***
Karena kebodohannya sendiri, Grace harus menghadapi sebuah insiden tak terduga di dalam hidupnya. Dimana dia terpaksa harus terlibat dengan seorang laki-laki yang ia temui disebuah club. Saat itu dia mendapatkan dare untuk mencium seorang pria random disana. Namun sayangnya karena ciuman sialan itu mengantarkannya pada sebuah penyesalan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pria yang ia cium itu ternyata bukan orang yang sembarangan. Dia merupakan CEO dari sebuah perusahaan besar yang sangat berpengaruh sekali. Karena pengaruhnya itulah mau tak mau Grace harus membayar mahal atas tindakan bodohnya malam itu.
Akankah Grace sanggup membayar hal tersebut?
***
HALLO GUYS IM BACK!!!
BIJAK DALAM MEMBACA YA! BANYAK MENGANDUNG UMPATAN, DAN TENTU SAJA ADEGAN YG HM-HM. DOSA DITANGGUNG SENDIRI. SIAP-SIAP BAPER WKWK.
Ig : oviealkhsndi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ovie NurAisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
***
Sebenarnya Atlas sudah tahu tujuan papanya memanggilnya ini apa. Sebab sebelumnya papanya sudah memberikan warning padanya. Tapi Atlas selalu mengabaikan hal itu. Sebab Atlas memang belum memiliki pikiran menuju ke hal sana. Dan bukan hanya papanya saja yang menginginkan hal tersebut, tapi mamanya juga. Rasanya beban terberatnya saat ini bukan soal kerjaan, tapi soal kemauan mama dan papanya.
Atlas berjalan memasuki area kantor milik papanya. Dari lobby sampai ke lift, tak henti-hentinya ia mendapatkan sapaan dan juga senyuman dari karyawan wanita. Sementara karyawan pria hanya menundukan sedikit kepalanya sembari memberi hormat. Wajar, sebab ini Atlas. Anak kandung pemilik perusahaan tempat mereka bekerja. Atlas sendiri tidak menjawab sapaan itu dan hanya cuek saja. Covernya memang seperti itu sejak dulu sampai detik ini.
Bukan hanya wanita yang ada di kantornya atau pun kantor papanya, wanita yang ia temui diluar saat ada pertemuan dengan klien pun selalu seperti itu. Bahkan tak jarang dia juga selalu mendapatkan undangan dari model-model papan atas. Sayangnya Atlas tidak pernah datang ke undangan tersebut. Toh dia juga tidak mengenalnya.
Tok.. tok... tok.
"Masuk."
Atlas pun segera membuka pintu besar yang ada di depannya lalu masuk. Disana papanya tengah berdiri menghadap ke arah jendela yang langsung menampakan pemandangan indah tengah kota.
"Ada apa dad?" tanya Atlas.
"Bagaimana dengan tikus-tikus di kantor mu? Apakah mereka sudah kau tangani?" tanya Arman. Ayah kandung Atlas, pemilik Collin's Group.
"Sudah. Hal itu tidaks sulit bagi ku," ucap Atlas seraya duduk di kursi yang ada di depan meja kerja sang ayah.
"Langsung ke intinya saja, dad. Aku tidak suka bertele-tele."
Arman tersenyum tipis mendengar ucapan sang anak. Sifatnya sebelas dua belas dengannya. Bahkan sepertinya gen-nya menurun dengan baik pada Atlas. Buktinya dari ucapan, tingkah, bahkan sifat sangat mirip sekali dengannya. Istrinya sendri tidak kebagian apa-apa. Bahkan wajah Atlas mirip sekali dengan Arman. Hanya saja Atlas ini versi muda dari Arman.
"Pernikahan. Jika kamu tidak mampu menikah dalam waktu dekat ini, terpaksa kerja sama yang kamu inginkan tidak akan pernah terjadi. Dan lagi, dad tidak akan memberikan sedikit pun harta dan aset milik dad kepada mu," tutur Arman.
Sudah Atlas duga. Papanya ini memang selalu tegas dan tidak pernah goyah. Sejak dulu selalu keras padanya.
***
Setelah kejadian di club kemarin, Grace sedikit banyak diam dibanding biasanya. Dia bahkan selalu termenung sendirian di rumahnya ini. Hal itu tentu saja disadari oleh ibu asuhnya, yaitu ibu Lita.
"Nak, kamu ini kenapa? Dari kemarin ibu lihat kayaknya cuma diem aja? Bahkan kamu makan gak bener. Ada masalah?"
Grace terkesiap mendengar suara sang ibu. Ia pun tersenyum kecil dan berjalan mendekat ke arah sang ibu dan memeluknya.
"Gak papa, bu. Cece oke kok."
"Beneran?"
Grace menganggukan kepalanya mantap. "Iya. bu. Cece gak papa kok. Beneran."
"Ya sudah kalau begitu. Makan sana, udah hampir siang ini. Kamu belum makan kan dari pagi?"
"Iya bu."
Grace pun berjalan menuju ke meja makan. Tentunya bersama dengan sang ibu. Dengan telaten dan penuh sayang, ibu Lita memberikan nasi beserta lauk pauknya untuk Grace. Grace memang sudah terbias dengan hal ini. Dia justru senang dengan perhatian seperti ini.
"Ngomong-ngomong, kamu beneran mau kerja diluar? Kamu gak perlu kerja pun, hidup kamu bakalan tetap tercukupi."
Beberapa hari yang lalu Grace memang sempat mengatakan jika dia akan mencari pekerjaan. Awalnya Lita sempat terkejut, karena setahu dia orang itu tidak akan membiarkan anak ini bekerja sembarangan. Tapi menimbang kembali, Grace sangat gigih terhadap apa yang ingin dia dapatkan. Jadi sepertinya larangan orang itu tidak akan berpengaruh apa-apa.
"Kayaknya iya, bu. Tapi Cece belum tahu kerja dimana, udah si apply beberapa lamaran ke perusahaan hedon. Ya semoga aja keterima."
"Baylee Corp, kamu melamar kesana juga?"
"Ya nggak, bu. Sama aja nyerahin nyawa."
Lita terkekeh pelan mendengar ucapan anak ini. Dia memang berbeda sekali dengan kedua orang tuanya. Untungnya dia selalu diberi kebebasan untuk memilih.
"Ya siapa tahu. Tapi kali ini ibu gak bisa bantu apa-apa kalo sampe orang-orang itu tahu. Kamu harus menghadapinya sendiri."
"Ibu," rengek Grace.
"Kamu sudah besar. Sudah lama loh, seharusnya sejak dulu publik tahu siapa kamu."
"Malas, nanti jadi seleb. Kan gak bisa hidup enak kalo kayak gitu."
"Ibu tahu. Tapi bagaimana pun kamu harus tetap kembali sama jati diri kamu yang sebenarnya."
"Iya bu. Kalo gitu nanti sore Cece mau keluar, boleh? Ada janji sama temen-temen Cece."
"Siapa? Rea sama Leta?"
Grace menganggukan kepalanya. Dia memang sudah membuat janji dengan kedua manusia itu di sore nanti. Kebetulan sudah beberapa hari dia tidak bertemu dengan mereka.
"Ya sudah hati-hati. Ibu juga ada janji sama Arsy. Maunya dia kamu ikut, tapi ketemunya diluar. Takutnya malah keciduk, nanti kamu ngambek katanya."
"Ya bagus kalau beliau tahu dan mengerti. Bilang aja nanti aku yang temuin mereka di rumah."
"Okay sayang."
***
Atlas memijat pelipisnya pelan. Pertemuan terakhir dengan papanya sedikit mengusik pikirannya. Bahkan hal itu terus menganggunya beberapa hari ini. Atlas sudah mencoba mengabaikannya, tapi tetap saja hal itu nyangkut di kepalanya.
Atlas tentu saja mempermasalahkan soal kerja sama, bukan soal warisan. Karena dia juga sudah memiliki segalanya. Yang dia inginkan hanya kerja sama itu. Tapi papanya sangat sulit sekali memberikan jalan. Atlas tahu, papanya seperti ini karena masih kesal dengannya di masa lalu.
Waktu itu Atlas diminta menjadi direktur utama di perusahaan Collin's Corp. Tetapi dia menolaknya karena dia ingin mendirikan perusahaannya sendiri. Yaitu perusahaannya sekarang, Atlas Group.
Sebenarnya Atlas Group juga tidak kalah besarnya dengan Collin's Corp. Hanya saja eksistensi Collin's Corp berada diatas Atlas Group. Makanya Atlas sangat ingin sekali kerja sama itu. Belum lagi setelah bekerja sama dengan perusahaan papanya, dia bisa dengan mudah menjalin kerja sama dengan Baylee Corp.
Tapi masalahnya disini, dia harus menikah dulu baru papanya akan memberikan kerja sama itu. Dan hal itu menjadi beban karena awalnya Atlas sudah berikrar tidak akan menikah sampai kapan pun.
"Tuan," panggil Daren.
"Ini daftar beberapa wanita yang berasal dari keluarga terpandang. Sala satunya anak dari keluarga Baylee. Hanya saja saya tidak bisa menemukan identitasnya."
"Keluarga Baylee memiliki anak perempuan?"
Daren menganggukan kepalanya. "Iya. Tetapi tidak ada satu pun yang tahu soal anak itu. Baik media atau pun publik. Keluarga Baylee sepertinya sengaja menutupinya."
tbc.
kalau mau kan mesti Sah in dulu aduhhh bang sabar Napa bang
cuman belum sampai perkenalan aja ini duh Thor lanjut
sorry Thor Baru sempet baca
takut kecebur dalam cinta karena kepura-puraan .....💪💪