SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 4
"Segera bereskan barang-barangmu. Mulai sekarang, kau tidur di kamar belakang," ujar Herdan sekembalinya mengantar Angel pulang.
Giana yang baru saja masuk ke dalam kamar sontak menoleh. Dahinya mengernyit. Merasa bingung dengan perintah Herdan barusan.
"Maksudmu, Mas?"
"Apa kurang jelas kata-kataku tadi? Segera bereskan barang-barangmu dan pindah ke kamar belakang sebab setelah aku menikah kamar ini akan aku tempati bersama Angel, kau mengerti?" tegas Herdan membuat hati yang hancur semakin remuk redam.
"Jadi kau benar-benar akan menikahi wanita itu, Mas? Demi wanita itu, kau akan menyingkirkan aku? Istrimu sendiri?"
"Tidak usah sok paling tersakiti. Seharusnya kau bersyukur karena aku tidak menceraikan dirimu."
"Kalau begitu, ceraikan aku. Ceraikan saja aku kalau kau memang sudah tidak membutuhkanku lagi! Ceraikan saja aku, kalau kau tetap ingin menikahi dia! Ceraikan saja aku!" teriak Giana murka setelah mendengar kata-kata Herdan.
Tiba-tiba Herdan mencengkeram rahang Giana. "Cerai? Setelah itu, kau mau apa? Memangnya kau bisa apa tanpa aku? Memangnya kau bisa apa sementara untuk makan saja kau bergantung pada diriku? Cih ... Berhenti berteriak padaku kalau kau tidak mau aku bersikap lebih kejam dari ini!" desis Herdan sambil tersenyum meremehkan.
Sepeninggal Herdan yang masuk ke kamar mandi, Giana memejamkan mata. Ia tak tahu, apa salah dan dosanya di masa lalu sehingga ia harus menanggung kepedihan sedalam ini.
Demi menjaga kewarasannya, Giana pun akhirnya benar-benar pindah ke kamar belakang. Kamar itu sangat kecil karena memang diperuntukkan untuk pembantu rumah tangga. Namun, karena pembantu di rumah itu sudah lama diberhentikan, ruangan itu pun beralih fungsi menjadi gudang. Alhasil, sebelum bisa menempatinya, Giana harus membersihkannya terlebih dahulu.
Ratih yang melihat itu pun terkekeh. "Kamar itu memang cocok untukmu. Muka pembantu kayak Mbak, emang nggak pantas buat Kak Herdan. Kak Herdan emang cocoknya sama Mbak Angel. Udah cantik, pintar, keren, berpendidikan, nggak kayak kamu yang ...." Ratih menatap Giana dari atas sampai ke bawah dengan tersenyum meremehkan.
Tak mau menggubris, Giana memilih masuk ke kamar kecil itu. Merasa lelah, ia duduk sambil bersandar di dinding. Di sana tak ada ranjang maupun kasur. Ia hanya tidur beralaskan tikar. Sangat-sangat menyedihkan.
"Aku harus apa, Ya Allah? Aku ... lelah."
*
*
*
Sunyi sepi sendiri. Ini yang Giana rasakan saat ini. Semua orang sedang pergi untuk merayakan pesta pernikahan kedua suaminya. Mau sekeras apa pun ia berusaha mencegah pernikahan itu, rasanya semua percuma. Tak ada tempat mengadu selain yang Maha Kuasa. Berharap, ada pelita di jalannya yang gelap saat ini.
Pesta pernikahan Herdan dan Angel digelar cukup megah dan mewah di sebuah gedung serba guna. Demi mewujudkan impian Angel yang ingin perayaan pernikahan yang megah, Herdan bahkan sampai rela menggadaikan sertifikat rumah orang tuanya.
Satu persatu tamu memberikan selamat. Karena memang tak ada yang mengetahui kalau Herdan sudah menikah sebelumnya.
"Selamat atas pernikahannya, Pak Herdan. Ini titipan ibu Alma. Maaf, Bu Alma tidak bisa ikut hadir sebab Beliau harus menghadiri pelantikan sodara kembarnya yang baru lulus jadi dokter," ucap seorang wanita yang merupakan asisten pribadi direktur utama Perusahaan Satya Medika.
"Tidak apa-apa, Bu Mega. Kami mengerti. Tolong sampaikan ucapan terima kasih kami pada Bu Alma atas hadiahnya," ucap Herdan.
"Iya, Bu Mega. Sekali lagi, terima kasih," sambung Angel dengan senyum merekah di bibirnya. Rasanya sudah tak sabar membuka amplop hadiah pernikahan dari atasannya tersebut.
Setelah Mega pergi, Angel pun dengan cepat menyobek amplop pemberian Alma. Mulut Angel dan Herdan seketika ternganga saat mendapatkan hadiah berupa tiket bulan madu ke Bali. Keduanya tampak bahagia apalagi tiket itu berlaku selama satu Minggu.
"Gila, Bu Alma ngasi hadiah nggak kaleng-kaleng, ya, Sayang. Honeymoon ke Bali."
"Semua berkat kamu, Sayang. Coba kita nggak menikah, mana mungkin aku bisa merasakan bulan madu ke Bali."
"Memangnya kamu nggak pernah ajak istri kamu itu bulan madu?"
"Mana pernahlah. Buang-buang duit aja."
"Tapi kalau buat aku, kamu nggak masalah 'kan?"
"Ya, nggak dong. Makanya aku bela-belain gadaikan surat rumah demi wujudkan pesta pernikahan impian kamu."
Angel tersenyum senang. Ia pun segera berhambur ke pelukan Herdan. Ia merasa bahagia bisa menjadi istri dari atasannya itu.
*
*
*
Pesta pernikahan sudah usai, Rahma, Ratih, dan Rendi pun pulang ke rumah. Sementara Herdan dan Angel memilih menginap di hotel sebelum keesokan harinya akan bertolak ke Bali. Mereka tidak mengajak Giana ikut serta ke pesta pernikahan dengan alasan bisa merusak suasana.
"Giana, kamu ini apa-apaan, hah? Kenapa rumah masih berantakan seperti ini?" pekik Rahma marah sebab keadaan rumah masih berantakan sama seperti sebelum ia pergi tadi.
"Astaga, Mbak Gia, ini piring kotor semua, kamu ini apa-apaan, hah? Makin hari makin berani aja kamu, ya. Bukannya bersyukur masih ditampung di rumah ini, Mbak malah makin kurang ajar," imbuh Ratih.
"Ratih!" tegur Rendi yang tak suka istrinya bersikap semena-mena dengan Giana. Bagaimanapun, Giana adalah kakak iparnya.
"Kamu apa-apaan sih, Mas? Aku tuh cuma bilangin dia biar nggak malas-malasan. Ditinggal pergi, bukannya beres-beres malah tiduran aja," omel Ratih.
Sejak tadi memang Giana hanya tidur-tiduran saja. Kepalanya sakit. Perutnya juga sedikit perih. Belum lagi rasa kecewa yang membabat hati membuatnya enggan melakukan apa-apa. Terserah orang-orang mau marah. Ia tidak peduli. Ia bukan pembantu yang bisa seenaknya disuruh-suruh.
"Ratih, Mbak Giana itu kakak ipar kamu, bukan pembantu. Nggak sepantasnya kamu bersikap seperti itu!" sergah Rendi.
"Mas belain dia?" ucap Ratih dengan mata melotot.
"Aku nggak bela siapa-siapa. Aku hanya mengatakan yang sejujurnya. Seharusnya kalian itu kerja sama urus rumah ini, bukannya semuanya diserahkan sama Mbak Giana," ucap Rendi.
Ratih berdecak kesal. "Bodo', ah. Mas ngeselin," decak Ratih yang kemudian memilih berlalu.
"Maafin Ratih, ya, Mbak." Rendi meminta maaf. Ia kasihan pada Giana yang diperlakukan semena-mena di sana. Ingin rasanya membawa istrinya keluar dari sana, tapi Ratih menolak dengan alasan perekonomian mereka belum stabil. Ya, gaji Rendi memang tidak besar. Alhasil, ia dan Ratih masih bergantung dengan Herdan. Namun, ia juga tak tahan bila terus-terusan melihat Ratih yang semena-mena dengan Giana. Tetapi, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menasihati sedikit demi sedikit.
Giana tersenyum kecil. Rahma yang masih berada di sana sontak marah melihat Rendi yang bersikap baik dengan Giana.
"Kamu jangan coba-coba merayu Rendi, Giana. Tau dirilah sedikit. Ingat, di sini itu kamu itu numpang. Jangan sampai aku minta Herdan mengusirmu ke jalanan. Bisa jadi gembel kamu nanti," sentak Rahma yang tidak digubris Giana sama sekali.
"Ya Allah, sungguh, aku sudah lelah. Tolong, tolong bantu aku! Berikan petunjuk-Mu! Bertahan atau menyerah, mana yang harus aku pilih? Karena sesungguhnya, Engkaulah yang maha mengetahui mana yang terbaik bagi hamba-hamba-Mu," lirih Giana dalam hati yang sudah benar-benar lelah dan mati rasa atas pernikahannya.
...***...
Dear pembaca baru karya D'wie, tolong sabarrrr ya! Nggak semua permasalahan harus langsung cerai. Pasti ada pertimbangan-pertimbangan pun segala prosesnya. Yang D'wie buat itu novel, bukan cerpen, yang isi bab satu persoalan, bab dua langsung cere, terus bab tiga ketemu pasangan baru. Kalau gitu, nggak akan ada bab empat, lima, dan enam dong alias langsung tamat. Terus D'wie dapat apaaa? 🤧🤧🤧
Sementara mau dpt 200k aja mesti lolos 20 bab terbaik dulu. Lah mana mau dpt duit, kalo belum bab 20 aja udah disuruh tamat. 😭😭😭
Tenang aja, cerita ini nggak akan panjang seperti biasanya. Wes kapok nulis panjang kalo ujung-ujungnya nelangsa. 🥲
Buat pembaca setia D'wie, D'wie yakin kalian pasti udah khatam gimana gaya kepenulisan novel ala D'wie. Adakah yang bertele-tele? Kalian pasti bisa menilai sendiri. 😍😍😍
Oh, ya, kelanjutan kisah Artha-Aya dan Djiwa-Alya, D'wie nggak bisa janji bisa update hari ini soalnya kepala D'wie lagi sakit bgt.
Kisah Giana aja bisa update soalnya udah ditulis semalam. Terima kasih atas perhatiannya. ♥️♥️♥️
...Happy reading 🥰 🥰 🥰...
Jangan mau kembali Gi walau ibu mertua mu yng meminta 😠😠😠
giana jgk ngk mau rujuk samamu herdan
mimpi kali yaa😝🤣🤣
enak aja Giana di minta balikan lagi pas tau dia hamil, dan karena si Angel istri pilihan si Herdan belum hamil juga 😡
biar karma untuk kalian adalah tdk dianugerahi keturunan dan biar si Angel yg akhirnya Mandul beneran 😜😡