NovelToon NovelToon
Batas Kesabaran Seorang Istri

Batas Kesabaran Seorang Istri

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Balas Dendam / Konflik etika / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.7
Nama Author: Marica

Aluna Aurelia Pradipta memimpikan keindahan dalam rumah tangga ketika menikah dengan Hariz Devandra, laki-laki yang amat ia cintai dan mencintainya. Nyatanya keindahan itu hanyalah sebuah asa saat keluarga Hariz campur tangan dengan kehidupan rumah tangganya.

Mampukan Aluna bertahan atau memilih untuk pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Berkuasa

Satu minggu berlalu, Aluna benar-benar bangkit dari keterpurukannya. Usahanya juga benar-benar berkembang pesat. Hampir setiap hari banyak pengunjung datang ke butiknya, setiap hari pula Aluna menerima pesanan. Meskipun lelah, Aluna tetap merasa senang, sebab ia memiliki kegiatan dan juga penghasilan sendiri. Dirinya juga tidak harus mendengarkan makian, hinaan ibu mertua juga adik iparnya jika dirinya tetap berada di rumah.

Pukul 7 malam Aluna memutuskan untuk pulang. Sebelum itu Aluna terlebih dahulu menyerahkan urusan butik pada salah satu pegawainya. Aluna juga mampir ke restoran untuk membeli makanan untuk orang rumah, juga cemilan untuk para pegawai di rumahnya.

Ketika sedang menunggu makanan, ada pesan masuk di ponselnya. Aluna membuka pesan itu, rupanya dari Hariz. Sang suami mengatakan akan pulang sangat terlambat. Ada banyak pekerjaan yang harus dia urus. Aluna pun membalasnya.

Setelah menunggu beberapa saat pesanannya selesai. Aluna membayar pesanan itu kemudian pergi ke tempat mobilnya terparkir.

Sampai di tempat mobilnya terparkir, Aluna segera masuk ke mobil, duduk di kursi kemudi. Sebelum menyalakan mesin, Aluna lebih dulu bersandar pada sandaran kursi yang ia dudukki untuk sekedar menarik napas. Aluna menutup matanya menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya kembali. Aluna melakukan itu secara berulang-ulang, sampai dirinya merasa lebih baik. Rasanya begitu lelah setiap hari harus mengemudi sendiri, apalagi saat keadaan jalanan macet.

Aluna tiba-tiba teringat akan tawaran Farel untuk memperkerjakan seorang sopir. Mungkin sudah saatnya dirinya memiliki sopir sendiri. Setelah rasa lelahnya berkurang, Aluna menyalakan mesin mobil, kemudian pergi meninggalkan area pusat perbelanjaan itu. Menempuh perjalanan hampir dua jam karena sempat terjebak kemacetan, Aluna akhirnya sampai di rumah. Aluna menyimpan mobilnya di garasi. Seperti biasa seorang penjaga datang membantu membukakan pintu mobil. Aluna turun dari mobil setelahnya.

"Malam Pak," sapa Aluna.

"Malam juga, Nyonya," sapa balik penjaga itu.

"Ini ada cemilan untuk kalian." Aluna memberikan paper bag berisi cemilan untuk para penjaga rumahnya.

"Cemilan?" Penjaga itu merasa ragu untuk menerimanya.

"Kenapa, Pak. Tidak suka ya?" tanya Aluna.

"Tidak, Nyonya," jawab penjaga itu. "Bukan begitu."

"Terus kenapa tidak diterima?" tanya Aluna.

"Saya tidak enak, Nyonya. Setiap hari Nyonya membelikan saya dan yang lainnya makanan," jelas penjaga itu. "Kami tidak enak merepotkan Nyonya setiap hari."

"Itu bukan hal besar. Biar kalian semangat juga kerjanya." Aluna menarik tangan penjaga itu dan memberikan paper bagnya. "Nanti kalau mbak Susi sudah datang saya tidak perlu belikan kalian makanan lagi. Mbak Susi yang akan membuatkan makanan maupun cemilan untuk kalian," ucap Aluna.

"Hah, yang benar, Nyonya. Mbak Susi sama suaminya balik lagi?" tanya sang penjaga disambut anggukkan oleh Aluna. "Tapi bagaimana dengan nyonya besar?"

"Itu akan menjadi urusan saya. Saya yang akan menangani nenek sihir itu," ucap Aluna membuat sang penjaga terkekeh geli. "Nanti kalau mba Susi sama mamang Damang datang kasih tahu saya!" pesan Aluna.

"Siap, Nyonya." Sang penjaga berseru sembari menunjukkan ibu jari tangannya ke arah Aluna.

"Kalau begitu saya masuk dulu," pamit Aluna. "Jangan lupa dimakan makanannya," imbuh Aluna.

"Baik, Nyonya. Sekali lagi saya berterima kasih sudah perhatian sama saya dan yang lainnya. Jika bukan karena Nyonya baik, mungkin saya dan yang lainnya sudah memilih berhenti bekerja," ucap sang penjaga.

"Iya, Pak. Saya masuk dulu ya," pamit Aluna sembari menunjukkan senyumnya.

Setelah itu Aluna masuk ke rumah dengan menenteng paper bag berisi makanan. Niatnya Aluna akan memberikan makanan itu untuk ibu mertua dan juga adik iparnya.

Sampai di dalam rumah ternyata Sandra sudah menunggu untuk menyambut dirinya dengan makiannya.

"Aluna!"

Aluna berhenti berjalan lantas berdecak kesal.

"Aku lelah tidak ingin berdebat denganmu, Sandra," ucap Aluna. "Ini makanan untukmu dan juga Mama." Aluna memberikan paper bag di tangannya kepada Sandra.

"Tumben baik?" sindir Sandra membuat Aluna memutar bola matanya malas.

"Terserah apa katamu," balas Aluna. "Aku mau ke kamar. Jangan ganggu aku," ucap Aluna lantas pergi, berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Baru sampai setengah perjalanan, langkah Aluna terhenti karena pertanyaan yang Sandra lontarkan.

"Kamu tidak menaruh racun dimakanan ini, 'kan?" tuding Sandra.

Ya Tuhan

Aluna berbalik setelah membuang napas kasar.

"Sebenarnya aku ingin sekali melakukan itu, tapi terlalu enak bagi kalian untuk mati sekarang. Masih banyak kesalahan di dunia ini yang harus kalian tebus," hardik Aluna.

"Kamu makan makanan itu saja. Jika tidak mau, letakan! Aku bisa memberikannya pada anjing tetangga." Tidak ingin membuang-buang energi Aluna memilih meninggalkan Sandra. Rasanya percuma saja dirinya bersikap baik pada keluarga sang suami yang akan berujung dirinya dituduh macam-macam.

-

-

Setelah berendam, Aluna merasa lebih baik. Rasa lelah memang tidak sepenuhnya hilang, tetapi sudah lumayan berkurang. Aluna keluar dari kamar mandi memakai bathrobe dan handuk kecil yang membungkus rambutnya yang basah. Ia berjalan ke walk in closet untuk mengambil pakaian tidurnya.

Pakaian tidur model kimono berbahan satin, berwarna merah muda menjadi pilihan Aluna. Terlihat mahal. Setelah memakai pakaiannya, Aluna keluar dari tempat itu lantas duduk di depan meja rias untuk mengeringkan rambut dengan hairdryer. Bersamaan dengan itu samar-samar Aluna mendengar keributan di luar kamar. Hairdryer Aluna matikan membuat suara ribut itu terdengar jelas. Suara ibu mertua dan adik iparnya sangat mendominasi.

"Apa yang mereka lakukan lagi?" decak Aluna.

Aluna keluar dari kamar, indera pendengarannya semakin mendengar jelas keributan itu.

Keluar dari rumah ini. Dasar pencuri!

"Mereka memaki siapa? Jangan-jangan …." Aluna berjalan lebih cepat untuk sampai di tempat keributan. Benar seperti dugaannya , ibu mertuanya sedang memaki pekerja lama yang ia panggil kembali.

"Apa-apaan ini? Tidak bisakan kalian tenang sedikit? Ini rumah bukan hutan yang kalian bisa bebas untuk berteriak!" Perkataan Aluna membuat keributan itu berhenti.

Semua orang menoleh ke asal suara. Mona yang melihat menantunya langsung mencecar Aluna dengan pertanyaan.

"Apa-apaan ini? Kenapa kamu membawa masuk para pencuri ke rumah ini lagi?" teriak Mona.

"Kami bukan pencuri, Nyonya besar," bela mba Susi.

"Mba Susi, Mamang, kalian pergilah. Ini sudah malam, istirahat di kamar kalian. Besok kalian baru mulai bekerja," suruh Aluna.

"Tidak bisa!" larang Sandra.

"Pergilah, Mbak, Mamang. Ini biar saya yang urus," ucap Aluna.

"Baik, Non, terimakasih banyak. Kami permisi dulu," ucap mba Susi lantas pergi dari ruangan tamu rumah itu.

"Bagaimana bisa kamu masih mau menerima pencuri seperti mereka?" hardik Mona.

"Mereka tidak mencuri apapun. Aku percaya pada mereka. Mereka sudah lama ikut aku bertahun-tahun dan kami tidak pernah kehilangan apapun, tetapi entah mengapa setelah kalian datang ke sini mulai terjadi banyak pencurian," ucap Aluna.

"Jadi kamu menuduh Mama dan adik kamu yang mencuri?" tuding Mona.

"Tidak juga, tapi jika kalian merasa seperti itu … itu bukan urusan saya," pungkas Aluna.

"Benar-benar menantu kurang ajar," maki Aluna.

"Sudahlah, aku mau tidur. Ini sudah malam jangan membuat kegaduhan," ucap Aluna. "Tapi jika kalian masih ingin berteriak dan membuat kegaduhan, pergilah ke hutan! Di sana kalian bebas berteriak."

"Lihat saja aku akan mengadukan ini pada Hariz," ancam Mona seraya mengepalkan kedua telapak tangannya.

"Silahkan!" tantang Aluna.

1
Anna Wamey
Lumayan
Linda Yohana
Luar biasa
Merica Bubuk
Hahahahhaaaaaa
Merica Bubuk
si Aluna khodam gesrek'y ucul 🤣🤣🤣
Echa: bisa aja nih kakak
Echa: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 2 replies
Merica Bubuk
Edgar = Densu
Aluna = ci Oliv
Duo gesrek 🤣🤣🤣
Merica Bubuk
Aci kek apa ?
Dicolok pake apa ?
Merica Bubuk
🤭🤭🤭 ky aq aja, mau lahiran minta sate maranggi
Echa: keturutan kan kak
total 1 replies
DN
batu sandungan si oma
DN
bejeg" dia....Elgar. pembaca jg sewot dan gregetan nih....sm Hariz.
Echa: 😂😂😂😂😂😂🙂
total 1 replies
DN
aku gk ngerti jalan fikiran Aluna....😠
Katherina Ajawaila
kasihan amat thour, baru baca udh ketemu sm kel Toxic yg ngk punya hati 🤢
Echa: maaf, maaf
total 1 replies
Azizah Hazli
Luar biasa
Risna Akbar
aku sangat suka jalan ceritanya
aryuu
makasih udah menghibur dengan karyanya tor
Echa: trima kasih kakak udah berkenan mampir 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Desy Ratnasari
karya yg bagus gk sabar baca karya mu yg lain lg author 😍
aryuu
berasa aneh banget sama aluna... bukannya diawal kisah dia pukulin suami sama ibu mertuanya gegara ga dikasih uang berobat ibunya

trus ga dikasi nafkah karna ibu mertuanya yg atur keuangan disuruh suruh sama ipar n mertuanya, parahnya suaminya diem aja

trus aluna punya otak sama perasaan kalo dia perlakuan seperti itu??? 🤣🤣🤣🤣🤣

aluna ini orang normal kan?????🤭🤭🤭
Echa: bukan Aluna yang gak punya otak othornya
total 1 replies
Enna
suka
Dewisartika Hutabarat
jangan bilang elgar itu anak orang kaya yang lagi menyamar ya Thor
Echa: gak deh, aku tutup mulut ko🤐
total 1 replies
Enny Sukaeni
mungkin aluna hamil
Safa Almira
suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!