Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Gevano pulang kerumah bersama Asisten Milo yang akan mengecek CCTV mencari bukti.
"Ke dapur dulu siapa tau masih ada makanan sisa yang di beri racun" usul Gevano di angguki patuh Asisten Milo.
Terlihat Bibi Miah dan Bibi Zira di dapur sedang mengobrol dengan suara pelan, seperti nya sedang bergosip.
"Bi" panggil Gevano menyadarkan kedua Bibi itu untuk berhenti bergosip.
"Ya Tuan?" sahut Bibi Miah mewakili dengan tatapan gugup dan takut kepergok.
"Apa yang Grandma makan tadi?" tanya Gevano melirik ke arah satu mangkok berisi bubur ayam.
"Bubur ayam, Tuan.." jawab Bibi Miah jujur, dia tak berani untuk berbohong bisa-bisa gaji nya di potong.
"Masih ada sisa?" tanya Gevano lagi.
"Ini Tuan.. Tapi ini Nyonya Line yang minta di sisakan satu mangkok, katanya enak" jawab Bibi Zira menunjuk mangkok yang sejak tadi di tatap oleh Gevano.
Gevano terdiam dan menghela nafas, terlihat dari bentukan bubur ayam nya sangat menarik dan enak, tapi apakah benar?
"Milo. Kau cobalah bubur ini" titah Gevano mengambil satu sendok bubur ayam itu dan memberikan nya pada Asisten Milo.
Asisten Milo segera melahap bubur ayam itu dengan hati-hati, dia yakin bubur itu tak ada racun nya.
"Enak Tuan.." ucap Asisten Milo hendak menyendokkan lagi bubur ayam itu.
Gevano menepis tangan Asisten Milo da memberi tatapan tajam.
"Buat saya.." tegas Gevano segera mengambil sendok baru dan melahap bubur ayam itu dengan ragu-ragu, ia harus memastikan rasa yang dimaksud Asisten Milo.
Deg
Bubur ayam itu benar-benar enak, membuat nya lupa diri hingga menghabiskan satu mangkok bubur ayam tanpa memperdulikan sekitar.
"Yang bikin ini siapa?" tanya Gevano usai mengelap mulut nya dengan tissue bersih.
"Nona Andin, Tuan.." jawab Bibi Zira setelah ia mendapat cubitan kecil dari Bibi Miah.
Gevano terdiam, apakah benar istri kesayangan nya itu bisa membuat bubur ayam seenak ini?
Asisten Milo datang dengan laptop nya dan memberikan pada Gevano yang masih melamun memikirkan Andin.
"Ini rekaman CCTV nya Tuan" cetus Asisten Milo menyadarkan Gevano yang langsung bersikap tenang.
Gevano mengecek dengan cermat dan tak tertinggal apapun. Hingga mulai terlihat janggal saat Rose keluar dari kamar Grandma dan nampak berbicara di depan Andin dan Jasline.
"Saya mau dengar percakapan mereka" ucap Gevano langsung Asisten Milo siapkan airpods yang terhubung ke laptop itu.
CCTV di rumah ini begitu canggih hingga bisa mendengar suara orang sedang mengobrol dari beberapa jauh jarak nya.
Gevano lagi-lagi hanya diam mendengar percakapan Rose yang begitu berbeda saat ada dia.
Tak di sangka-sangka, begitu jahat nya bahasa Rose. Apa Grandma yang mengajarkan nya?
Gevano mempercepat durasi rekaman CCTV itu saat terlihat kosong di ruang tamu.
Hingga Rose mulai muncul lagi, dan membuat Gevano langsung memicingkan mata nya tajam.
"Apa yang dia lakukan di samping tangga?" gumam Gevano melihat tingkah Rose yang begitu mencurigakan di samping tangga diam-diam sesekali mengawasi sekitar.
Deg
Gevano melihat dengan jelas saat bubuk racun berwarna putih itu di keluarkan dari kantong rok Rose.
Tanpa Rose sadari, bubuk racun itu hanya di tabur sedikit dan hendak ia simpan di kantong rok lagi, tetapi bungkusan nya malah meleset jatuh ke lantai.
"Milo, cari bungkusan berwarna putih itu di samping tangga, sekarang!" titah Gevano menghentikan rekamana CCTV saat Rose sudah masuk ke dalam kamar Grandma.
Asisten Milo mengangguk dan segera mencari bungkusan berwarna putih yang entah masih ada atau tidak.
"Ketemu!" seru Asisten Milo melihat bungkusan itu yang masih tak bergerak dari tempat nya terjatuh.
Segera Milo bawa ke Gevano yang masih ada di dapur mengecek rekaman CCTV bagian dapur.
"Andin seperti nya sudah terbiasa memasak, sejak kapan dia bisa masak?" gumam Gevano masih bisa di dengar oleh Bibi Miah.
Kedua Bibi itu saling pandang, apa ini waktu nya memberitahu Gevano kalau Andin sering belajar memasak?
"Nona Andin udah sering masak, Tuan.." ujar Bibi Zira saat Gevano sibuk menonton rekaman CCTV dengan tanggal yang berbeda-beda.
"Begitu kah? Berarti selama ini Andin diam-diam memasak? Apa phobia nya sudah ter-atasi?" Gevano terus bergumam setelah mendengar penjelasan dari salah satu pembantu nya.
"Ini Tuan" ucap Milo memberikan bungkusan itu. Gevano segera menerima dan membuka sedikit untuk mencium aroma.
Gevano langsung tersedak, hanya mencium bubuk nya saja sudah membuat tenggorokan nya kering, bagaimana rasa nya jadi Grandma yang menelan racun itu?
"Rose.. Tak akan ku lepaskan kau, kau sudah mengganggu orang-orang tersayang ku, tak bisa kau bebas" lirih Gevano segera bangkit, dia akan ke rumah sakit untuk menyeret Rose ke polisi.
Rekaman CCTV dan bubuk racun itu sudah menjadi bukti terkuat untuk menjebol kan Rose ke jeruji besi.
...----------------...
Andin dan Jasline sedang berada di kantin untuk membeli makan, mereka masih menunggu kabar Grandma sadar.
"Rose masih menjaga di depan ruangan Grandma kan?" cetus Jasline di angguki Andin.
"Katanya sih iya Ma, semoga aja dia langsung ngabarin kita pas Grandma sudah sadar" balas Andin di angguki Jasline.