Rahasia Sang Selir
Aluna mematut dirinya di depan cermin, mencoba menenangkan detak jantungnya yang seakan berlomba melampaui waktu. Hari ini adalah momen besar: acara temu penggemar pertamanya sebagai seorang penulis. Buku terbarunya, Rahasia Sang Selir, telah berhasil menyihir para pembaca, dan dalam waktu singkat, novel ini menjadi buku terlaris di berbagai toko buku di seluruh negeri.
“Semuanya akan baik-baik saja,” gumam Aluna sambil meluruskan rambutnya yang jatuh lembut di bahu. Wajahnya, yang dihiasi riasan tipis, tampak memantulkan sedikit kekhawatiran di cermin.
Aluna tak pernah membayangkan dirinya bisa berdiri di titik ini. Ia hanyalah seorang wanita biasa yang hobi menulis, menghabiskan berjam-jam di kafe untuk menyusun kisah-kisah romansa klasik yang ia sukai. Namun, seiring berjalannya waktu, ketertarikannya beralih ke kisah-kisah berlatar kolosal Korea, dan entah bagaimana, ide tentang seorang selir istana yang membawa rahasia kelam menggelitik imajinasinya.
“Aluna, ayo cepat, mobilnya sudah menunggu di bawah!” teriak sahabatnya, Mira, yang setia menemaninya ke mana pun.
“Ya, aku tahu! Aku hanya ... sedikit gugup.” Aluna menghela napas panjang, menenangkan dirinya. Tidak setiap hari ia dihadapkan pada kesempatan untuk bertemu langsung dengan para pembaca yang mencintai karyanya.
Dengan langkah ringan, Aluna mengambil tasnya dan melangkah keluar dari apartemennya. Saat ia masuk ke dalam mobil, Mira menyambutnya dengan senyuman jahil.
“Gimana, siap jadi bintang hari ini?”
“Bintang? Lebih tepatnya, aku hanya ingin tidak tersandung di depan mereka,” jawab Aluna sambil tertawa kecil, berusaha mengusir rasa gugupnya.
Sepanjang perjalanan, Mira terus berbicara tentang betapa besar antusiasme para penggemar yang ingin bertemu dengan “ibu dari Rahasia Sang Selir,” sebuah julukan yang kini menjadi lekat dengan namanya. Aluna tersenyum mendengarnya, meskipun dalam hati ia merasa gugup.
"Ini semua terasa seperti mimpi," bisik Aluna pada dirinya sendiri. Dalam benaknya, ia mengingat kembali momen-momen di mana ia berjuang menyelesaikan naskah Rahasia Sang Selir. Setiap karakter, setiap plot twist, semuanya ia bangun dengan hati-hati. Kisah cinta segitiga antara Putri Kang-Ji, Pangeran Ji-Woon, dan Hae-Ri, sosok selir ambisius yang penuh intrik. Dunia itu, seolah hidup dalam kepalanya, seakan menarik dirinya ke dalam kisah yang ia tulis.
Namun di saat yang sama, sebuah perasaan aneh mulai menyelimutinya. Ada bisikan kecil dalam benaknya, seperti perasaan tak tenang yang sulit dijelaskan. Seolah ... ada sesuatu yang menunggu untuk muncul, mengintai di balik batas imajinasi yang selama ini ia ciptakan. Aluna menepis pikiran itu dengan cepat, menyalahkannya pada rasa gugup menjelang acara.
Tiba di lokasi acara, Aluna disambut oleh kerumunan para penggemar. Beberapa memegang novel Rahasia Sang Selir di tangan mereka, bersiap untuk mendapatkan tanda tangan dan mungkin mendengar beberapa kata dari sang penulis. Senyum Aluna mulai mengembang, menyadari bahwa cerita yang ia ciptakan ternyata telah menyentuh hati banyak orang.
Saat sesi tanda tangan dimulai, Aluna mendengar beragam komentar dari para penggemarnya. Beberapa bertanya tentang kelanjutan kisah Hae-Ri, yang lain penasaran tentang inspirasi di balik karakter Pangeran Ji-Woon yang dingin namun memikat. Aluna menjawab dengan senyum dan antusiasme, menikmati momen-momen kecil yang membuatnya merasa bahwa semua kerja kerasnya terbayarkan.
Namun, ketika acara memasuki pertengahan, sebuah suara kecil bergema dalam kepalanya, samar dan mengganggu. Seperti bisikan lembut yang memanggil namanya ... “Aluna … ”
Keringat dingin mulai muncul di belakang lehernya, dan sejenak ia terdiam, merasa ada sesuatu yang ganjil. “Apa ini?” gumamnya tanpa sadar.
“Aluna? Kamu baik-baik saja?” tanya Mira yang menangkap keanehan di wajahnya.
“Ah, iya, tidak apa-apa.” Aluna memaksakan senyum, mencoba mengalihkan perasaannya yang tak nyaman. Namun, ketika ia kembali fokus pada novel yang ia pegang, mata Aluna tertumbuk pada satu bagian, kalimat yang tertulis di halaman terbuka itu:
“Seo-Rin terbangun dalam kegelapan, mendengar panggilan yang datang dari tempat yang tak bisa dijangkau oleh siapa pun ... ”
Bulu kuduknya meremang. Mengapa kalimat itu terasa begitu ... nyata? Seo-Rin, adalah salah satu karakter yang Aluna ciptakan untuk membawa konflik dalam novel itu, pembawa bencana yang akhirnya menghancurkan dirinya sendiri.
Acara terus berlanjut, namun rasa tak nyaman itu tidak juga mereda. Saat ia menutup sesi tanda tangan dan melangkah menuju mobilnya, perasaan aneh itu semakin kuat. Aluna tak menyadari, inilah titik awal dari petualangan yang akan mengubah hidupnya.
Di perjalanan pulang, hujan mulai turun. Jalanan licin dan suasana menjadi semakin gelap. Aluna menyandarkan kepala di kursi, mencoba memejamkan mata untuk meredakan pening yang terasa sejak tadi.
Namun tiba-tiba—Braaak!
Sebuah kilatan cahaya, benturan keras, lalu segalanya menjadi gelap.
*
Dan saat ia membuka mata, Aluna tidak lagi berada di dunia yang ia kenal. Di depannya, terbentang sebuah ruang dengan dinding-dinding berhiaskan ukiran megah. Pakaiannya berubah menjadi hanbok anggun, dan saat melihat ke cermin di depannya, sosok yang menatap balik bukanlah dirinya—melainkan ... Seo-Rin, karakter antagonis di dalam Rahasia Sang Selir.
Aluna terhenyak, matanya tak berkedip menatap sosok yang kembali menatapnya dari cermin besar di depannya. Rambut panjang dan hitam yang diikat rapi dalam gaya khas istana, hiasan kepala berkilauan, serta hanbok berwarna gelap dengan corak bunga emas yang membalut tubuhnya dengan anggun namun misterius—semua terasa begitu nyata dan aneh dalam waktu yang sama.
"Ini ... tidak mungkin," gumamnya pelan, mencoba meraba wajahnya sendiri, memastikan ini bukan mimpi.
Tapi sentuhan di pipinya terasa nyata. Kuku yang terlihat di ujung jari tangannya pun berbeda, panjang dan runcing, sama sekali bukan seperti milik Aluna.
“Seo-Rin!” Sebuah suara perempuan memanggil dari balik pintu yang tertutup. “Apakah Anda sudah siap? Sebentar lagi kita harus pergi ke balairung.”
Nama itu ... Seo-Rin. Itu adalah nama karakter antagonis yang ia tulis sendiri, seorang wanita penuh ambisi yang dibenci hampir oleh semua tokoh dalam novel Rahasia Sang Selir. Jantung Aluna berdebar keras, mencoba mengingat kembali karakteristik Seo-Rin. Dalam cerita, Seo-Rin adalah sosok manipulatif yang rela melakukan apa saja demi kekuasaan dan cinta sang pangeran—seorang wanita yang siap mengorbankan siapa saja untuk mendapatkan tempatnya di istana.
Tetapi sekarang, Aluna yang berada di tubuh Seo-Rin. Mengapa dia berada di sini, dan apa yang harus ia lakukan selanjutnya?
Ketukan keras kembali terdengar di pintu. "Nona Seo-Rin? Anda harus cepat bersiap, semua gadis telah menunggu di balairung. Ini adalah hari pemilihan untuk permaisuri!"
Pemilihan permaisuri! Aluna ingat betul bagian ini dalam novelnya. Di sinilah semua gadis bangsawan dikumpulkan untuk pemilihan calon permaisuri bagi Pangeran Ji-Woon. Dalam novelnya, ini adalah babak penting di mana intrik dan drama mulai terbentuk. Putri Kang-Ji, gadis yang sempurna dalam segala hal, akan memenangkan hati pangeran dan dipilih sebagai permaisuri.
Namun, Seo-Rin—atau dirinya yang sekarang—seharusnya tidak terlalu terlibat dalam pemilihan ini. Sebagai karakter antagonis, Seo-Rin hanya diperkenalkan untuk membuat konflik dengan Kang-Ji setelah pemilihan, bukan sebagai kandidat yang serius.
“Bagaimana ini bisa terjadi?” gumam Aluna pelan, cemas dan bingung.
Suara ketukan yang keras dan tegas kembali terdengar. "Nona Seo-Rin! Pangeran Ji-Woon tidak suka menunggu."
Aluna menghela napas panjang. “Baiklah,” katanya pelan. Ia menyadari bahwa mau tidak mau, ia harus menghadapi situasi ini. Jika memang benar ia berada di dunia yang ia ciptakan, mungkin satu-satunya cara untuk kembali adalah dengan mengikuti alur cerita yang sudah ia tulis. Tetapi, apa yang terjadi jika ia mengubah alurnya sendiri?
Dengan langkah ragu, Aluna membuka pintu dan dihadapkan pada seorang pelayan muda yang tampak terkejut dengan ekspresi kebingungannya. “Apakah Anda baik-baik saja, Nona Seo-Rin?”
Aluna mengangguk kaku. “Ya ... Aku hanya sedikit lelah.” Ucapannya terdengar kaku, bahkan di telinganya sendiri. Pelayan itu tampak ragu sejenak, namun tak berani bertanya lebih lanjut.
Dengan arahan pelayan itu, Aluna melangkah menuju balairung. Semakin dekat, suara obrolan para gadis mulai terdengar, tawa dan percakapan yang penuh semangat memenuhi aula besar istana. Ia bisa merasakan tatapan mereka ketika ia memasuki ruangan. Wajah-wajah itu memandangnya dengan campuran rasa ingin tahu dan waspada—terutama Kang-Ji, gadis dengan senyum lembut namun penuh keyakinan yang berdiri di depan.
Sesuai dengan karakternya di novel, Seo-Rin tidak disukai oleh gadis-gadis lain, terutama Kang-Ji, yang melihatnya sebagai ancaman. Aluna mendapati dirinya terjebak di dalam kerumitan intrik karakter yang ia ciptakan sendiri, sesuatu yang seharusnya hanya ada di atas kertas, namun kini menjadi kenyataan.
Aluna menyadari, di sinilah segalanya menjadi nyata.
Bersambung >>>
...Hai, teman-teman! 👋...
...Selamat datang di novel pertama Author yang bertemakan kolosal dan penuh dengan intrik istana serta kejutan tak terduga. Novel ini lahir dari semangat dan cinta Author terhadap cerita-cerita penuh warna yang akan membawa kalian ke dunia lain. ✨...
...Author benar-benar membutuhkan dukungan kalian semua agar novel ini bisa terus berkembang dan mencapai retensi yang ditentukan oleh platform. Jangan lupa untuk like, komentar, dan membagikan setiap bab yang kalian baca. Setiap dukungan kecil dari kalian sangat berarti untuk kelangsungan cerita ini! 💖...
...Terima kasih banyak atas cinta dan perhatian kalian. Semoga kalian menikmati petualangan yang penuh misteri dan ketegangan di dalam dunia yang Author ciptakan ini. 💫🙏...
...Happy reading, dan jangan lupa untuk terus mendukung ya! 🚀📚...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Livy
langsung msuk fav ♥️♥️♥️
2024-11-09
1
Livy
Woowwww ..........
2024-11-09
0
Yulisssss
Baru mampir thorrr 💞
2024-11-08
0