Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
...~Happy Reading~...
Khalifa yang baru saja menyelesaikan acara mandi nya, sedikit mengerutkn dahi kala mendengar suara tangisan bayi yang tak henti sejak tadi. Karena penasaran, ia pun membuka pintu balkon nya dan mengintip sedikit ke arah bangunan rumah yang ada di sebelah nya.
Keadaan di luar masih cukup ramai, meskipun beberapa pelayat sebagian sudah pulang karena jenazah yang sudah di makamkan. Akan tetapi, beberapa tamu kiyai Abdul masih berjaga di sana untuk berbela sungkawa.
Kembali lagi dengan suara bayi yang Khalifa yakini itu adalah Arumi. Benar, ia sudah mengetahui nama dari bayi mungil yang begitu menggemaskan itu, karena belum lama dirinya mengantarkan kakak nya untuk berkunjung ke rumah sakit dan mendengar jawaban dari gus Hilal saat di tanya oleh kakak ipar nya, Arga.
‘Kasihan sekali dia, pasti dia sangat sedih. Dan aku tidak bisa membayangkan jika aku yang ada di posisi bayi mungil itu,’ Khalifa menatap kosong pada salah satu jendela yang terbuka dimana jendela itu adalah jendela kamar tempat sang bayi berada.
‘Aku yang sudah tujuh belas tahun masih suka manja sama Umma, tapi dia ... ‘ Rasanya begitu sesak, membayangkan bagaimana nanti ke depan nya untuk baby Arumi menjalani kehidupan nya tanpa seorang ibu.
Seperti yang di ketahui, Khalifa sebagai anak bungsu atau terakhir, yang mana dirinya masih sangat manja dan susah untuk jauh dengan orang tuanya. Sedangkan Arumi, sejak bayi ia sudah di tinggalkan oleh sang ibu, lantas bagaimana bayi kecil itu nanti nya untuk manja atau mengenal ibu nya, pikir nya.
...🕊🕊🕊...
Malam harinya, Khalifa memutuskan untuk ikut ke Ndalem untuk membantu beberapa pekerja yang menyiapkan jamuan guna tahlilan kepergian ning Kirana. Meskipun ia tidak bisa mengikuti nya, di karenakan tamu bulanan. Tapi, Khalifa masih bisa membantu di belakang, pikir nya.
Namun, siapa sangka, baru saja ia hendak menyentuh salah satu piring untuk di isi oleh makanan. Tiba tiba nama nya sudah di panggil membuat nya langsung menoleh dan menatap sang empu nya.
“Khalifa, bisa tolong mba sebentar gak?” tanya seorang wanita bergamis coklat muda yang kini tengah berdiri tak jauh dari nya.
“Iya Ning Hasna, ada apa ya?” Gadis itu bangkit perlahan karena masih merasakan nyeri di area perut bagian bawah nya untuk menghampiri Hasna yang tak lain adalah kakak kedua dari gus Hilal.
“Ayo!” Khalifa sedikit terkejut, saat dengan tiba tiba tangan nya di tarik begitu saja oleh Hasna untuk menaiki sebuah tangga.
Sambil menggigit bibir bawah nya, Khalifa berusaha menahan mati matian rasa sakit yang ia rasakan. Hingga tiba saatnya ia sampai di depan sebuah kamar dan segera di ajak masuk oleh mba Hasna. Khalifa mengerjapkan matanya berulang, saat menatap sekeliling ruangan kamar yang bernuansa abu tua itu dengan perasaan sedikit ambigu.
Entah apa yang ia rasakan saat memasuki kamar tersebut, jantung nya berdetak dengan sangat cepat, bahkan ia sampai sulit untuk menjabarkan nya seorang diri. Namun, suara tangisan bayi kembali terdengar membuat lamunan nya seketika langsung buyar dalam sekejab.
“Khalifa, tolong bantu jagain Arumi sebentar ya. Perut saya sakit banget harus ke Toilet, Umi lagi sibuk nemenin tante Santi. Tolong ya Khalifa, sebentar saja!” ucap ning Hasna sebelum akhirnya wanita itu berlari menuju toilet sambil memegang perut nya.
Jujur, saat ini perut nya sendiri juga terasa masih sakit, tapi bukan untuk buang air besar, melainkan karena tamu bulanan nya. Apalagi saat ning Hasna menarik nya untuk menaiki tangga dengan langkah terburu buru, membuat nya kini semakin meringis.
Belum sempat Khalifa protes atau menjawab permintaan ning Hasna, wanita itu sudah lebih dulu pergi. Dan kini, tatapan mata Khalifa menatap sayu serta bingung pada seorang bayi yang sedang menangis cukup kencang di atas tempat tidur yang berukuran queen size tersebut.
‘Baby Arumi, mau lomba nangis aja gak?’ gumam Khalifa ingin menjerit sambil menatap bayi itu dengan intens.
...~To be continue.......