Kisah ini terinspirasi dari kisah hidup seseorang, meski tidak sama persis namun mewakili bagaimana alur hidup beberapa wanita, bagaiman dia bermimpi memiliki rumah tangga yang indah, namun pada kenyataannya semua tak semulus harapannya.
pernikahan yang indah adalah impian semua wanita, menikah dengan orang yang bisa memahami dan selalu bisa menjadi pundak baginya adalah impian, namun tak pernah Alifa sangka selama menjalani pernikahan dengan Aby kata indah nyaris terburai dan hambar semakin harinya, apalagi tinggal bersama mertua yang tak pernah bersyukur akan hadirnya. Alifa semakin lelah dan nyaris menyerah akan di bawa kemana biduk rumah tanganya??? salahkan jika perasaan itu terkikis oleh rasa lelah???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permohonan Ibu.
Malam hari di rumah orang tua Aby, sudah sepi karena saudara-saudaranya sudah kembali ke rumah masing-masing setelah bertemu dengan Aby.
Shasa sedang nonton TV bersama kakeknya di ruang keluarga, sementara Aby memijat kaki ibunya di kamar karena kondisi bu Ina semakin sakit.
"Aby, ibu sakit semenjak jauh dari kamu." Kata bu Ina.
"Ibu tidak bisa jika harus berjauhan dengan kamu By." Kata Bu Ina sambil memegangi kepalanya, Aby diam sambil terus memijat kaki ibunya, ini yang membuat dia selalu merasa bimbang saat mengambil keputusan antara dua wanita yang berharga di hidupnya.
"By, Ibu minta maaf kalau ibu mengikatmu seperti ini, tapi tak ada yang bisa ibu harapkan selain kamu." Ujar bu Ina lagi.
"Kakak mu dua-duanya sudah tak bisa aku harapkan untuk tinggal di sini."
"Adikmu apa lagi dia lebih memilih calon istrinya juga karirnya."
"Apa iya di masa tua ibu yang punya anak laki-laki banyak, melahirkan dengan susah payah akan berakhir sendirian bersama bapak kamu."
"Ibu jadi takut saat ibu sakit begini dan tak ada anak yang datang menunggu ibu akan mati sendirian tanpa di ketahui orang."
Bu Ina berbicara banyak sambil berkaca-kaca, jujur tak pernah terbayang di mas tuanya ini dirinya akan di tinggal banyak anak yang sudah dengan susah payah dia lahirnya dan dia besarkan.
Aby merasa sesak saat mendengar keluh kesah dari ibunya itu, namun Aby merasa kecewa kenapa dari empat bersaudara selalu dirinya yang harus mengalah.
"Bu, sudahlah jangan berpikir macam-macam." Aby berbicara pelan-pelan.
"Sekarang itu jaman sudah mudah bu, tak susah berkomunikasi." Lanjut aby masih berusaha pelan saat bicara.
"Ibu bisa telfon aku dan saudara-saudara yang lain jika ada apa-apa." Lanjut Aby lagi tanpa meninggikan suaranya.
Bu Ina menggeleng tidak setuju dengan ucapan Aby nyatanya kemarin saat dirinya sakit anak-anaknya yang lain tak ada yang peduli seperti saat Aby ada.
Tak ada yang memijat seperti Aby memijat dirinya jika sakit, tak ada yang menawari untuk periksa seperti Aby, tak ada yang memberi obat seperti Alifa.
"Hp memang ada namun percuma jika tak bisa datang, karena jauh, karena pekerjaan, karena hal lain yang tak ibu tau." Ujar Bu Ina menghela nafas.
"Dekat saja aku tak di pedulikan saudaramu yang lain, apalagi jauh tentu semakin tak peduli." Kata Bu Ina lagi.
Keduanya pun diam hanyut pada pikiran mereka masing-masing, Aby buntu harus bagaimana, Bu Ina sedih atas apa yang dia terima saat ini.
"By, apa tak bisa kamu bawa istrimu kembali???" Ujar Bu Ina setelah terdiam cukup lama.
Aby menggelengkan kepalanya, "Belum bu, bahkan dia tetap ingin punya rumah sendiri." Batin Aby tak ingin ibunya makin sakit.
"Apa istrimu masih ingin bercerai??" Tanya Bu Ina lagi.
Aby kembali menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum teringat hubungannya semakin membaik tidak seperti sebelum-sebelumnya.
"Lalu mengapa tidak mau kembali??" Tanya Bu Ina tidak sadar jika dirinyalah yang membuat Alifa sulit kembali ke rumah ini.
"Bu, ibu apa masih tidak tau mengapa semua ini terjadi pada rumah tangga Aby??" Ucap Aby berat sembari menatap ibunya sendiri membuat Bu Ina semakin berkaca-kaca dan memutus pandangan ke arah lain.
"Apa aku terlalu jahat sih by??"
"Ibu hanya ingin dekat dengan anak itu saja."
"Selama ini aku juga tak pernah melukai fisik Alifa."
"Ibu dulu juga biasa di perlakukan begitu sama nenek kamu."
"Tapi ibu terima dan tak pernah meninggalkan rumah ini sampai nenekmu meninggal dunia."
Bu Ina berbicara tanpa menatap Aby karena pelupuk matanya terlalu panas menahan air di matanya. Ucapan Bu Ina semakin membuta Aby berat untuk melangkah dan memutuskan langkah apa yang di ambil tanpa menyakiti ibunya yang sudah sedih seperti ini.
"Bu, maaf... Aby rasa setiap manusia itu berbeda, hatinya pun berbeda, jika ibu saja bisa sakit hati saat kami tak peduli bagaimana dengan Alifa yang bahkan tak ibu anggap dengan baik." Ucap Aby sangat hati-hati.
"Aby sebenarnya bisa saja tinggal di sini, tapi Alifa juga sedang hamil dan butuh perhatian Aby, sama seperti ibu yang kesusahan saat hamil aku dan saudaraku yang lain, Alifa pasti juga kesusahan saat tak ada suaminya." Kata Aby masih pelan-pelan agar tak menyinggung hati ibunya.
"Boleh tidak Aby juga mohon ke Ibu, untuk sementara ini bersabar tidak bersama Aby dulu demi cucu ibu yang di kandungan." Lanjut Aby lagi namun sang ibu justru memunggungi dirinya tanpa berbicara, Aby pun hanya bisa menahan nafasnya.
Ibunya memang tak pernah bisa mengalah dengan siapapun, Aby semakin bingung bagaimana mengambil hati ibunya yang keras dan tak bisa di ajak saling memahami ini.
Bu Ina memejamkan matanya tak ingin berbicara lagi, sakit kepalanya semakin menjadi, begitupun ngilu di giginya tak karuan rasanya di tambah dengan sesak di hatinya yang luar biasa karena apa yang dia mau tak bisa dia dapatkan.
Aby keluar dari kamar meninggalkan ibunya kemudian menyusul Shasa dan bapaknya yang sedang menonton TV, di sana Aby pun berbincang dengan Bapaknya dan meminta saran pada sang Bapak agar hatinya yang bimbang bisa mengambil keputusan.
Sementara di kamar Bu Ina membuka mata setelah Aby keluar dari kamarnya, "Jika Alifa tak mau kembali dan ingin bercerai kau tak apa by tinggal nikah lagi dengan wanita yang bisa kamu ajak tinggal di sini, atau kau menikah lagi saja kemudian istri kedua musim tinggal di sini, ibu tak ingin kesepian sendirian di rumah ini, melakukan semuanya sendirian." Ucap Bu Ina lalu menghela nafasnya kesal.
***
Maaf Up telat, please ya tolong Like, komen, dan jejaknya. Please banget yang punya vote kasih ke Author ya, biar makin semangat dan retensinya tetap stabil🙏🙏🙏😍😍
Niscaya rumah tangga mu bakal langgeng dan bisa menua bersama