"sugeng rawuh dhateng desa kembangan, sinten mlebet mboten saget medhal".
kalimat pertama yang ryuka dengar ketika memasuki desa kembangan yang penuh misteri.
Dapatkah ia memecahkan misteri asal usul desa kembangan yang penuh kutukan dan menggagalkan ritual kehidupan abadi nyai gandari?
Yuk baca bab-bab selanjutnya yang penuh teka-teki dan misteri ini dicerita kisah nyai gandari✨
_happy reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RoroAyu_Kimberly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SALAH SASARAN
Angin malam berhembus lirih. menerbangkan dedaunan kering. bintang-bintang menghiasi langit malam. Ryuka duduk di teras rumah sambul memandang kemerlip bintang.
"sudah tiga hari Erlangga tidak menemuiku. apa dia belum sembuh dari lukanya. kenapa aku jadi memikirkannya?"
Ryuka menjadi merasa gelisah. sejak pertarungan dengan Roro Arimbi. Erlangga tidak eornah datang menemuinya lagi. Ryuka teringat keadaan Erlangga waktu terakhir kali mereka bertemu. nampakknya lukanya cukup parah.
"kamu kenapa masih di luar, Ryuka?"
Egi menghampiri dan duduk di sebelahnya.
"entahlah, mas. perasaanku tidak tenang"
"apa kamu sengaja menunggu siluman elang itu ke sini?"
"tidak, mas! hanya saja aku mencemaskan keadaannya!" Ryuka langsung menutup mulutnya.
"apa?"
"T-tidak.aku slaah bicara maksudku bagaimana keadaan dia setelah pertarungannya dengan Roro Arimbi"
"nah! dugaanku benar kan? kamu mulai merindukannya!?"
"bukan begitu!"
"lalu apa? Lama-lama kau mau juga di ajaknya ke alamnya dan tidak akan bisa kembali ke dunia nyata"
Egi terlihat sangat marah.
"masuk ke dalam rumah sekarang!" Egi menarik tangan Ryuka.
ditutupnya pintu dengan kasar dan segera menguncinya.
"aku akan menunggumu sampai tidur!"
" jangan berlebihan, mas! aku tahu apa yang harus ku lakukan!" Ryuka mulai kesal.
"aku tidak percaya! jamu ini ngeyelan dan suka bertindak bodoh!"
Ryuka masuk ke kamarnya dan segera merebahkan tubuhnya di atas kasur. Egi duduk di sebelahnya. sedangkan Ryuka malah tidak bisa tidur karena Egi mengawasinya. justru Egi yang tak dapat menahan kantuk dan terlelao sambil duduk bersandar.
"nah, lho.. bilang mau jaga malah molor dulu!" gerutu Ryuka.
Tiba-tiba, Ryuka mencium aroma kembang melati yang sangat kuat. nyanyian Kidung Jawa pun terdengar kian mendekat.
"apa Nini gandrung dtang lagi?" Ryuka penasaran dan mengintip dari celah lubang jendela.
"tapi kan nyanyian itu tidak sama dengan yang di nyanyikan nini gandrung!"
Ryuka tidak melihat apapun selain pepohonan yang bergoyang tertiup angin .
"apa yang kau lihat?" Egi tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya.
"eh, mas Egi!" Ryuka kaget.
"memangnya mas Egi tidak mendengar nyanyian Kidung Jawa dan aroma bunga yang menyengat?"
egi baru menyadari apa yang di katakan Ryuka ada benarnya.
"kowe ora bakal bisa mlayu!"
(kamu tidak akan bisa lari!")
Terdengae suara memekik telinga.
Egi dan Ryuka mencari asal suara.
Wushh!!
Sekelebat bayangan menyambar Egi dan mereka menghilang.
"mas Egi" teriak Ryuka.
Ryuka membuka jendela. melihat bayangan yang melesat dengan cepat. tanpa pikir panjang ia segera melompat dan mengejar nya.
bayangan itu terus melesat dengan cepat hingga Ryuka kehilangan jejak.
Ryuka terhenti di tengah gelapnya malam. mencoba mengatur napasnya yang terasa berat.
tak lama kemudian terdengae gemerincing lonceng dan ringikan kuda. Ryuka segera bersembunyi di balik pohon.
rombongan Nyai Gandari melewatinya. sebuah kereta kuda yang berhias rangkaian melati. di iringi pasukan berkuda berjumlah tujuh orang.
Ryuka mngikuti mereka yang berjalan menuju arah hutan pinus di selatan desa .
kereta berhenti di dekat air terjun. di bahwa air terjun itu, nampak Egi yang sudah di ikat dengan sebuah pohon.
Nyai Gandari turun dari kereta bersama Roro Arimbi, di ikuti dengan dua pelayan wanita. satu di antaranya adalah juminten.
Nyai Gandari menabur bunga di sepanjang jalan yang ia lalui. ia turun ke bawah air terjun kedua pelayan wanita dan tujuh orang laki-laki berjalan mengikutinya.
Roro Arimbi berdiri di samping Egi. egi berontak mencoba melepas ikatannya, namun hasilnya sia-sia.
"Roro Arimbi, kowe manuto karo aku! bocah lanang kui dudu jodomu! nalika aku mendhotke nyawiji jiwamu, kowe kudu lalikno katresnan mulai marang slirane!" ucap Nyai Gandari.
(roro Arimbi, kamu menurutlah denganku! pria ini bukan jodohmu! ketika aku lepaskan penyatu jiwamu, kamu harus melupakan cintamu ke padanya!)
"njih, ibu! kulo manut sampean!"
(iya, ibu! aku nurut)
raut muka Roro Arimbi memancarkan kekecewaan. dalam relung hatinya tidak ingin terpisah. namun ia harus menuruti ibunya. karena kegagalan dalam ritual pengikat sukma. membuat Prakas Bhayangkara mengundur waktu pernikahan satu tahun lagi. yang membuat Nyai Gandari harus melepaskan Egi dan mencari ganti.
Ryuka bersembunyi di balik pohon. meski tidak terlalu dekat namun ia mampu mendengar dengan jelas percakapan mereka berkat energi dari batu permata.
"apa yang akan mereka lakukan pada mas Egi? bagaimana caranya aku menyelamatkannya?" Ryuka berpikir keras.
Seorang pelayan wanita menaburkan bunga mengitari Roro Arimbi dan Egi yang berdiri berjejeran. sedangkan juminten masih berdiri di belakang Nyai Gandari dengan membawa sesuatu yang tertutup kain putih.
"kapisah jiwa kapedhot nyawa. siji sijine pisah jiwa kang manunggal ing siji wadah yaitu pati. mati siji utawa lorone!"
(terpisah jiwa terpisah nyawa. satu-satunya pemisah jiwa yang menyatukan di satu tempat adalah kematian. mati satu atau keudanya.)
Nyai Gandari mengucap mantra pemisah jiwa. tubuh Egi gemetaran.
kemudian Nyai Gandari membuka kain peonutup di tangan juminten. terlihat sebuah cambuk besar yang melingkar. nyai Gandari mengambil
cambuk itu.
Seorang laki-laki maju dengan membawa sebilah pisau yang ujungnya runcing. ia menusuk ujung jari Egi dan Roro Arimbi hingga darah mereka menetes ke air di bawahnya.
Nyai Gandari kemudian menyabetkan pecut jogo geni ke atas air. seketika muncul kobaran api di atas air yang membentuk bulatan.
Seorang laki-laki yang membawa panah bersiap mengarahkan anak panah kepada Egi dari balik bulatan api.
ketika ia menarik kuat anak panah pada busurnya, Ryuka keluar dari persembunyiannya hendak menghentikan aksi mereka. namun seseorang mencekal tangannya.
Ryuka menoleh.
"aditama?"
"jangan gila, Ryuka! kamu akan mati bersama Egi jika masih saja nekat!"
"tapi aku tidak bisa membiarkan ini terjadi!"
Aditama memegangi tubuh Ryuka agar tidak berlari mendekat ke sana.
ketika anak panah hendak di lepaskan, tiba-tiba juminten menyenggol laki-laki pemanah itu hingga anak panah melesat ke samoung mengarah pada Roro Arimbi. ujung panah menancap tepat di jantung nya.
mereka semua kaget dan ketakutan. tidak terkecuali dengan Egi.
"tidaaaaakkk!!" Nyai Gandari berteriak histeris.
semua yang ada di sana berlari menghampiri Roro Arimbi yang terkapar ke dalam aliran air.
sketika air yang mengalir berubah menjadi merah.
ketika perhatian mereka terpecah, juminten segera melepaskan ikatan pada tubuh Egi.
"cepat lari" bisik juminten.
"kurang ajar kau juminten!" Nyai Gandari terlihat sangat murka hingga nampak keriput di wajahnya.
Nyai Gandari melayangkan cambuknya dan mencambuk juminten serta laki-laki pemanah tanpa ampun.
"rasakan ini! penghianat! berani sekali kau mempermainkan ku!".
Thar!! tharr
Bunyi cambuk memekik telinga. Ryuka menangis melihat kejadian mengerikan dihadapannya. ia ingin berlari namun aditama terus menghalaunya.
tubuh juminten dan lekaki itu hancur lebur terkena cambukan. darah mengalir bersama derasnya aliran air sungai. potongan tubuh mereka yang sudah tak berbentuk pun hanyut terbawa arus.
Sementara Egi bersembunyi di balik batu di bawah tebing . badannya menggigil bukan karena dingin e mlainkan karena ketakutan.
Nyai Gandari sampai melupakan keberadaan Egi dan memeluk Roro Arimbi.
"gusti pangeran Prakas Bhayangkara.... hamba memohon pertolongan, selamatkan putri hamba
Seketika kabut tebal menggumpal tepat di depan air terjun. dari balik kabut muncul sosok Prakas Bhayangkara.
"apa yang kau lakukan terhadap putriku, gandari!"
"hamba mohon ampun atas kesalahan ini x gusti pangeran!"
Prakas Bhayangkara mendekat dan meraih tubuh Roro Arimbi.
"kamu melepas penyatu jiwa mereka dengan mengorbankan Roro Arimbi?" mata Prakas Bhayangkara berisnar merah.
"hamba tidak bermaksud mengorbankan Roro Arimbi. itu semua ulah pelayan penghianat itu!"
"betapa ce robohnya dirimu! aku menghukum mu atas kesalahan ini! kau akan menjadi dirimu yang tua dan lemah hingga aku dapat memulihkan kembali Roro Arimbi! dan kau harus siapkan seorang lelaki yang masih perjaka setiap malam! bawa ke sini untuk di persembahksn darahnya untuk Roro Arimbi!"
Prakas Bhayangkara menghilang bersama Roro Arimbi. seketika wajah Nyai Gandari berubah menjadi penuh kerutan, rambutnya memutih, dan badannya bungkuk.
dua orang penjaga menuntun nenek tua itu menuju kereta. smentara Egi masih bersembunyi bersama ketakutannya.
"tenanglah Ryuka! semua ini akan v segera berakhir!" aditama memeluk Ryuka yang masih menangis.
"kenapa bibi juminten melakukan itu, aditama! kenapa kamu tidak membiarkanku menolongnya!" Ryuka tak henti menangis.
"itu sudah menjadi keputusannya. dia menyuruhku memberikan buku ini padamu!"..
Aditama menyodorkan sebuah buku. buku yang pernah ia lihat di kamar mbak jum kala itu.
"sekarang pulanglah! aku juga harus kembali sebelum Nyai Gandari menyadari kepergianku!"
"mas Egi! dimana dia?" Ryuka celingukan mencari keberadaan Egi.
"dia pasti tahu jalan pulang. tidak perlu di cari sepeti anak kecil!"
"kau berharap aku tidak selamat kan, aditama?" Egi tiba-tiba muncul di belakangnya.
"eh, di situ kau rupanya?" aditama menepuk pundak Egi.
"mas Egi! kamu baik-baik saja?"Ryuka memeluknya.
"aku tidak menyangka kamu mengejarku sampai k sini, Ryuka"
egi terlihat masih ketakutan.
"ya sudah! aku pergi dulu. kalian cepatlah pulang!" aditama berlalu pergi.
Dyarrr!!!
terdengar suara letusan kencang hingga tanah yang mereka pijak bergetar.
"suara apa itu mas?"
"aku tidak tahu. tapi kita sebaiknya tidak usah peduli. aku ingin cepat sampai rumah!"
Di tengah pepohonan pinus yang menjulang tinggi, mereka menerobos kegelapan malam.
sekali lagi terdengar suara ledakan kencang, kali ini Ryuka dapat melihat kilatan cahaya dari arah ledakan itu. Ryuka menoleh kembali ke belakang.
"ayo jalan Ryuka!" Egi menyadari jika Ryuka menghentikan langkanya ketika pegangan tangannya pada Ryuka terlepas.
"cahaya aoa itu?" Ryuka memperhatikan kilatan cahaya yang terus menyambar seperti petirnya.
brakk!!!
berberapa pohon tumbang.
"awass!!"
Egi menarik tangan Ryuka ketika phon yang tumbang itu mengarah kepada mereka dan merobohkan pohon di depan Ryuka
Egi dan Ryuka terjatuh. kilatan cahaya itu terus menyambar dan membuat suara ledakan.
brakkk!!!
sosok wanita berbadan ular berwarna hijau terkapar di hadapan mereka.
"kurang ajar!" wanita setengah ular itu bangkit.
badan ularnya menggeliat kemudian melingkar. wanita cantik yang memakai mahkota emas itu menoleh kepada Egi dan Ryuka yang masih kaget dab berusaha bangkit
"ha ha ha ha ha ha haa....... kenapa kebetulan sekali ada gadis itu di sana!" tawabya menggelegar ketika melihat Ryuka.
wushhh!
kibasan sayap besar mebghasilkan angin yang cukup kencang. Erlangga mendarat membelakangi Ryuka , berhadapan dengan siluman ular.
"Ryuka, apa yang kau lakukan di sini? pergi!" ucap eErlangga tanpa menoleh.
Ryuka dan Egi bersiap untuk berlari. namun, siluman ular mengibaskan ekornya hingga Erlangga terhempas.
Ia lalu melilitkan tubuhnya pada Ryuka.
"jadi, gadis ini yang membuatmu berani melukai Abdi setiaku, Erlangga?" mata dewi mayang membulat sempurna.
"jag sentuh dia!" gertak Erlangga.
Erlangga menyerang dewi mayang. cengkraman kuku tajamnya menancap di badan ularnya.
Dewi mayang menjulurkan lidahnya. dari mulutnya keluar cairan berwarna hitam pekat mengarah pada Erlangga. Erlangga terus menghindar.
"bagaimana jika racun ku mengenai kekasihmu?"
Dewi mayang bersiap mengeluarkan racunnya kembali.
"tidakk!!"
Erlangga menghalangi tubuh Ryuka dari semprotan racun dewi mayang. racun itu pun mendarat tepat pada wajah Erlangga.
"Erlanggaaaaa!!" Ryuka berteriak sambil menahan sesak di dada nya.
"ha ha ha ha ha ha!" dewi mayang tertawa penuh kemenangan.
Erlangga terjatuh sambil memegangi wajahnya yang terasa terbakar.
"aakk!"
"aku akan menyempurnakan kekalahanmu, Erlangga!"
dewi mayang melepaskan Ryuka dan berbalik arah melilitkan tubuhnya pada Erlangga.
Ryuka terkapar lemah di atas tanah. Egi segera membopong tubuh Ryuka.
"kita harus segera pergi!" ucap Egi.
"Erlangga" Ryuka masih sempat memanggil nama Erlangga meski dirinyaterasa lemah tak berdaya akibat terlilit ular raksasa yang begitu kuat.
"berhenti pedulikan dia, Ryuka! kau hampir mati karena ulah siluman itu!" bentak Egi yang merasa kesal
terpaksa deh...nikah sm org jahat