NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Sugar Daddy

Bukan Sekedar Sugar Daddy

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:756.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: Tri Haryani

Dia adalah pria yang sangat tampan, namun hidupnya tak bahagia meski memiliki istri berparas cantik karena sejatinya dia adalah pria miskin yang dianggap menumpang hidup pada keluarga sang istri.

Edwin berjuang keras dan membuktikan bila dirinya bisa menjadi orang kaya hingga diusia pernikahan ke-8 tahun dia berhasil menjadi pengusaha kaya, tapi sayangnya semua itu tak merubah apapun yang terjadi.

Edwin bertemu dengan seorang gadis yang ingin menjual kesuciannya demi membiayai pengobatan sang ibu. Karena kasihan Edwin pun menolongnya.

"Bagaimana saya membalas kebaikan anda, Pak?" Andini.

"Jadilah simpananku." Edwin.

Akankah menjadikan Andini simpanan mampu membuat Edwin berpaling dari sang istri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 12 Jadi Merindukan

Andini sedang berjalan kaki dari apartemennya menuju rumah sakit dimana ibunya dirawat. Perasaannya tak menentu setelah tadi Edwin meninggalkannya untuk menemui istri sah pria itu.

"Kenapa sih pak Edwin masih mau menemui istrinya padahalkan dia tidak pernah diprioritaskan." Andini bicara sendiri sembari berjalan kaki.

Ditangannya ada kimbab yang tadi dia bungkus. Andini kesal padahal tadi dia dan Edwin setelah makan malam akan belanja bahan dapur dan mengisi kulkas tapi harus batal karena Mona menelpon Edwin. Meski kesal tapi Andini tidak bisa berbuat apa-apa mengingat dirinya hanya seorang simpanan.

Andini terus berjalan ditrotoar hingga dia melewati supermarket tidak sengaja tubuhnya ditabrak oleh seseorang.

Brukk!

"Maaf. Loh Andini?"

"Angga?"

Andini hampir saja jatuh bila lelaki bernama Angga itu tidak langsung menahannya.

Andini kembali berdiri dia menatap lelaki di hadapannya yang juga sedang menatapnya.

"Kamu kemana aja, An? Lama kita tidak bertemu," tanya Angga.

Andini tersenyum kecil. "Beresin dulu belanjaan kamu, Ga."

Angga menggangguk lalu berjongkok untuk membereskan belanjaannya yang berhamburan diikuti Andini yang juga berjongkok untuk membantunya.

"Setelah kamu berhenti kuliah aku datang kerumah kamu tapi ternyata rumah itu sudah dijual. Kamu tinggal di mana sekarang?" tanya Angga menatap Andini yang sedang memunguti belanjaan pria itu.

Andini menatap Angga sebentar lalu kembali memunguti belanjaan. "Aku tinggal di kontrakan."

"Sama Kak Bima?" tanya Angga dan Andini menggangguk.

Andini menepuk tangannya setelah selesai membereskan belanjaan Angga.

"Kita ngobrol dulu yuk, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan sama kamu, An."

"Tapi aku harus ke rumah sakit," kata Andini.

"Apa ibu kamu masih belum sembuh?"

"Belum," lirih Andini.

"Kalau begitu aku ikut kerumah sakit sekalian aku ingin membesuk ibu kamu."

"Belanjaan kamu?"

"Aku titipkan satpam supermarket."

"Ya sudah aku tunggu," kata Andini. Angga tersenyum senang lalu kembali kearea supermarket dan menitipkan belanjaannya pada satpam di sana.

Angga kembali menghampiri Andini, mereka berjalan bersama menuju rumah sakit. Ini bukan yang pertama untuk Angga membesuk Ibu Della. Sejak Ibu Della masih dirawat di rumah oleh Andini, Angga sering kali membesuknya bahkan membantu Andini membeli obat yang sudah diresepkan dokter.

Angga sangat terkejut saat tiba di rumah sakit Andini membawanya menuju ruang rawat VIP dan Ibu Della dirawat diruang rawat tersebut.

"Bagaimana kondisi ibu kamu?"

"Kondisi Ibu justru semakin parah, beliau sekarang koma."

"Lalu biaya pengobatan ibu kamu bagaimana?"

Andini gugup dia tidak mungkin mengatakan pada Angga bila ada seseorang yang membiayai pengobatan ibunya khawatir dirinya yang menjadi simpanan Edwin akan diketahui banyak orang.

"Kak Bima dan aku bekerja sama untuk membiayai pengobatan ibu. Rumah yang kami jual juga uangnya untuk pengobatan ibu."

"Aku turut prihatin dengan keadaan kamu, An. Terus terang saja aku kaget saat tahu kamu berhenti kuliah, aku menghubungi kamu tapi nomor ponselmu tidak aktif, aku datang ke rumahmu ternyata rumah itu sudah dijual."

"Iya, Ga, makasih juga selama ini kamu sudah banyak membantu aku. Aku tidak bermaksud menghilang hanya saja saat itu kondisi Ibu memburuk jadi aku berhenti kuliah dan kak Bima menjual rumah. Tentang nomor ponsel ku yang tidak bisa dihubungi itu karena ponselnya aku jual juga buat menambah biaya pengobatan ibu."

"Tapi sekarang kamu sudah punya ponsel lagi kan?" tanya Angga.

"Sudah, Ga."

"Boleh aku minta nomormu?"

Andini mengangguk lalu mengetik nomornya diponsel Angga.

...****************...

Di tempat berbeda, di restoran Cempaka.

Mona yang datang lebih dulu langsung memesankan makanan kesukaan Edwin. Sambil menunggu Edwin datang Mona membuka tabletnya mengerjakan sesuatu di sana. Mona tidak mau rugi waktunya terbuang sia-sia karena baginya waktu adalah uang.

Edwin masuk ke restoran Cempaka, mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Mona. Setelah melihat Mona dia segera menghampirinya. Langkah kaki Edwin melambat saat melihat Mona sedang memegang tabletnya.

Sudah Edwin duga bila makan malamnya bersama Mona tidak seperti ekspektasinya. Edwin menduduki kursi dihadapan Mona membuat Mona meletakkan tabletnya di atas meja.

"Kita langsung makan saja ya, Mas, terus pulang aku masih banyak kerjaan yang harus aku selesaikan."

"Kamu bawa pekerjaan ke rumah?"

"Iya Mas, soalnya besok mau dipakai meeting."

Edwin tersenyum kecut, bila Mona membawa pekerjaannya ke rumah sudah dipastikan wanita itu semalaman berkutat diruang kerjanya.

"Bukannya kamu masih mau menginap di rumah orang tuamu?" tanya Edwin.

"Tadinya sih begitu, Mas, tapi aku kasihan sama kamu kalau aku tinggal lagi. Aku sudah hampir dua minggu ninggalin kamu."

"Kasihan?" tanya Edwin.

"Iya Mas."

"Seharusnya kamu pulang ke rumah itu bukan karena kasihan sama aku, Mon, tapi karena sudah seharusnya kamu pulang kerumah ku karena kamu istriku."

"Mas, please kita jangan berdebat di sini."

Edwin menarik nafasnya kemudian menghembuskan. Hampir saja dia lupa kalau sedang berada di tempat umum.

"Ya sudah ayo kita makan malam, terus pulang," kata Edwin dengan tenang.

Mona mengangguk kemudian menyodorkan piring berisi menu kesukaan Edwin, lobster bakar dengan sambal dabu-dabu dimangkuk yang terpisah.

Edwin memulai makannya, dia mengambil daging lobster lalu mencolekkan pada sambal dan menyodorkan pada Mona berniat hendak menyuapkan pada sang istri.

"Mas, aku tidak suka disuapi."

"Sekali saja," pinta Edwin.

Mona mendorong tangan Edwin untuk menjauh dari mulutnya.

"Aku bisa makan sendiri," kata Mona.

Edwin menarik tangannya lalu menyuapkan lobster itu kemulutnya sendiri. Lagi-lagi Edwin dikecewakan dengan sikap mandiri Mona. Sejak dulu Mona tak pernah mau diperlakukan manja olehnya bahkan saat berduaan saja wanita itu tak betah dia pangku lama-lama karena harus berkutat dengan pekerjaannya.

Tiba-tiba Edwin teringat saat makan bersama Andini. Gadis itu tak menolak saat dirinya menyuapi bahkan tadi juga Andini menyuapi Edwin balik. Dan saat dipangku juga Andini tak menolak meski masih terlihat gugup tapi Edwin memakluminya.

Edwin selesai lebih dulu dengan makanan, melihat piring Mona masih berisi separuh makanannya.

"Mau pulang sendiri atau pulang denganku?" tanya Edwin.

"Pulang sendiri, Mas, kan aku bawa mobil," jawab Mona.

Edwin mengangguk, lalu menunggu Mona menghabiskan makanannya. Edwin hanya diam tidak berbicara satu katapun dan hanya memperhatikan Mona yang sedang makan.

Ting.

Suara notifikasi dari ponsel Edwin berbunyi membuat pria itu langsung membukanya.

Notifikasi M-banking dari ATM yang dia berikan pada Andini memberitahukan bila ada saldo keluar sejumlah 5 juta.

Edwin tersenyum senang akhirnya Andini menarik saldo diatm yang dia berikan, artinya Andini menghargai pemberian darinya tak seperti Mona yang tak pernah menghargainya bahkan saat makan malam di luar seperti ini saja Mona membayar sendiri bill-nya.

Edwin jadi merindukan Andini namun dia hanya bisa menghembuskan nafas berat.

1
Swinarni Ryadi
laki2 yg sdh diberikan banyak kenikmatan tp ternyata msh egois, serakah
Anita Nita
lebih naik nikah sirih aja dari pada seperti itu thoor
Anita Nita
edwin nikah sirih aja sama andini...
Swinarni Ryadi
contoh orang tua yang tidak baik, hrsnya klu anak bahagia orang tua ikut bahagia, dan mengajar kan untuk berbakti pd suami dl br orang tua klu sdh bersuami
Dwiyar Ryan
Luar biasa
Reni Fitria Mai
Saya juga setuju dengan perkataan arif, Edwin hanya mencari kenyamanan kepada Andini karena tidak mendapatkan pada Mona, Dia mendapatkan Cinta sejati pada mona, sedangkan kenyamanan pada Andini
Rafly Rafly
Lumayan
Hendra Hermawan
Buruk
Hendra Hermawan
Biasa
Swinarni Ryadi
banyak banget duitnya pak Edwin ya
Swinarni Ryadi
ada ya orang tua yg jahat
Hendra Yustikarini
Luar biasa
Hendra Yustikarini
Kecewa
r i t a
Luar biasa
Greenenly
A+
Greenenly
bagus itu biar Edwin dan istrinya bercerai
Greenenly
kapan dia akan sadar dan mengerti..?
Greenenly
ingin dimengerti tapi tak mau mengerti
Greenenly
klo liat dr bab sebelumnya.. Louis tak akan sperti itu jika mona tdk membangkang... dasar mona nya aja yg egois mungkin karena didikan ortu dan karena ank tunggal
Greenenly
Menjengkelkan sekali.. kek taik kau.. sama aja ngk ada tegas2nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!