NovelToon NovelToon
Mendadak Nikah

Mendadak Nikah

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:286.9k
Nilai: 4.7
Nama Author: aisy hilyah

Denis Agata Mahendra, seorang bocah laki-laki yang harus rela meninggalkan kediamannya yang mewah. Pergi mengasingkan diri, untuk menghindari orang-orang yang ingin mencelakainya.

Oleh karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan kematian sang ayah, ia tinggal bersama asisten ayahnya dan bersembunyi hingga dewasa. Menjadi orang biasa untuk menyelidiki tragedi yang menimpanya saat kecil dulu.

Tanpa terduga dia bertemu takdir aneh, seorang gadis cantik memintanya untuk menikah hari itu juga. Menggantikan calon suaminya yang menghamili wanita lain. Takdir lainnya adalah, laki-laki itu sepupu Denis sendiri.

Bagaimana kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Curiga

Larisa pergi ke dapur untuk membuat semangkuk bubur. Menyiapkan semua bahan dan alat sendiri, untuk menebus rasa bersalahnya. Bibi masih belum datang, tapi Larisa tidak mempermasalahkan hal tersebut. Dia sendiri bisa melakukan pekerjaan itu.

Beberapa saat kemudian, ia membawa bubur tersebut ke kamar Denis. Laki-laki itu masih bersandar di kepala ranjang dengan mata terpejam. Sosok yang biasanya terlihat gagah, kini tampak lelah dan lunglai. Semua itu karena dia.

"Denis, kamu harus makan terlebih dahulu. Aku bantu," katanya seraya membantu Denis untuk duduk tegak.

Mata laki-laki itu terbuka, menatap wajah sang istri dari jarak yang begitu dekat. Dia cantik, tapi selalu sederhana dan apa adanya. Denis menyukainya.

"Buka mulutmu!" Larisa mendekatkan sesendok bubur ke mulut Denis setelah ia tiupi sebelumnya.

"Kenapa kau cantik sekali?" gumam Denis tanpa senyuman. Entah sadar atau tidak dia mengucapkan kalimat itu.

"Jangan mengigau, cepat buka mulutmu!" Larisa gugup, menghindari tatapan mata Denis.

Sendok yang berbelok ke lain arah, diluruskan Denis dengan telunjuknya.

"Mulutku di sini," katanya sambil tersenyum menggoda.

Larisa melirik, menyuapkan bubur tersebut ke mulut suaminya. Denis tampak berbeda pagi itu, dia hangat dan tatapan matanya begitu lembut menghanyutkan. Kelopak yang tak berkedip itu semakin membuat Larisa salah tingkah.

Ia menyelipkan rambut ke belakang telinga untuk menutupi gugupnya. Tangan yang memegang bibir mangkuk pun menguat, menahan degup jantung yang tiba-tiba mencuat. Seperti berada di pacuan kuda, dada Larisa dipukul-pukul dengan kuat.

"Berhenti menatapku seperti itu! Kau tidak takut jatuh cinta padaku?" bentak Larisa dengan suara melengking tinggi.

Denis justru tersenyum, tak acuh. Sikap dan suaranya memperjelas keadaan hati gadis itu. Ia melakukan hal tersebut hanya untuk menutupi rasa gugup. Denis membuka mulut, meminta suapan selanjutnya.

"Kau makan saja sendiri!" ketus Larisa kesal. Ia meletakkan mangkuk bubur di meja samping ranjang Denis dan beranjak meski enggan, tapi malu terlalu mendominasi hatinya.

Denis terbengong, dengan gerakan cepat menyambar tangan Larisa dan menariknya hingga tubuh gadis itu mendarat di atas tubuh Denis. Larisa berontak, tapi pelukan Denis cukup kuat untuk ukuran orang yang sedang sakit.

"Jangan pergi! Janji, tidak akan menggoda mu lagi," ucap Denis lirih.

Mata sayu, bibir pucat, denyut jantung begitu cepat, membuat Larisa tak tega. Ia hendak beranjak, tapi Denis justru menguatkan pelukannya.

"Aku tidak akan pergi. Sudah, lepaskan aku," ucap Larisa menahan malu karena harus berdekatan dengan Denis.

Nyaris tak berjarak hingga ia dapat merasakan hawa yang keluar dari mulut dan hidung Denis tak lagi hangat, melainkan terasa sedikit panas di kulit Larisa. Pandang mereka bertemu cukup lama, satu sama lain bahkan dapat merasakan detak jantung masing-masing.

Denis meneguk liur susah payah, bibir manis di hadapannya ingin ia reguk saja. Apakah pemiliknya akan mengizinkan? Bagaimana jika dia tak senang? Ah, tapi hasrat kelelakian Denis meronta ingin mencicipi. Bolehkah?

Namun, Larisa cepat beranjak saat merasa pelukan Denis sedikit mengendur. Ia duduk di tepi ranjang mengambil mangkuk bubur itu lagi. Menyuapi Denis meski rona wajah tak dapat dikondisikan.

Astaga, apa yang aku pikirkan tadi?

"Kenapa kau makan mie itu jika tahu akan seperti ini?" tanya Larisa mengalihkan suasana hatinya yang sudah tak karuan.

Denis tersenyum dengan mulut sambil mengunyah. Menatap Larisa, sama sekali tak dapat mengalihkan pandangan darinya. Gadis itu bagai magnet di pagi hari Denis. Atau tidak, dia benar-benar magnet membuat Denis tak bisa berpaling ke tempat lain.

"Karena itu tak baik untukmu," jawab Denis apa adanya. Memang semalam pemikirannya begitu, ingin menyelamatkan Larisa dan lupa dengan kondisi diri sendiri.

Larisa mendelik ke arahnya, melotot lebar seolah-olah Denis sudah melakukan kesalahan besar.

"Tapi itu justru berbahaya untuk mu. Kau hanya perlu mengatakan jangan makan itu, tidak baik untukmu. Seperti itu saja bisa, bukan? Tak harus memakannya sampai habis," cerocos Larisa sedikit kesal, tapi sebenarnya dia mengkhawatirkan kondisi Denis.

Senyum mengembang di bibir Denis, meraih tangan Larisa dan menggenggamnya. Menatap lekat-lekat wajah yang kini tengah bersemu merah itu.

"Apa kau mengkhawatirkan aku?" tanyanya yang kembali menggoda.

Satu kali hentakan, Larisa mampu melepaskan tangannya dari genggaman Denis. Ia berpaling, kembali hatinya menjadi kacau.

"Tentu saja, kau itu suamiku." Dia menjawab dengan suara lirih, menggigit bibir serba salah, mengaduk-aduk bubur di mangkuk yang pastinya sudah mulai dingin.

"Benarkah?" Denis mendekatkan wajah pada Larisa. Dia suka melihat wajah merah istrinya itu.

"Berhenti menggodaku, Denis!" Peringatan keras dilontarkan Larisa dengan hatinya yang semakin kacau balau.

Denis tertawa kecil, menjatuhkan diri kembali pada kepala ranjang sambil terus menatap istrinya.

"Jika aku tidak memakannya kau pasti akan tetap memakan makanan itu meski aku sudah menyiapkan makanan lain. Lagipula, mie semalam rasanya enak. Aku baru memakan makanan enak seperti itu, tapi sayang aku tidak bisa menikmatinya." Ia menertawakan diri sendiri karena memiliki kondisi fisik yang lebih lemah dari Haris.

Larisa terdiam, memang benar yang dikatakan Denis. Dia akan tetap memakan makanan itu meski sudah ada yang lain. Sudah terlanjur dimasak, sayang jika tidak dimakan.

"Lain kali tolong perhatikan dirimu sendiri. Jangan melakukan sesuatu yang kau sendiri tidak mampu sebenarnya," ucap Larisa yang kembali menyuapkan bubur ke mulut Denis.

"Baik. Jika itu permintaan istriku maka aku harus mematuhinya dan tidak boleh melanggar." Denis mengangkat tangan ke dekat telinga, bersikap seolah-olah sedang bersumpah.

Larisa tertawa kecil kemudian menurunkan tangan Denis. Menyuapinya lagi sisa bubur di mangkuk. Keduanya saling melempar senyum, menikmati momen berdua tanpa siapapun jua.

"Apa lagi yang kau berikan kepada Denis!" bentak suara Haris yang muncul dengan cepat sambil menenteng dua kantong plastik berbeda ukuran.

Larisa tersentak, tangannya bergetar. Haris benar-benar menakutkan saat sedang marah. Apakah Denis seperti itu juga?

Haris datang dan merebut mangkuk di tangan Larisa. Memeriksa bubur nasi tersebut, khawatir ada campuran sesuatu di dalamnya. Larisa diam dengan kepala tertunduk.

"Itu hanya bubur, Haris. Kau seharusnya senang aku sudah jauh lebih baik dari sebelumnya," ucap Denis mendengus jengah ketika dia datang.

"Aku hanya khawatir dia memiliki niat jahat padamu, Denis. Ingat, ada begitu banyak orang yang ingin menyingkirkan mu dari dunia ini. Kau harus lebih berhati-hati untuk itu." Haris menekankan setiap kata mengingatkan Denis pada kehidupan sebelumnya saat mereka masih kecil.

"Kau curiga padaku? Atas dasar apa kau mencurigai ku?" sengit Larisa tidak terima.

Haris berbalik, berhadapan dengan Larisa. Membuka mulut hendak menanggapi.

"Cukup! Larisa, kau keluarlah. Biar Haris yang membantuku minum obat." Denis menatap sinis dan licik kepada Haris.

Menyadari hal tersebut, Haris segera mencegah gadis itu untuk pergi dengan memegangi tangannya.

"Baiklah, Denis. Aku mengalah. Aku akan pergi bekerja sekarang, dan nikmati harimu!" ucap Haris tersenyum dipaksakan.

Ia menghadap Larisa, memberikan bungkusan yang dibawanya.

"Pastikan dia meminum obatnya dengan rutin!" Haris keluar tanpa menoleh kembali pada Denis.

Larisa menghampiri Denis, membuka bungkusan obat.

"Aku tidak mau minum obat!"

Larisa mendelik, itulah sebabnya Haris menyerahkan obat itu padanya. Denis tidak pernah meminum obat selama ini.

1
Zachary
Luar biasa
Aisy Hilyah: terimakasih banyak
total 1 replies
Zachary
janji adl hutang, tunggu waktu utk nagih hutang ya Denis... 👍🏽
Aisy Hilyah: betul sekali
total 1 replies
Merry Merr
Luar biasa
Aisy Hilyah: terimakasih banyak
total 1 replies
Muhammad Ary
yg
key
Luar biasa
Aisy Hilyah: Alhamdulillah terimakasih banyak
total 1 replies
Maulidia Okta
haris.....
gk mau Kalah Sam Denis ya....
Aisy Hilyah: iya doong
total 1 replies
Maulidia Okta
Aih...
Yg habis belah durian......
Aisy Hilyah: ekhem asiknyaaa
total 1 replies
Maulidia Okta
cinta Yg tak ngebalas..... sakiiittt....
Qaisaa Nazarudin
Tq thor cerita novel mu bagus banget,Aku suka,Apalagi dengan sikap Denis yg Tegas gak pandang bulu..Sukses selalu dn sehat selalu ya thor,Teruskan berkarya..⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺☕☕☕☕☕☕☕☕🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🌺
Aisy Hilyah: aamiin terimakasih banyak
total 1 replies
Qaisaa Nazarudin
Karya ini dan Alurnya sangat bagus dan aku suka..
Qaisaa Nazarudin
👏👏👏👏 Waaahhh gercep amat Haris...👍👍👍💪💪💪💪😂😂
Qaisaa Nazarudin
Ehemm ehem JODOHnya Harisntuh..🤣
Qaisaa Nazarudin
CINTA bisa bikin orang CELIK jadi BUTA, CINTA bisa bikin orang PINTAR jadi BODOH,CINTA juga bisa bikin orang WARAS jadi GILA, Makanya kalo MENCINTAI itu jangan berlebihan..
Qaisaa Nazarudin
Merampas HAK orang hidup tidak akan pernah tenang dan tdk akan pernah bahagia..Mulut lelaki aja di percayai,Mulut manis saat menginginkan sesuatu,Saat udah dapat wanita akan di buang kayak sampah,..
Qaisaa Nazarudin
Dasar muka tembok..DI MANA KESOMBONGAN KALIAN WAKTU ITU YG DENGAN ANTENGNYA MENCERCA DAN MENGHINA DENIS DAN LARISA? KENAPA SEKARANG KALIAN UDAH KAYAK PENGEMIS YG MENGHARAPKAN PENGAMPUNAN..CKCK KASIAN SEKALI KALIAN..
Qaisaa Nazarudin
DASAR PENJILAT..🤮🤮
Qaisaa Nazarudin
HERAN AJA AKU DENGAN SI TUA JAYA INI,HARUSNYA DIA YG BELAIN DENIS, CUCU YG DIA CARI2 SELAMA INI,EH SAAT CUCUNYA UDAH DI DEPAN MATA MALAH DI BUAT KAYAK GITU..ORANG TUA YG GAK KENANG BUDI, PADAHAL AYAHNYA DENIS YG BERHASIL MEMBAWA NAMA MAHENDRA MELAMBUNG TINGGI..
Qaisaa Nazarudin
Dokumen itu Denis koyakkan,gak ada untungnya bekerjasama dengan keluarga TOXIC..
Qaisaa Nazarudin
Wooowww langsung meremang aku membanca di part yg ini thor...Langsung bungkam mulut si sampah itu..
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwkwkwk mampos kalian semua...lalalalallalala....lalalalalala....💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!