Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Mas gak perlu repot-repot" ujar Arumi langsung bangun lalu duduk di pinggir ranjang
"Gak repot sama sekali, sayang" jawab Ibrahim sembari memberikan segelas susu hamil yang tadi di buatnya
Arumi menerima segelas susu buat ibu hamil itu dengan senang hati lalu meminumnya, Ibrahim tersenyum melihat istrinya yang sangat perhatian pada kandungannya. Padahal Ibrahim ingat sekali kalau istrinya tidak suka minum susu tapi karena demi janinnya sehat, Arumi pun mau meminum susu buat ibu hamil.
"Terima kasih, Mas"
"Sama-sama sayang, gimana sudah lebih baik?" tanya Ibrahim perhatian
"Sudah, Mas. Terima kasih Mas selalu ada untuk Arumi, terima kasih juga sudah mau menerima Arumi yang seperti ini padahal Mas tahu Arumi tidak di inginkan di keluarga Arumi"
Mata Arumi kembali berkaca-kaca, Ibrahim yang tahu istrinya sedih lagi langsung meletakkan gelas di atas nakas yang ada di samping ranjang. Kemudian Ibrahim membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya, Ibrahim membiarkan istrinya untuk meluapkan kesedihannya.
"Tidak perlu berterima kasih, sayang. Justru Mas yang merasa bersyukur memiliki istri sepertimu, mari kita berjanji untuk menjadi orang tua yang baik buat anak kita nanti"
Ibrahim menatap wajah Arumi dengan teduh, Arumi tidak menjawab tapi tetap mempererat pelukannya. Arumi menyeka air mata yang jatuh, sudah cukup dirinya menangis hari ini dan bukan kah Arumi sudah berjanji untuk tidak akan menangis lagi.
"Kamu jangan merasa sendiri ya, sayang. Ada Mas dan ada keluarga Mas yang sangat menyayangimu, Mas bisa kamu anggap teman untuk kamu cerita. Kamu harus bahagia, meski tanpa keluargamu sekali pun"
"Iya Mas, Arumi janji akan selalu bahagia buat kamu dan calon anak kita" jawab Arumi tersenyum yang sudah tidak bersedih lagi
Ibrahim mengecup kening Arumi dengan lembut dan penuh kasih sayang, perlakuan Ibrahim yang lembut membuat Arumi sadar jika dirinya memang sangat beruntung mendapatkan suami seperti Ibrahim yang selalu siap siaga buat dirinya.
.
.
.
"Jadi benar, Mbak Arumi itu bukan anak ibu?" tanya Arham
"Iya, Ibu menikah dengan bapakmu itu dengan status janda anak satu dan bapakmu juga seorang duda beranak satu. Anak ibu Arka, anak bawaan bapakmu Arumi. Dulu ibu dan almarhumah ibunya Arumi itu teman baik, lalu dia meninggal dunia karena kecelakaan dan yang paling mengejutkan dia meninggal saat bersama dengan selingkuhannya. Tentu membuat bapakmu terluka, itulah alasannya mengapa Arumi di asuh oleh nenek"
Arham terkejut mendengar penjelasan ibunya, dalam hati Arham bertanya-tanya apa ini yang ingin Arumi sampaikan padanya saat di makam tadi.
"Terus, kenapa ibu membenci Mbak Arumi? Kan Mbak Arumi gak salah, Mbak Arumi tidak bisa memilih mau di lahirkan dari rahim siapa?"
Pertanyaan Arham membuat Bu Ani menatap anaknya itu dengan tatapan bingung, tidak mungkin baginya untuk memberitahu alasan sebenarnya.
"Itu semua bukan kemauan ibu, bapakmu yang meminta ibu memperlakukan Arumi seperti itu. Mungkin bapakmu masih sakit hati, atas pengkhianatan yang di lakukan oleh almarhumah ibunya Arumi"
Tentu saja Bu Ani mengatakan sebuah kebohongan, Arham menatap mata ibunya. Arham bisa melihat kalau yang di katakan ibunya itu sebuah kebohongan, membuat hati Arham jadi ragu dengan semua yang ibunya ceritakan.
"Baiklah, ibu istirahat sekarang. Arham juga mau tidur" ujar Arham lalu beranjak dan meninggalkan Bu Ani sendiri di kamarnya
Tiga hari kemudian......
Semenjak pertemuan Arham dan Arumi di makam waktu itu, hingga detik ini Arham tidak menghubungi Arumi. Arham cukup kecewa dengan kenyataan yang baru saja Arham ketahui dari ibunya, setelah pulang dari makam waktu itu Arham langsung bertanya pada ibunya.
Banyak hal yang Arham tanya kan pada wanita yang sudah melahirkannya itu, salah satu dari pertanyaannya ya tentang hubungan Arham dan Arumi. Yang ternyata mereka berdua saudara satu bapak tapi beda ibu, sementara dengan Arka saudara satu ibu tapi beda bapak.
Tapi karena ada keganjalan di hati Arham mendengar cerita dari ibunya itu, hari ini Arham berniat menemui kakak iparnya. Sebenarnya ingin Arham mempercayai cerita dari ibunya, namun semakin Arham berpikir alasan yang ibunya sampaikan sangat tidak masuk akal.
Jadi Arham sekarang ingin memastikan sesuatu, jika memang disini ibunya yang berbohong. Arham berjanji akan membantu Arumi dan menjadi adik yang selalu melindungi kakaknya, sudah cukup Arumi di kucilkan selama ini oleh bapak dan ibunya.
"Assalamualaikum Mas"
Arham sudah sampai di kebun milik kakak iparnya, bahkan Arham langsung menghampiri Ibrahim yang sedang memeriksa buah-buah yang baru di petik oleh para pekerja dan tentunya Ibrahim terkejut melihat kedatang adik iparnya itu
"Walaikumsalam"
"Sedang sibuk, Mas?" tanya Arham
"Tidak juga, ada apa Arham?"
Arham terdiam tapi matanya menatap sekeliling sekitar kebun, Ibrahim yang paham langsung mengajak Arham ke pondok tempat biasa di gunakan Ibrahim untuk beristirahat. Setelah sampai, Ibrahim dan Arham pun duduk di pondok itu.
"Mbak Arumi apa kabar, Mas? Maaf ya baru sempat kesini"
"Alhamdulilah baik, Mas ngerti kok. Kamu pasti sibuk mengurus ibu kan? Jadi kami maklumi"
"Ada yang ingin aku tanyakan, Mas. Sebelumnya ibu sudah bercerita kalau Mbak Arumi hanya anak tiri tapi aku juga ingin dengar cerita dari Mbak Arumi, cuma aku gak berani bertemu dengan Mbak Arumi"
Arham tersenyum kikuk, Ibrahim pun ikut tersenyum mendengar perkataan Arham. Ibrahim yakin jika sekarang Arham siap mendengar apapun yang akan di dengar oleh Arham, tapi Ibrahim tidak punya hak bercerita jadi Ibrahim mengajak Arham untuk ke rumah.
"Biar Mbakmu yang bercerita padamu, Mas takut salah dalam menyampaikan sesuatu. Lagian yang mengalami itu, Mbakmu" jawab Ibrahim dengan bijak
Ibrahim juga sengaja mengajak Arham untuk ke rumah, Ibrahim ingin Arumi senang ketika melihat kehadiran Arham. Pasalnya Arham sudah lama tak menghubungi Arumi, tentu membuat Arumi gelisah. Ibrahim segera naik ke motor Arham, Ibrahim kebetulan tidak membawa motornya.
Karena jika pergi ke kebunnya Ibrahim memang lebih suka berjalan kaki, selain sehat lokasi kebun dan rumahnya tidak terlalu jauh untuk di tempuh dengan berjalan kaki. Selang berapa menit Arham dan Ibrahim telah sampai, keduanya langsung mendekat ke arah pintu.
"Assalamualaikum" ucap Ibrahim sebelum masuk ke dalam rumah
Arumi yang sedang rebahan sembari membaca novel di aplikasi online dalam kamar langsung bangkit saat mendengar suara suaminya, dengan langkah pelan Arumi menuju pintu depan kemudian membukakan pintu untuk suaminya.
"Walaikumsalam, loh Mas sudah pulang?" tanya Arumi keheranan melihat suaminya pulang lebih awal, padahal pagi tadi suaminya bilang kalau hari ini mau panen buah.
happy ending juga....
cerita yg bagus