Jeniffer seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit desa, harus menghadapi ujian yang cukup besar dalam hidupnya. Ayah nya memiliki hutang besar kepada seorang lintah darat bernama Baron, pada suatu ketika anak buah yang bernama Tomi mengunjungi rumah Demian (Ayah dari Jeniffer). mereka menagih hutang yang di pinjam oleh Demian, makian dan ancaman terus dilayangkan oleh pria berbadan tersebut. Hingga Demian berkata akan membayar hutang nya minggu depan, saat Tomi berniat untuk melecehkan dua anak gadisnya Jeniffer dan Jessica. Kemudian di siang hari nya ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Jessica, yang tak lain adalah milik Glenn dan klien nya. Dan itulah awal dari pertemuan Jeniffer dengan Glenn, namun pertemuan itu terjadi karena perdebatan sang adik dengan John anak buah dari Glenn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nouna Vianny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan
1 jam berlalu, lampu di ruang operasi terlihat sudah padam. Daniel tak sabar menunggu pintu ruangan itu dibuka.
"Dasar tukang tidur!" gerutu Daniel ketika melirik ke sebelah John yang tengah mendengkur. Ia hanya bisa menggelengkan kepala melihat anggota inti termuda di klan nya itu. Tak lama kemudian pintu ruangan terbuka, dua orang perawat mendorong brankar pasien untuk di pindahkan ke kamar rawat. Tanpa menghiraukan John yang tengah tertidur pulas, Daniel beranjak dari duduk nya dengan segera mengikuti kemana Glenn akan di bawa.
Botol infusan kembali di gantung pada tiang nya, Jeniffer memutar tombol tersebut hingga tetesan demi tetesan turun dan mengalir pada selang nya.
"Terimakasih suster" ucap Daniel. Dan itu kembali mengingatkan Jeniffer pada kejadian saat dirinya bertemu di halaman rumah.
"Sama-sama Tuan" Sahut Jeniffer dengan sedikit malu-malu lalu berlalu pergi dari hadapan Daniel.
Perlahan Glenn membuka matanya, pengelihatan nya masih kabur saat menatap langit-langit kamar.
"Tuan, anda sudah sadar".
Glenn menyipitkan mata nya, lalu pandangan nya beralih pada area sekitar.
"Ada apa Tuan? Apa ada keluhan?" tanya Daniel
"Kemana wanita itu?"
Daniel sudah tahu siapa yang orang yang dimaksud oleh Tuan nya itu. Siapa lagi kalau bukan Jeniffer perawat cantik yang kini tengah menjadi incaran nya.
"Dia langsung keluar, setelah memindahkan anda tadi kemari". jelas Daniel.
Glenn mengusap wajah nya dengan kasar, terpancar aura kekecewaan pada raut wajah nya, Glenn ingin Jeniffer terus berada di sisi nya sampai ia membuka mata. tapi masalahnya ini rumah sakit dan Jeniffer sedang bertugas, lagi pula mereka belum berkenalan secara formal hanya sebatas menatap satu sama lain saat kejadian John berdebat dengan Jessica.
"Tuan, ingin aku panggilkan suster Jeniffer?" tebak Daniel
Glenn menggeleng "Nanti saja, lagi pula aku baru siuman"
"Kenapa Tuan melakukan ini?"
Daniel langsung pada intinya, ia sudah tidak tahan untuk bersuara mengenai insiden yang membuat tangan Glenn terluka. Pasalnya para musuh yang tadi ia lawan hanyalah dari kalangan kelas teri, mustahil jika Glenn tidak bisa membaca gerakan yang dilayangkan oleh mereka.
Glenn tertawa mendengar pertanyaan Daniel, dan itu sontak membuat Daniel heran. "Maaf jika aku membuat mu panik Daniel, kau pasti sudah tahu tujuan ku melakukan itu kan?"
Daniel mendengkus ia tidak lagi berkomentar, suka-suka Glenn saja kalau begitu mau melakukan apapun. Tapi ini terkesan konyol sampai harus melukai salah satu anggota tubuhnya hanya untuk bertemu dengan seorang wanita.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu di ketuk, Daniel menoleh ke belakang. Suster Faye tengah mendorong kereta nakas dengan berbagai macam obat di atas nya.
"Permisi Tuan Glenn, saya izin untuk menyuntikkan obat nya ya"
"Tidak mau" sahut Glenn dengan cepat.
Faye terdiam, ia memandang Glenn yang menatapnya dengan tatapan tajam. Daniel yang sudah faham akan keinginan Daniel hanya bisa pasrah.
"Maksud Anda Tuan?" tanya Faye yang tidak faham.
"Aku tidak mau kau yang menyuntikkan nya, apa kau tuli?".
"Tapi Tuan ini giliran saya yang bertugas"
"Daniel" seru Glenn.
Glenn mengangguk paham, Faye yang melihat ekspresi wajah Glenn semakin bingung. Ada apa ini sebenarnya kenapa mereka berdua seperti tengah merencanakan sesuatu?
"Suster bisa saya bicara sebentar?" pinta Daniel. sorot mata nya membuat Faye tidak berani untuk menolak. Daniel berjalan lebih dulu dengan Faye yang mengekori nya dari belakang. keduanya kini tengah berada di luar ruangan dekat jendela yang menghadap ke luar.
"Tolong panggilkan Suster Jeniffer, suruh dia yang menggantikan tugas Anda" mendengar pernyataan dari Daniel timbul berbagai pertanyaan dalam benak Faye. memang apa beda nya dia dengan Jeniffer? Kalau untuk urusan menyuntikkan obat suster mana pun bisa melakukan nya dan rasanya akan tetap sama. Aneh! pikir nya.
"Tapi suster Jeniffer sedang visit ke ruangan lain Tuan" . Faye berjalan mundur saat Daniel semakin mendekat ke arahnya, menghujani Faye dengan tatapan menakutkan. Hingga punggung nya tersandar pada sebuah tembok dan tidak ada lagi ruang untuk Faye bergerak. jarak keduanya kini sangat dekat hingga tercium aroma peppermint dari permen karet yang dikunyah Daniel.
"Turuti saja perintah ku, jika kau ingin selamat" . Hawa dingin seketika menjalar ke tubuh Faye, bulir-bulir keringat bermunculan dari anak rambut nya. lidah nya kelu hingga tidak bisa menyebut satu huruf pun.
"Daniel" Seru John yang mencari nya sejak tadi. Faye pun mengambil kesempatan tersebut untuk melarikan diri. John menatap heran saat Faye berlari seperti orang yang ketakutan.
Faye berlari dengan tergopoh-gopoh, hingga ia tidak memerhatikan jalan di depan nya.
"Awwww" seseorang meringis kesakitan sambil memegang bahu nya.
"Maaf aku tidak sengaja"
"Hei kau kenapa? Apa yang terjadi?" Tanya Jeniffer sambil memegang kedua bahu teman nya itu. Ia menelisik Faye yang terlihat ketakutan. Kedua telapak nya dingin dan terlihat keringat yang bercucuran pada dahi nya.
"Ada seseorang yang mencari mu"
"Maksud mu?"
"Dia ingin kau yang menyuntikkan nya"
Jeniffer mengernyit, ia tidak faham apa yang dikatakan oleh rekan nya ini.
"Faye, tenanglah dirimu apa maksud dari ucapan mu itu?"
Faye mencoba untuk mengatur nafas nya, agar bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ia menoleh ke belakang memastikan jika Daniel tidak lagi memperhatikan nya. kedua mata Jeniffer pun ikut mengarah lurus ke depan menengok-nengok, ke arah Faye menoleh tadi.
"Sebaiknya kita bicara di dalam saja"
Jeniffer segera menuntun Faye yang masih syok akan kejadian yang menimpa nya, kemudian lekas masuk ke dalam ruangan khusus para perawat beristirahat.
"Apa yang sudah terjadi Faye, kenapa kamu seperti yang ketakutan begitu?" Jeniffer kembali melayangkan hal yang sama.
Faye kemudian menjelaskan apa yang telah di alami nya barusan. sontak itu pun membuat Jeniffer heran. baru kali ini ia mendapatkan pasien yang seperti Glenn. Ingin dilayani oleh suster yang sesuai dengan keinginannya. Alarm dari sebuah ruangan berbunyi, sebuah panggilan jika perawat dibutuhkan oleh pasien dari satu ruang rawat.
Faye membulatkan mata nya saat melihat tombol VIP yang menyala, ruangan dimana tempat Glenn dirawat.
"Sebaiknya kau segera kesana, aku tidak mau ambil resiko"
Faye segera mematikan alarm yang terus berbunyi itu. untung nya suara tersebut tidak membangunkan mereka yang juga tengah jaga malam, mungkin karena lelah dan juga kondisi pasien yang cukup sepi. Selagi tidak ada yang membangunkan nya untuk bertukar jaga, mereka pun kembali melanjutkan tidur nya.
Jeniffer menghela nafas panjang sebelum masuk ke dalam ruangan Glenn. setelah mengetuk pintu barulah ia masuk. Ia melihat Glenn yang tersenyum ke arah nya dan Daniel yang sedang memainkan ponsel nya.
"Permisi Tuan"
"Ya suster" Daniel cepat-cepat berdiri dari duduk nya.
"Saya izin menyuntikkan obat nya ya"
"Iya sus"
Sesuai dengan keinginan Glenn bahwa harus Jeniffer yang memasukan obat tersebut ke dalam infusan nya. Barulah ia merasa senang, selagi Jeniffer menyuntikkan obat itu ke dalam selang di lengan nya, dan selama itu pula pandangan Glenn tidak terlepas sedetik pun. Hal itu justru membuat Jeniffer merasa tidak nyaman ia jadi mendadak gugup dibuatnya. Baru kali ini ada pasien yang terobsesi pada dirinya, sampai membuat rekan nya itu ketakutan .
"Sudah selesai ya, saya tinggal lagi".
Saat Jeniffer hendak memutar arah dengan cepat Glenn meraih lengan nya. Kedua bola mata Jeniffer membulat, apakah hal yang baru saja terjadi pada rekan nya akan terjadi pula pada dirinya sekarang?
"Maaf Tuan" Jeniffer memberanikan diri untuk melepaskan pegangan tangan Glenn.
"Oh Maaf, bukan aku bermaksud untuk kurang ajar. Tapi bisakah setiap yang menyuntikkan obat untuk ku hanya anda?" Glenn pun dengan tegas mengutarakan hal itu, ia tidak peduli jika Jeniffer keberatan atas permintaan nya.
"Maaf Tuan, tapi perawat disini punya tugas dan pegangan pasien nya masing-masing"
"Aku tidak suka penolakan, turuti saja apa kata ku. Jika kau dan teman mu ingin selamat. Aku juga tidak segan-segan untuk membuat rumah sakit ini tutup jika ku mau".
Karena mendapat penolakan dari Jeniffer terpaksa Glenn mengeluarkan jurus pamungkasnya. Ia mengancam bukan hanya pada dirinya dan Faye, tapi juga mengenai nasib rumah sakit ini sendiri.
"Anda jangan bercanda Tuan, saya disini seorang perawat bukan seorang wanita yang melayani keinginan pasien"
Glenn dan Daniel terperangah, tak di sangka ternyata di balik kecantikan wajah Jeniffer tersimpan keberanian, untuk membantah permintaan seorang Glenn. Mendengar hal tersebut Daniel tidak terima sikap setia nya terhadap atasan yang begitu tinggi, membuat ia naik pitam. Namun hal itu terbaca cepat oleh Glenn, ia mengisyaratkan Daniel agar tidak bertindak seperti yang ia lakukan pada Faye.
"Sayang nya saya sedang tidak bercanda Nona, Anda ingin bukti? Saya akan buktikan".
Jeniffer tidak menggubris ancaman dari Glenn, ia segera pergi dari ruangan tersebut dengan mendorong kereta nakas nya.
"Tidak lama lagi kau akan berada dalam genggaman ku".
Tak lama setelah Jeniffer keluar dari ruangan itu, John datang dengan menenteng paper bag di kedua tangan nya. Ia diperintahkan oleh Daniel untuk membeli beberapa macam makanan cepat saji yang ada di sebrang rumah sakit ini. karena jatah makan baru bisa di dapatkan besok pagi.
"Tuan, sebaiknya Anda makan dulu". Ucap Daniel.
Glenn mengiyakan, ia menekan tombol yang tergantung pada pinggir tempat tidur untuk membuat posisi tubuhnya tegap.
"Aku ingin roti dan cream sup saja" pinta Glenn.
Daniel. dengan cepat memberikan apa yang diminta oleh Glenn. namun sebelumnya ia mengambil meja makan pasien dan menaruh sampai batas dada. Roti dan sup segera Daniel telah tersedia di atas nya, dan siap untuk di sajikan. Glenn masih bisa menggunakan satu tangan kanan nya karena yang terkena tusukan adalah tangan sebelah kiri.
"Daniel kau belum jelaskan padaku, apa yang telah kau perbuat pada perawat tadi?" John berbicara dengan mulut penuh dengan makanan.
Daniel tidak menjawab ia fokus pada aktivitas makan nya, perutnya terasa sangat lapar terlebih ia melewatkan jam makan malam.
"Daniel apa kau tuli, aku bertanya padamu. Kenapa kau--" belum sempat melanjutkan kata-katanya, John sudah keburu batuk-batuk, ia memegangi dada nya yang terasa sesak dan tenggorokan nya yang gatal. Dengan sigap Daniel membukakan sebotol air mineral dan memberikan nya kepada John.
"Kalau sedang makan itu jangan banyak bicara, jadi saja kau tersedak" . Ucap Daniel dengan tetap fokus pada makanannya. Ia tidak peduli dengan wajah John yang memerah. Air mineral itu di teguk hingga menyisakan setengah, John menarik nafas nya dalam-dalam. Sebelum melanjutkan kembali aktivitas makan nya. Sedangkan Glenn hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah konyol John. Usia dan sikap Pria itu kadang berbeda jauh.
Selesai menghabiskan makanan nya kantuk pun datang, mungkin itu juga efek dari obat yang disuntikkan tadi. Glenn menyandarkan kepala nya, kemudian mulai memejamkan mata hingga akhirnya tertidur pulas. Sedangkan Daniel dan John masih terjaga untuk menghindari sesuatu yang tak di inginkan. Meski ini di desa kemungkinan musuh yang mengintai akan tetap ada, jadi dimanapun mereka berada harus tetap waspada.
Jika Daniel dan John harus menahan kantuk demi menjaga sang majikan yang tengah terbaring di ranjang pesakitan. Lain hal nya dengan Jeniffer dan Faye kedua perawat cantik itu, belum bisa memejamkan mata nya lantaran ucapan Glenn yang terus terngiang-ngiang di telinga. Ada rasa takut pada hati kedua nya, apalagi Jeniffer dengan lantang menolak permintaan Glenn.
"Siapa sebenarnya orang itu? Dan kenapa sikap mereka benar-benar membuat kita takut?" ucap Faye.
"Mungkin dia memang punya gangguan jiwa, biarkan saja anggap saja dia orang gila".
Jeniffer menjawab dengan enteng nya, ia berusaha membuat keadaan menjadi tidak tegang.
"Sungguh, aku sangat takut saat Pria yang menjaga nya itu menatap ku dengan lekat. meski tidak dapat di pungkiri jika wajah nya memang tampan".
Jeniffer mendengkus, antara kesal dan heran pada rekan nya yang satu ini. Saat kejadian ia merasa takut tapi sekarang malah memuji Daniel yang memiliki wajah tampan, Ah! Dasar wanita.
"Jam 6 pagi nanti adalah jadwal kita pulang, kita tidak perlu visit lagi ke ruangan itu. Sebaiknya kita lekas pergi".
"Kau yakin?"
"Kau ingin kejadian tadi terulang kembali?"
"Tidak, maksud ku kalau dia mengancam yang lainnya bagaimana?"
"Biarkan saja, toh jam dinas kita memang sampai jam 6 biarkan perawat lain yang menangani nya"
"Baiklah, kalau memang itu keputusan mu. Aku ikut saja".