kalau ada masalah, kamu selesaikan. Aku tidak mau dengar alasan!" Pesan pak Broto terngiang lagi.
Pak Broto bahkan sampai meneleponnya langsung sebelum ia pergi menemu Rama, mempertegas ultimatum tersebut. Jika lantai tiga tetap ditutup karena "hal-hal aneh," bukan hanya nama baik hotel yang dipertaruhkan, tapi juga masa depan Anastasia dan Adam.
"Baiklah," Anastasia akhirnya berkata, suaranya terdengar lelah namun tegas. "Kalau memang itu caramu, Rama, akan kita lakukan. Tapi, aku ingatkan, besok lantai tiga harus siap. Jika tidak bisa mengusir mereka semua, setidaknya tolong … buatkan pagar pelindung.”
Rama tersenyum kecil, matanya berkilat seolah menikmati tantangan ini. "Tenang saja. Ritual ini bukan hanya untuk tamu kalian, tapi juga untuk mereka yang sudah lama menjadi 'penghuni tetap' lantai tiga."
Adam, yang sejak tadi lebih banyak diam, akhirnya bersuara. "Bagaimana tepatnya ritual ini akan dilakukan? Apakah ada risiko bagi kami atau tamu lainnya?"
Rama menatapnya dengan tenang, lalu mengaduk air dalam mangkuk dengan ujung jarinya. "Risiko selalu ada, terutama jika entitas yang ada di lantai tiga merasa terancam. Tapi kalau kalian mengikuti instruksi ku, semuanya akan baik-baik saja."
Anastasia merasa jantungnya berdegup lebih cepat. "Apa yang harus kami lakukan?"
Rama berdiri, mengambil tas kain berisi benda-benda ritualnya. "Kalian akan ikut bersamaku malam ini, tepat saat tengah malam. Lantai tiga harus dalam kondisi gelap total. Tidak ada cahaya buatan, tidak ada suara elektronik. Hanya kita, penghuni lantai tiga, dan niat baik."
Adam melirik Anastasia dengan wajah penuh kecemasan. "Ini benar-benar terdengar seperti film horor."
"Ya, tapi sayangnya ini nyata," gumam Anastasia. Ia mengusap pelipisnya, mencoba meredakan ketegangan dalam dirinya. "Oke, kita lakukan malam ini. Tapi aku peringatkan, jika ada apa-apa, aku tidak akan ragu untuk membatalkan semuanya."
Rama tertawa pelan, senyumnya kali ini terasa lebih misterius. "Jangan khawatir. Kadang, kegelapan hanya butuh didengar. Dan ketika mereka merasa dihormati, mereka akan memberi kalian kedamaian."
Adam dan Anastasia hanya saling berpandangan, masih belum yakin apakah mereka sedang membuat keputusan yang benar—atau justru membawa diri mereka ke dalam masalah yang lebih besar.
padahal aku teh pingin tau flashback nya anna 😌