He Ma Li, seorang wanita muda yang penuh semangat, baru saja diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Berbekal mimpi besar dan tekad kuat, Ma Li berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya yang penuh tekanan. Namun, ada satu sosok yang selalu menguji ketenangannya—CEO Zhang Xiang Li, seorang pria keras kepala dan penuh aturan. Dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tegas, Xiang Li menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak memberi ruang untuk kesalahan.
Awalnya, Ma Li menganggap Xiang Li hanya sebagai bos yang sulit didekati. Namun, semakin lama bekerja di dekatnya, Ma Li mulai melihat sisi lain dari pria tersebut. Di balik sikap dingin dan tatapan tajamnya, Xiang Li memiliki cerita hidup yang sulit, yang perlahan membuat Ma Li semakin tertarik.
Tanpa disadari, perasaan cinta mulai tumbuh di hati Ma Li. Namun, cinta ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Xiang Li, cinta dan pekerjaan tidak pernah bisa bercampur, dan dia bersikeras menahan perasaannya agar tetap profesional. Mampukah Ma Li menembus dinding yang dibangun oleh Xiang Li? Apakah cinta Ma Li cukup kuat untuk membuat CEO keras kepala ini membuka hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lim Kyung rin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 34
Beberapa minggu setelah kabar bahagia tentang kehamilan kembarnya, He Ma Li mulai merasakan perubahan signifikan pada tubuhnya. Meskipun semangat dan kebahagiaan terus menguat, ia tak bisa mengabaikan rasa lelah dan berat yang semakin terasa. Setiap hari, ia berusaha menjalani rutinitasnya seperti biasa, tetapi tubuhnya memberi tanda untuk lebih banyak beristirahat.
Suaminya semakin perhatian. Ia memastikan He Ma Li tidak kelelahan dan selalu mengingatkan untuk menjaga kesehatannya. Di malam hari, mereka duduk bersama, merencanakan masa depan dengan dua bayi yang akan datang. Mereka membicarakan nama-nama untuk anak-anak mereka, memutuskan untuk memilih nama yang memiliki arti mendalam dan sesuai dengan harapan mereka untuk masa depan yang cerah.
Setiap kali keluarga dan teman-teman mereka mendengar kabar kehamilan kembar He Ma Li, mereka semua sangat antusias. Beberapa teman bahkan menawarkan untuk membantu menjaga anak-anak yang lebih tua, sementara keluarga besar mereka berencana untuk mengunjungi mereka lebih sering setelah bayi lahir.
Pada satu malam, He Ma Li merasa sangat cemas. "Bagaimana jika aku tidak bisa menghadapinya? Bagaimana jika aku tidak bisa memberikan yang terbaik untuk mereka?" pikirnya, sambil memandang perutnya yang semakin membesar.
Suaminya menyadari kecemasannya dan duduk di sampingnya. "Sayang, kita sudah melalui banyak hal bersama. Dua bayi ini adalah berkat, dan kita akan menghadapinya bersama. Kamu tidak perlu takut atau merasa sendirian," katanya sambil menggenggam tangannya erat. "Kita akan melakukannya bersama-sama, seperti selalu."
Itulah yang He Ma Li butuhkan—kata-kata penghiburan yang menguatkan. Ia menarik napas panjang dan merasa sedikit lebih tenang. Kecemasan yang sempat membelenggunya perlahan mulai menghilang. Dengan dukungan suami dan keluarga, ia merasa lebih siap menyambut kehadiran anak kembarnya.
Dokter juga terus memantau kehamilannya dengan seksama. Meskipun ada beberapa gejala yang mengkhawatirkan, seperti kelelahan berlebih dan tekanan darah yang sedikit meningkat, dokter meyakinkan He Ma Li bahwa semuanya masih dalam batas normal untuk kehamilan kembar. He Ma Li tahu bahwa ia harus menjaga tubuhnya lebih baik lagi—menghindari stres, tidur yang cukup, dan makan makanan bergizi.
Setiap kali merasa lelah atau cemas, He Ma Li akan berbicara dengan suaminya, menceritakan apa yang dirasakannya. Mereka mulai menjalani hari-hari penuh harapan, mengingatkan satu sama lain tentang impian yang mereka miliki untuk keluarga mereka. Mereka berdua sepakat untuk membuat rumah mereka siap dengan dua tambahan anggota keluarga yang tak lama lagi akan datang.
Hari-hari berlalu, dan meskipun kadang ada tantangan dan kecemasan, He Ma Li merasa lebih siap menghadapi apa pun yang akan datang. Di dalam hatinya, ia percaya bahwa anak-anak kembarnya adalah hadiah terbesar yang bisa mereka terima, dan ia akan memberikan segalanya untuk memastikan mereka tumbuh dengan baik dan penuh kasih sayang.
Minggu-minggu berlalu dengan cepat, dan He Ma Li mulai merasakan tanda-tanda persalinan yang semakin dekat. Tubuhnya semakin berat, dan perutnya semakin besar dengan dua bayi yang terus tumbuh. Meskipun ia merasa lelah, ia tetap mencoba untuk menikmati setiap momen kehamilan kembarnya. Setiap gerakan bayi di dalam perutnya terasa seperti hadiah kecil yang mengingatkan bahwa impian mereka segera menjadi kenyataan.
Suaminya semakin rajin mengatur segala sesuatunya di rumah. Ia mengganti perabotan, mempersiapkan perlengkapan bayi, dan membuat rencana untuk mendukung He Ma Li dalam proses kelahiran nanti. Mereka juga berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan bahwa semuanya berjalan dengan lancar.
He Ma Li sering menghabiskan waktu beristirahat dan berbicara dengan anak-anaknya yang lebih tua. Mereka sangat bersemangat menyambut kedatangan adik-adik kembar mereka. Walaupun terkadang anak-anak merasa cemas tentang perubahan yang akan datang, He Ma Li dan suaminya berusaha untuk memberi mereka kenyamanan dan memastikan mereka merasa terlibat dalam persiapan ini.
Pada satu malam yang tenang, He Ma Li merasakan kontraksi pertama yang agak kuat. Meskipun ia sudah menduga bahwa waktu kelahiran semakin dekat, rasanya tetap mengejutkan. Suaminya segera merespons, membantunya untuk tetap tenang dan memberitahu dokter. Mereka berdua berangkat ke rumah sakit dengan perasaan campur aduk—kegembiraan, kecemasan, dan harapan.
Di rumah sakit, dokter dan perawat segera mempersiapkan semuanya. He Ma Li merasa lebih tenang dengan kehadiran suaminya di sampingnya, memberi dukungan dan semangat sepanjang proses persalinan. Ia tahu bahwa perjalanan ini akan berat, tetapi dengan cinta dan kebersamaan, mereka akan melewatinya bersama.
Akhirnya, setelah beberapa jam yang penuh perjuangan, He Ma Li melahirkan anak kembarnya—seorang bayi laki-laki dan seorang bayi perempuan yang sehat. Tangisan pertama mereka menyambut dunia, dan He Ma Li merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Suaminya, dengan mata penuh air mata, menggenggam tangannya dan berkata, "Kita melakukannya, sayang. Mereka ada di sini."
Anak laki-laki mereka dinamai Jin Hao, yang berarti "kemakmuran dan kebahagiaan," dan anak perempuan mereka dinamai Mei Lin, yang berarti "keindahan dan keharmonisan." Nama-nama itu dipilih dengan penuh cinta, mencerminkan harapan besar yang mereka miliki untuk masa depan anak-anak kembar mereka.
He Ma Li merasa lega, namun kelelahan luar biasa. Namun, setiap kali melihat wajah bayi-bayi mereka, rasa lelah itu seakan hilang begitu saja. Dengan cinta yang begitu besar, ia tahu bahwa perjalanan mereka sebagai keluarga kini dimulai kembali—sebuah babak baru yang penuh tantangan, tetapi juga penuh kebahagiaan.
Saat mereka kembali ke rumah, keluarga besar mereka menunggu dengan penuh sukacita. Anak-anak yang lebih tua mereka tidak sabar untuk bertemu dengan adik-adik kembar mereka. Suami He Ma Li mengatur segala sesuatunya untuk membantu, memastikan bahwa He Ma Li bisa beristirahat dengan cukup.
Dengan dua bayi baru yang sehat dan bahagia, He Ma Li merasa lebih bersyukur daripada sebelumnya. Ia tahu bahwa perjalanan ke depan masih panjang, tetapi dengan cinta dan dukungan dari keluarga, mereka akan menghadapi semuanya dengan penuh semangat. Kini, rumah mereka terasa lebih lengkap, lebih ramai, dan lebih penuh kebahagiaan dari sebelumnya.
Beberapa bulan setelah kelahiran bayi kembar He Ma Li, kehidupan mereka semakin dipenuhi kebahagiaan. Jin Hao, si bayi laki-laki, dan Mei Lin, si bayi perempuan, tumbuh sehat dan semakin ceria. Kehadiran mereka membawa kehangatan dan keceriaan yang tak terbayangkan sebelumnya, bahkan keluarga besar mereka semakin sering datang berkunjung untuk melihat perkembangan keduanya.
Kini tiba saatnya bagi He Ma Li dan suaminya untuk memberikan nama kepada bayi kembar mereka. Nama adalah hal yang sangat penting bagi mereka, karena mereka ingin memilih nama yang memiliki makna mendalam dan dapat memberi harapan baik bagi masa depan anak-anak mereka.
Setelah berdiskusi dengan hati-hati, He Ma Li dan suaminya akhirnya sepakat untuk memberikan nama yang melambangkan harapan mereka untuk kehidupan yang penuh kebahagiaan, kemakmuran, dan keharmonisan.
Untuk sang bayi laki-laki, mereka memberi nama Jin Hao. Nama ini memiliki arti "kemakmuran dan kebahagiaan," sebuah harapan agar ia tumbuh menjadi pribadi yang sukses dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya. Nama ini juga mencerminkan doa agar kehidupan Jin Hao penuh dengan rezeki dan keberuntungan.
Sedangkan untuk sang bayi perempuan, mereka memberi nama Mei Lin. Nama ini berarti "keindahan dan keharmonisan," yang mencerminkan harapan agar Mei Lin tumbuh menjadi sosok yang membawa kedamaian, keindahan, dan keseimbangan dalam hidupnya dan lingkungan sekitar. Nama Mei Lin juga dipilih untuk menggambarkan betapa berharganya anak perempuan mereka, yang seperti bunga yang indah dan penuh kasih.
Pada saat pemberian nama, He Ma Li dan suaminya mengundang keluarga dan teman-teman terdekat mereka untuk hadir dalam sebuah acara kecil yang penuh kebahagiaan. Mereka mengadakan doa bersama, berharap agar kedua anak kembar mereka diberkahi dengan kehidupan yang sehat dan bahagia.
Dengan senyum bahagia, He Ma Li menggendong Jin Hao dan Mei Lin satu per satu, memperkenalkan mereka dengan nama yang baru saja diberikan. Keluarga mereka merayakan momen tersebut dengan tawa dan doa. Semua orang merasa bersyukur atas anugerah yang telah diberikan kepada He Ma Li dan suaminya—dua bayi yang sehat dan sempurna, yang membawa harapan baru bagi masa depan keluarga mereka.
Momen tersebut menjadi salah satu kenangan paling berharga dalam hidup He Ma Li, sebuah awal baru bagi kehidupan mereka sebagai keluarga yang lebih besar dan penuh cinta.
Setelah pemberian nama yang penuh haru dan kebahagiaan itu, kehidupan He Ma Li dan suaminya semakin sibuk, namun juga lebih bermakna. Jin Hao dan Mei Lin tumbuh dengan sangat cepat. Setiap perkembangan kecil, seperti ketika mereka mulai bisa tersenyum, merangkak, atau bahkan belajar duduk, menjadi momen yang sangat dinanti-nantikan oleh keluarga mereka.
He Ma Li merasa bersyukur setiap hari atas berkat yang diberikan kepadanya. Meskipun ia merasa lelah karena merawat dua bayi sekaligus, kebahagiaan yang datang dengan melihat Jin Hao dan Mei Lin tumbuh sehat dan ceria membuat semua itu terasa ringan. Suaminya juga sangat membantu dalam setiap hal—mulai dari menjaga anak-anak di malam hari agar He Ma Li bisa tidur, hingga membantu menyiapkan segala kebutuhan bayi.
Namun, tidak hanya keluarga mereka yang terlibat dalam kebahagiaan ini. Teman-teman dekat mereka juga sering datang untuk memberikan dukungan dan kebahagiaan, membantu mereka dalam merawat bayi atau sekadar memberikan waktu untuk He Ma Li dan suaminya beristirahat. He Ma Li merasa sangat bersyukur memiliki jaringan teman dan keluarga yang selalu siap membantu.
Setiap kali keluarga besar berkumpul, ada kegembiraan yang meluap. Anak-anak yang lebih tua mereka sangat sayang pada Jin Hao dan Mei Lin, dan mereka sering kali mengajak adik-adik kembar mereka bermain. He Ma Li merasa bahwa meskipun hidup mereka kini penuh dengan kesibukan, cinta dan kebersamaan keluarga telah menciptakan suasana yang indah di rumah mereka.
Pada saat yang sama, He Ma Li dan suaminya mulai merencanakan masa depan anak-anak mereka. Mereka ingin memastikan bahwa Jin Hao dan Mei Lin akan mendapat pendidikan yang terbaik, serta tumbuh menjadi individu yang penuh kasih dan bertanggung jawab. Mereka berbicara tentang nilai-nilai yang ingin mereka tanamkan pada anak-anak mereka—kejujuran, kerja keras, dan kasih sayang kepada sesama. Meskipun mereka masih memiliki banyak waktu untuk memikirkan hal-hal ini, mereka sudah membayangkan masa depan yang cerah untuk keluarga mereka.
Di luar kehidupan sehari-hari yang penuh kebahagiaan ini, He Ma Li dan suaminya juga mulai lebih sering meluangkan waktu untuk diri mereka sendiri. Kadang-kadang, mereka menghabiskan malam berdua, berbicara tentang mimpi dan tujuan hidup mereka, atau sekadar menikmati waktu tanpa gangguan. Mereka tahu bahwa meskipun kebahagiaan keluarga sangat penting, menjaga hubungan mereka berdua juga sama pentingnya.
Sementara itu, Jin Hao dan Mei Lin mulai menunjukkan kepribadian mereka yang unik. Jin Hao, si bayi laki-laki, sudah mulai menunjukkan sifat ceria dan penuh energi, sering kali tertawa keras dan menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Mei Lin, di sisi lain, lebih tenang dan suka mengamati. Ia sering kali melihat sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu, terkadang tersenyum dengan mata yang penuh kehangatan. Mereka berdua membawa keindahan dan kebahagiaan dalam setiap sudut rumah mereka.
Meski perjalanan ini tidak selalu mudah, He Ma Li merasa bahwa ia diberkahi dengan dua buah hati yang luar biasa, dan bersama suaminya, mereka akan terus menghadapi segala tantangan hidup dengan penuh cinta dan kebersamaan. Masing-masing langkah mereka menuju masa depan semakin menyatu dalam harmoni yang indah, dan keluarga ini semakin kuat dalam ikatan mereka.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan keluarga He Ma Li semakin harmonis. Jin Hao dan Mei Lin, meski masih sangat kecil, semakin berkembang dengan pesat. Mereka mulai belajar berbicara, meski kata pertama mereka belum sempurna, suara tawa mereka yang ceria selalu memeriahkan rumah. He Ma Li dan suaminya tak pernah merasa bosan dengan kegembiraan yang mereka bawa.
Kehidupan sehari-hari mereka menjadi rutinitas yang menyenangkan meskipun cukup padat. Pagi hari dimulai dengan merawat bayi kembar mereka, memberi mereka makan, mengganti popok, dan membacakan buku cerita ringan. Meskipun banyak pekerjaan yang harus dilakukan, He Ma Li merasa puas melihat anak-anaknya tumbuh dengan sehat dan bahagia. Suaminya juga semakin banyak membantu, mulai dari membawa anak-anak ke tempat tidur hingga mengurus rumah, sehingga He Ma Li bisa sedikit beristirahat.
Pada suatu hari, ketika Jin Hao dan Mei Lin sudah mulai berjalan dengan bantuan beberapa benda di sekitar mereka, He Ma Li dan suaminya memutuskan untuk membawa mereka ke taman untuk melihat dunia luar. Suasana di taman yang sejuk membuat mereka semua merasa segar. Jin Hao yang biasanya penuh energi, berlarian kesana kemari sambil tertawa gembira. Mei Lin, meskipun lebih pemalu, dengan hati-hati mengamati segala sesuatu di sekitarnya, seakan-akan sedang mempelajari dunia baru yang terbentang luas.
Melihat mereka berdua bermain dengan penuh keceriaan, He Ma Li dan suaminya merasa sangat bersyukur atas anugerah yang mereka terima. Suami He Ma Li yang sebelumnya sering kali sibuk dengan pekerjaan, kini merasa lebih terhubung dengan keluarga, dan sering meluangkan waktu untuk kegiatan sederhana seperti berjalan-jalan di taman bersama anak-anak.
Pada suatu sore yang cerah, He Ma Li duduk bersama suaminya di teras rumah, menikmati teh sambil melihat kedua anak mereka yang sedang bermain di halaman. Mereka berbicara tentang masa depan, tentang harapan-harapan untuk Jin Hao dan Mei Lin, dan tentang bagaimana mereka ingin mendidik anak-anak mereka. He Ma Li berharap agar anak-anaknya tumbuh dengan nilai-nilai yang baik, seperti rasa hormat kepada orang lain, kejujuran, dan keberanian untuk mengejar impian mereka. Suaminya, yang kini semakin mendukung peranannya sebagai ayah, sepakat untuk mendidik anak-anak mereka dengan penuh cinta dan kesabaran.
Seiring waktu, He Ma Li mulai merasa bahwa kehidupannya sebagai seorang ibu semakin menyenangkan dan berarti. Ia merasa lebih matang dan bijaksana dalam menghadapinya, meskipun masih ada tantangan yang datang. Namun, bersama keluarga yang penuh cinta ini, ia merasa siap untuk menghadapi apapun. Terkadang, ia merenung, mengingat kembali masa-masa ketika ia pertama kali memimpikan memiliki keluarga besar dan bahagia, dan kini impian itu telah menjadi kenyataan.
Dalam setiap tawa anak-anak mereka, He Ma Li dan suaminya menemukan kebahagiaan yang tak ternilai. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka sebagai keluarga baru saja dimulai, dan meskipun masa depan tak bisa diprediksi, mereka merasa yakin bahwa dengan cinta dan dukungan satu sama lain, mereka akan dapat melewati segala rintangan dan meraih kebahagiaan yang lebih besar lagi.
Kehidupan mereka semakin sempurna dengan kehadiran Jin Hao dan Mei Lin, dan He Ma Li merasa bahwa inilah saat yang paling bahagia dalam hidupnya—bersama orang yang ia cintai, melihat anak-anaknya tumbuh sehat dan bahagia, dan menjalani setiap hari dengan penuh rasa syukur.
Zhang Tian Qi dan Zha Yue, sebagai kakak dari Jin Hao dan Mei Lin, sangat menyayangi kedua adik kembar mereka yang baru lahir. Sejak pertama kali melihat mereka, hati kedua anak ini dipenuhi dengan rasa sayang yang mendalam. Meskipun mereka masih kecil dan penuh dengan rasa penasaran, keduanya sudah menunjukkan perhatian yang luar biasa terhadap adik-adik mereka.
Zhang Tian Qi, yang sudah berusia lebih tua dan lebih dewasa, sering kali membantu He Ma Li merawat Jin Hao dan Mei Lin. Ia dengan penuh kesabaran mengganti popok mereka, memberi makan, bahkan sesekali menenangkan mereka ketika menangis. Zhang Tian Qi merasa bangga menjadi kakak yang dapat membantu ibunya dan selalu berusaha menunjukkan kasih sayangnya dengan cara yang sederhana namun penuh perhatian.
Zha Yue, yang meskipun lebih muda dari Zhang Tian Qi, juga tidak kalah penyayang terhadap adik-adiknya. Ia sering terlihat berdiri di dekat mereka, memandangi dengan penuh rasa sayang dan keinginan untuk menjaga mereka. Ketika Jin Hao atau Mei Lin mulai tertawa, Zha Yue akan ikut tertawa dengan riang, seolah merasakan kebahagiaan yang sama. Zha Yue juga sangat menikmati momen-momen ketika mereka bertiga bermain bersama di halaman rumah, menggoda adik-adiknya dengan mainan kecil atau sekadar berbicara dengan suara lembut, membuat adik-adiknya merasa nyaman.
Kehadiran kedua kakak yang penuh kasih ini memberi nuansa hangat dan menyenangkan di rumah. Zhang Tian Qi dan Zha Yue tidak hanya sekadar menjadi kakak yang baik, tetapi juga teman bermain yang menyenangkan bagi Jin Hao dan Mei Lin. Mereka berdua sering kali bergantian menggendong adik-adik mereka, memimpin mereka untuk berjalan atau duduk dengan hati-hati, dan berbagi keceriaan dalam setiap langkah kecil yang diambil oleh Jin Hao dan Mei Lin.
He Ma Li dan suaminya merasa sangat beruntung memiliki anak-anak yang sangat perhatian terhadap adik-adiknya. Mereka merasa bahwa keluarga mereka telah tumbuh menjadi keluarga yang penuh cinta, dengan ikatan kuat antara kakak dan adik. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk melihat perkembangan kedekatan di antara mereka, dan He Ma Li selalu merasa terharu melihat bagaimana Zhang Tian Qi dan Zha Yue menjaga dan merawat Jin Hao dan Mei Lin dengan penuh kasih.
Zhang Tian Qi dan Zha Yue sering kali berbicara tentang masa depan mereka bersama adik-adiknya, membayangkan bagaimana mereka akan tumbuh bersama sebagai satu keluarga besar yang saling mendukung dan mencintai. Mereka berharap bisa menjadi contoh yang baik bagi Jin Hao dan Mei Lin, memberikan mereka rasa aman dan kasih sayang yang tak terhingga sepanjang hidup mereka.
Dengan kehangatan dan kebahagiaan yang tercipta di rumah mereka, Zhang Tian Qi dan Zha Yue terus menunjukkan cinta mereka kepada adik-adik mereka, dan He Ma Li merasa semakin yakin bahwa keluarganya adalah tempat yang penuh dengan kebahagiaan dan rasa saling mencintai.
Seiring berjalannya waktu, hubungan antara Zhang Tian Qi, Zha Yue, Jin Hao, dan Mei Lin semakin erat. Kehadiran dua adik kecil ini benar-benar membawa perubahan yang menyegarkan dalam kehidupan keluarga mereka. Zhang Tian Qi dan Zha Yue tidak hanya menjaga, tetapi juga melibatkan Jin Hao dan Mei Lin dalam kegiatan sehari-hari mereka, membuat kedua adik mereka merasa lebih dicintai dan dihargai.
Zhang Tian Qi sering mengajak Jin Hao bermain bola di halaman, sambil mengajarkan adik laki-lakinya itu untuk menendang bola dengan benar. Meskipun Jin Hao masih terlalu muda untuk benar-benar mengerti, ia selalu tertawa riang setiap kali bola yang ia tendang meluncur sedikit, yang membuat kakaknya semakin semangat mengajarinya. Kadang-kadang, Zhang Tian Qi juga mengajak Mei Lin untuk bermain dengan boneka atau mainan lainnya. Ia dengan sabar mendengarkan tawa kecil adiknya yang ceria, merasa bahwa setiap detik kebersamaan itu sangat berharga.
Zha Yue, yang lebih dekat dengan Mei Lin, sering kali membawa adik perempuannya berkeliling rumah, mengenalkan berbagai barang baru yang ada di sekitar mereka. Zha Yue dengan lembut berbicara pada Mei Lin, membantunya untuk belajar mengenali benda-benda di rumah, atau sekadar menggenggam tangan adiknya dengan penuh kasih. Zha Yue merasa sangat bahagia setiap kali Mei Lin tersenyum, atau ketika adiknya itu merespons dengan cara yang menggemaskan.
Satu hal yang paling menghangatkan hati He Ma Li dan suaminya adalah melihat bagaimana Zhang Tian Qi dan Zha Yue dengan tulus menyayangi adik-adik mereka tanpa pamrih. Mereka tidak pernah mengeluh atau merasa terbebani dengan kehadiran Jin Hao dan Mei Lin. Sebaliknya, mereka semakin merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi adik-adik mereka. Mereka belajar berbagi perhatian dan kasih sayang, dan yang lebih penting, mereka memahami arti sejati dari keluarga.
Malam-malam mereka sering kali diisi dengan kebersamaan yang penuh keceriaan. Setelah makan malam, mereka semua duduk bersama di ruang tamu, memainkan permainan keluarga, atau hanya bercakap-cakap ringan tentang berbagai hal. He Ma Li dan suaminya merasa bahwa suasana kebersamaan ini adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Mereka melihat bahwa hubungan antara kakak beradik ini bukan hanya tentang berbagi waktu bersama, tetapi juga tentang membentuk ikatan emosional yang kuat, yang akan bertahan seumur hidup.
Keluarga mereka pun mulai merencanakan masa depan dengan lebih matang. Zhang Tian Qi dan Zha Yue semakin menunjukkan minat terhadap pendidikan dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang bisa membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka sangat mendukung pendidikan Jin Hao dan Mei Lin, meskipun mereka masih sangat muda. He Ma Li dan suaminya merasa yakin bahwa dengan kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh Zhang Tian Qi dan Zha Yue, kedua anak kembar mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang baik, cerdas, dan penuh kasih sayang.
Kehidupan mereka semakin lengkap dan penuh warna dengan hadirnya Jin Hao dan Mei Lin. Setiap hari adalah kesempatan untuk tumbuh bersama sebagai keluarga, belajar lebih banyak tentang cinta dan pengertian, serta merayakan setiap momen kebahagiaan kecil. He Ma Li tahu bahwa dengan adanya kedekatan antara kakak dan adik ini, keluarga mereka akan semakin kuat dalam menghadapi tantangan apa pun yang mungkin datang di masa depan.
Hari-hari yang berlalu memberi mereka pelajaran berharga tentang kebersamaan, kasih sayang, dan pengorbanan. He Ma Li merasa sangat diberkahi dengan memiliki anak-anak yang saling mencintai dan saling mendukung satu sama lain. Meskipun kehidupan mereka tidak selalu sempurna, mereka tahu bahwa selama mereka bersama, tidak ada yang tidak mungkin.