A twins sebutan mereka di keluarga, kembar nakal salah satu gelar yang mereka dapat dari banyak nya tingkah laku kebersamaan mereka sedari kecil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmida Yuliyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19.
...Hallo Selamat datang di Queen house, aku mau ngucapin terima kasih karna kalian udah mampir dan menjadi pembaca setia aku. Aku gak tau harus say thank u kaya gimana lagi yang jelas berkat kalian aku ada di sini di novel terbaru aku dan semoga aku selalu mendapat ide-ide baru biar bisa selalu update....
...Oh ya, sebelum itu apakah kalian udah baca semua cerita aku?...
...1. Kesayangan Tuan Muda Mafia...
...2. Arcella Queenzie...
...3. The Little Devils...
...4. Geral Kane...
...5. Xaviora Kenanya...
...6. Askylla Rain...
...7. Aluna, Gadis Gila Yang Kejam...
...dan kalian di sini ⬇️...
...➡️8. The Evil Twins⬅️...
...Kalau belum kalian bisa baca juga sembari menunggu aku update, terutama cerita yang no.1 itu karna itu cerita pertama aku dan karna itu yang pertama banyak sekalii typo dan ya bisa di bilang baku banget bahasanya....
^^^Buat kalian jangan lupa Favorite kan, Like dan Komen jika ada kritik maupun saran atau ide-ide kalian buat cerita ini kedepannya bisa langsung komen atau mau chat pribadi bisa chat ke instagram nya ( @arcellaqueenzieg ) cari aja pasti ada dan aku bakal jawab hehe.^^^
...Terima kasih dan selamat membaca...
...****************...
...****************...
Thea memarkirkan motornya, Thea tak sengaja melihat pedagang sate yang duduk termenung menatap dagangannya. Berjalan mendekati Thea menatap tumpukan sate itu masih terlihat segar dan banyak.
"permisi pak bu" panggil Thea pelan membuat lamunan kedua orang tua itu sedikit kaget namun senyum senang terlihat dari wajahnya.
"mau seporsi ya pak, lontongnya dikit aja"
"makan di sini apa di bungkus neng?"
"makan di sini aja pak" Thea duduk di kursi,
"mau minum apa neng?" tanya si ibu.
"air mineral itu aja bu" karna memang tersedia beberapa botol air mineral.
Bapak itu kembali bersemangat membuatkan pesanan Thea, bapak dan ibu ini sudah berumur ya Thea bersyukur dia melihat pedagang sate ini tadi jadi dia langsung putar balik.
"sendirian neng?" tanya ibu
"iya bu"
"hati-hati neng ya, udah subuh kaya gini mah takut ada begal" Thea mengangguk.
"harusnya ibu dan bapak yang lebih hati-hati karna malam kaya gini rawan rampok" Thea bergumam dalam hati.
"ibu sama bapak udah lama jualan?" tanya Thea.
"iya neng lumayan lama, sebelumnya kita di dekat blok M trus setahun gak jualan dan baru jualan lagi ini sekitar enam bulan"
"maaf ibu, sebelumnya kalau boleh tau kenapa sampe gak jualan?"
"tapi kalo emang gak bisa di ceritain gapapa hehe, oh iya kenalin bu. Aku Alethea panggil nya Thea" ucap Thea lagi sambil memperkenalkan dirinya.
"eh astaghfirullah iya, ibu teh namanya bu Sumiati biasa di panggil bu sum kalau bapak namanya pak Zainal biasa di panggil pak Inal. Aduh senangnya ibu bisa kenal sama neng cantik" terlihat dari raut wajahnya ibu berkata dengan jujur.
Bapak menyajikan pesanan Thea, sepuluh tusuk sate dan setengah lontong.
"makasih pak" ucap Thea,
Thea memakan setusuk sate dan lontongnya.
"ada keluhan neng? Atau ada yang kurang di rasanya? Ayam nya gimana?" Thea menggeleng.
"enak banget pak, mau seporsi lagi bisa pak? Tapi gak usah pake lontong"
"bisa banget, bapak bakar satenya dulu ya"
mungkin karna Thea tidur cepat dia tak sempat makan malam, dia benar-benar menikmati sate ini. Satenya benar-benar enak tanpa ada minus rasa semua pas menurut Thea.
Ayam nya juga masih fresh biasa kalau sudah subuh begini ayam nya kadang layu atau kurang fresh tapi ini benar-benar masih enak dan fresh.
"gimana neng Thea?"
"enak bu suer" Thea mengangkat setusuk sate sambil mencicipinya.
"alhamdulillah"
"masih banyak ya bu?" tanya Thea
"iya lumayan neng"
"itu kalau gak abis gimana bu?"
"biasa bapak sama ibu tutup jualan sampe azan subuh, jadi sebelum azan subuh tuh bapak sama ibu bungkus-bungkus in sate nya trus dorong gerobak ke mesjid di sana" ibu menunjuk ke arah mesjid yang telihat kubahnya.
"gak rugi bu? Maksudnya kan sebanyak ini di bagi-bagikan"
"rugi neng tapi bapak sama ibu mah ikhlas karna rejeki gak akan kemana udah ada yang atur, dan kadang juga bapak-bapak yang sholat terutama ustad di mesjid gak mau nerima secara cuma-cuma mereka bayar juga kadang"
"kadang bapak tolak karna memang niatnya di bagikan aja, tapi ustad nya bilang ini rejeki bapak ibu jadi kami terima. Tapi gak tiap hari juga neng bapak ibu bagi-bagi, kalo gak bagi-bagi trus masih banyak kadang di bagi ke orang yang nyari rongsokan atau kami buang"
"kenapa di buang bu?"
"gak punya kulkas neng, semua abis di jual jadi ya gak bisa di simpan buat nanti neng"
"kalo kaya gitu modal ibu bapak buat jualan lagi gimana?"
"selama enam bulan ini ya bertahan dari tabungan dan dari yang belu termasuk neng hehe"
"maaf ya neng ibu gak nyari perhatian neng tapi ibu nyaman aja cerita ke neng mungkin karna ingat anak ibu" raut wajah sedih ibu membuat Thea tak bisa menatapnya, bapak yang melihat istri nya langsung mengelus bahu sang istri.
"maaf ya neng" ucap bapak juga,
Thea sudah menghabiskan dua puluh tusuk sate sendirian, sambil berbincang dengan pak Inal dan bu Sum satenya habis tak terasa.
"gapapa pak bu, bapak maaf nihh Thea boleh minta bungkus lagi gak? emm berapa ya" Thea menghitung orang rumahnya.
"emm 10 porsi deh pak"
"eh abisin semua deh pak berapa porsi dapetnya? Nanti bungkusnya satu-satu biar bisa langsung d bagiin"
"masyaAllah ya Allahh beneran ini neng?" tanya bapak.
"masyaAllah neng" bu Sum menangis tak percaya dia benar-benar syok.
"ya Allah makasih neng makasih banyak" bapak sambil menyiapkan sate untuk di panggang ikut menangis.
"sebenarnya kita mau berhenti jualan hari ini neng karna memang sepi banget gak ada yang beli sampai akhirnya neng beli bapak sama ibu benar-benar senang neng, bahkan bapak gak berhenti berdoa sedari tadi karna jualan kita ada yang beli. Makasih banyak neng makasi banyak"
Thea merasa bingung harus apa padahal dia spontan saja ingin membeli semua dan membagikan karna memang sate yang bapak jual ini benar-benar enak.
"sama-sama pak, mungkin ini rejeki yang Tuhan atur buat bapak sama ibu"
Sambil terus berucap kata syukur bapak dan ibu mengerjakan pesanan Thea.
"untuk 50 tusuk lontongnya di pisah ya bu, sisanya gabungin aja" ibu mengangguk.