Hanya karena dipuji ketampanannya oleh seorang wanita, Miko justru menjadi target perundungan sang penguasa kampus dan teman-temannya.
Awalnya Miko memilih diam dan mengalah. Namun lama-kelamaan Miko semakin muak dan memilih menyerang balik sang penguasa kampus.
Namun, siapa sangka, akibat dari keberanian melawan penguasa kampus, Miko justru menemukan sebuah fakta tentang dirinya. Setelah fakta itu terungkap, kehidupan Miko pun berubah dan dia harus menghadapi berbagai masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketika Miko Terbangun
Apa kamu bilang? Anak kita?" Mata Seruni memicing, menatap tajam pria yang telah menghancurkan masa depannya. "Sandiwara apa lagi yang sedang kamu perankan kali ini?"
William mencoba tersenyum. "Aku tahu, untuk memaafkan semua kesalahanku pun kamu pasti tidak akan sudi. Tapi setidaknya, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahanku, Run?"
"Nggak! Nggak akan!" ucap Seruni tegas. "Tidak ada yang namanya kesempatan, dan tidak ada yang perlu diperbaiki. Semua sudah rusak, seperti yang kalian rencanakan 20 tahun yang lalu."
"Run..."
"Lebih baik kamu pulang. Anggap aja, kita tidak pernah ketemu lagi setelah ini," usir Seruni.
"Tidak," tolak William. "Aku tidak akan pulang sampai keadaan anak kita membaik."
"Dia bukan anakmu!" bentak Seruni. "Dia sudah tidak ada, sejak kamu tidak mengakuinya."
William menghela nafas panjang. "Kalau Miko memang bukan anakku, baiklah, aku akan menunggu sampai ayahnya datang."
Seruni kembali terperanjat. "Jangan ngaco deh, Will! Pulang sana! Kamu mau merusak rumah tanggaku juga?"
Kali ini William tersenyum. "Kalau bisa dihancurkan ya nggak apa-apa, aku akan menghancurkan rumah tanggamu sekalian. Apa suamimu mata duitan?"
"William!"
"Jangan keras-keras, nanti Miko bangun," William malah bersikap santai meski lawan bicaranya sudah dalam emosi tingkat tinggi. "Aku tahu, selama ini kamu tidak pernah menikah."
Seruni terperangah.
"Tidak perlu kaget begitu," ucap William santai. "Begitu kamu muncul di hadapanku, orang-orang suruhanku langsung bergerak, mencari informasi tentang kamu. Kamu pasti sering mendengar seberapa kuat kekuasanku bukan?"
"Cih!" Seruni berdecih. "Untuk apa mencari informasi tentang aku? Untuk dijadikan bahan fitnahan lagi?"
William menelan salivanya sejenak. "Aku tahu itu satu kesalahan fatal yang aku lakukan padamu. Tapi dengan adanya rekaman itu, kamu tahu kan, kalau aku hanya dimanfaatkan?"
Seruni tersenyum sinis dan memilih melempar pandangan ke arah anaknya.
"Aku sendiri tidak tahu, kalau mereka bisa berbuat sejahat itu sama aku. Padahal, aku benar-benar menganggap mereka orang yang sangat berarti. Tapi nyatanya, mereka lebih menjijikan daripada penjahat yang terang-terangan memusuhiku."
Seruni memilih diam. Wanita itu bingung, harus menunjukan reaksi seperti apa. Sedari tadi Seruni mencoba mengusir, nyatanya William malah bertahan dan terus mengoceh, menambah rasa kesal dalam batin wanita berambut ikal tersebut.
"Selama ini, aku selalu dirundung rasa bersalah, Run. Bahkan aku sering mengunjungi makammu."
"Apa! Makam?" Seruni kembali terkejut. William mengangguk. "Kamu menganggap aku sudah tidak ada?"
"Tadinya yang aku tahu seperti itu," balas William cepat. "Kamu dengarkan dulu penjelasanku," ucap pria gagah itu dan William segera memberi penjelasan secara rinci tentang kematian palsu Seruni
"Astaga!" Seruni benar-benar syok mendengarnya. "Mereka sampai berbuat sejauh itu?"
William mengangguk. "Aku tidak menyangka, mereka benar-benar ingin menguasai semua hartaku menggunakan Kelvin."
"Gila!" Seruni masih tak percaya.
"Yah, benar kata kamu, aku terlalu bodoh, Run. Di mata banyak orang, aku dianggap sangat hebat. Tapi nyatanya, musuh berada di sampingku aja, aku tidak melihatnya."
"Hm..." Seruni bergumam sinis.
Mendengar cerita William, wanita itu malah jadi serba salah. Di satu sisi, Seruni sangat membenci pria itu, tapi di sisi lain, wanita itu merasa iba karena biar bagaimanapun William juga menjadi korban kejahatan yang terselubung.
"Sejak kapan kamu menyimpan semua video itu, Run?" tanya William tiba-tiba.
Seruni agak terjengat, lalu dia sedikit salah tingkah hingga dia mencoba mengingat-ingat tentang semua yang Seruni lakukan untuk membersihkan nama baiknya.
"Sudah sangat lama, sebelum Miko lahir," jawab Seruni ketus.
"Astaga! Bagaimana bisa?"
"Ya bisa lah. Buktinya ada itu."
William kembali cengengesan. "Gimana ceritanya kamu bisa dapat bukti seakurat itu?"
Serunj mendengus sejenak. "Awalnya, aku dan Dini tak sengaja melihat Daniel bersama Renata memasuki hotel," Seruni mulai bercerita. "Dini iseng ngajakin aku ngikutin mereka karena Dini pikir, adanya mereka pasti ada kamu. Aku sih awalnya nggak mau, tapi Dini maksa."
William mengangguk. "Terus?"
"Ternyata di dalam hotel itu sudah ada John yang menunggu mereka. Aku pikir mereka hanya main ke cafe yang ada di hotel itu. Namun kita dibuat terkejut waktu melihat mereka masuk ke dalam satu kamar."
Sekarang gantian William yang terkejut. Tapi kala pria itu mengingat video yang dia tonton bersama keluarganya, William mengangguk paham.
"Lalu, bagaimana cara kamu merekamnya?" William pun semakin penasaran.
"Kebetulan, sepupunya Dimas, pria yang tadi bersama Dini, bekerja di hotel tersebut. Aku minta tolong sama dia. Awalnya sih sepupunya Dimas nolak karena itu melanggar privasi konsumen. Namun, setelah aku menceritakan kisahku, dia menyanggupinya."
William kembali mengangguk. "Kenapa kamu tidak langsung menyerahkannya padaku?"
"Apa kamu akan langsung percaya?" Seruni bertanya balik dengan sikap ketus. "Bahkan di saat aku diusir orang tuaku, justru kamu sedang merayakan pesta pernikahanmu."
William tercekat. Pria itu menatap Seruni dengan rongga dada yang bergemuruh. Rasa bersalah dan penyesalan pun kembali menyelimuti benak William.
"Maaf," cuma itu yang bisa William katakan saat ini.
Bibir Seruni mencebik. Dia menahan diri agar tidak terlihat lemah di hadapan William. Jika teringat masa lalunya yang pahit, sudah pasti ada air yang ingin keluar dari dua sudut matanya, dan Seruni tidak ingin William melihatnya.
"Jadi, apa kamu sengaja menyimpan semua bukti kebusukan mereka?" kali ini William kembali membahas soal rekaman setelah tadi mereka saling diam beberapa saat.
"Yah, seperti yang tadi kamu lihat," jawab Seruni tanpa menatap lawan bicaranya. "Cuma aku tidak menyangka, aku memiliki kesempatan untuk menyerahkan bukti itu sama kamu. Mungkin kalau anak kesayanganmu itu tidak mengusik anakku, bukti itu akan tersimpan rapi."
"Dia bukan anakku," ralat William.
"Setelah kamu tahu buktinya bukan?" Seruni tersenyum sinis. "Seandainya tidak ada bukti itu, kamu pasti akan selalu membanggakannya dan menganggap Kelvin anak yang baik di depan semua media."
William tercenung, kemudian tersenyum masam.
"Lebih baik kamu pulang, tidak perlu menemui kami lagi," pinta Seruni. "Aku tidak mau, dituduh yang tidak-tidak oleh istri tercintamu."
"Aku sudah menceraikannya."
Mata Seruni sontak sedikit melebar karena terkejut mendengar ucapan William.
"Aku sudah menceraikan Renata di depan keluargaku langsung. Aku juga telah mengusir wanita itu dan anaknya, termasuk Daniel dan John."
"Bukan urusanku," balas Seruni ketus.
"Ibu..." William dan Seruni sontak terperanjat, mendengar suara Miko. Seruni langsung bangkit dari duduknya, sedangkan William tetap duduk meski dia juga ingin menghampiri anaknya.
"Kamu sudah bangun, Nak?" Seruni nampak terharu. "Gimana? Mana saja yang sakit?"
Miko mencoba tersenyum. "Bu, haus."
"Oh iya," Seruni langsung meraih botol di dekat brangkar. Botol itu sudah disediakan bersama sedotanya agar Miko mudah meminum isinya.
Setelah minum, Miko menoleh, menatap pria yang membuatnya babak belur. Pria itu pun menatap Miko dengan mulut terkunci.
"Bu..."
"Ya, kenapa, Sayang?"
"Apa benar, dia ayahku?"
Deg!
Seruni dan William terkejut secara bersamaan.
dikhianati org yg disayang memang amat sangat sulit sembuh, cinta 100% akan berubah menjadi benci 1000%