Area 21+
Anak di bawah umur dilarang mendekat.
Tentang Bianca yang memendam perasaan cinta terhadap Alexander Valentino sahabat kakaknya. Ia rela dijadikan partner di atas ranjang bagi pria itu meski ia tau hati Alex begitu kuat berpaut pada kekasih yang sangat dicintainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noah Arrayan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
2 bulan sudah berlalu Bianca merasa tubuh nya mulai tidak bersahabat, ia sering merasa lemas dan gampang lelah. Tapi ia tak mau mengatakan nya baik pada Alex ataupun pada Brian atau mereka berdua akan menyeret nya ke rumah sakit, tempat yang sangat dihindari oleh Bian karena rasa traumanya menyaksikan kedua orang tuanya direnggut darinya di tempat itu.
Tapi malam ini Bianca merasa begitu sedih dan merasa kesepian, ia merasa butuh seseorang untuk menemaninya. Alex sudah pergi sejak sore dan mengatakan bahwa ia akan pulang terlambat. Tak usah ditanya mengapa karena sudah pasti ia sedang bersama dengan Salsa menghabiskan malam minggu berdua. Yah tak ada perubahan apapun pada hubungan antara dirinya dengan pria itu, Bian tetap menjadi partner ranjang Alex yang hampir di setiap malam mereka melewatinya dengan bertukar hasrat dan keringat namun hatinya tetap berpaut pada Salsa.
"Abang kapan pulang?" Tanya Bianca manja saat panggilan telfon nya tersambung dengan Brian. Harusnya Brian memang sudah pulang namun karena proyeknya sedikit bermasalah sehingga melampaui estimasi yang seharusnya. Mau tidak mau Alex menambah waktunya di luar kota. Meski ia sudah sangat merindukan dan mengkhawatirkan Bianca.
"Kalau tercapai sesuai target mungkin 5 hari lagi abang pulang. Kenapa?" Suara Brian terdengar lelah, mungkin saja pria itu baru saja pulang.
"Bian nggak enak badan, lagi sedih sendirian" dan buyar sudah air mata gadis itu, ia sendiri tak mengerti mengapa perasaan nya jadi berubah sensitif begini.
"Alex mana?" tanya Brian panik, ia selalu tidak bisa melihat atau mendengar Bianca bersedih.
"Bang Alex lagi pergi sama Salsa" Ucap Bianca lirih.
"Abang telfon Alex dulu ya" Brian akan segera mematikan telfon nya namun Bianca buru-buru melarang nya.
"Jangan bang, bang Alex sudah banyak mengorbankan waktunya untuk Bian. Nanti pacarnya ngambek, nggak enak Bian bang" Bianca merasa menyesal dan mengumpati dirinya, harusnya ia tau Brian tak akan pernah tenang jika mendengar nya menangis. Namun ia tak bisa menepis rasa sedih yang datang tiba-tiba.
"Tapi kamu gimana sayang, abang nggak tenang kalau seperti ini." Suara Brian terdengar gusar.
"Abang telfon Bella suruh datang ke sana ya?" Tawar Brian akhirnya. Kening Bianca berkerut mendengar penuturan Brian.
"Abang tau nomor telfon Bella?" tanya Bianca penasaran.
"Ehem iya tau" Brian seperti salah tingkah.
"Kok bisa?" Bianca tiba-tiba tersenyum lebar. Sepertinya ada sesuatu antara Brian dengan Bella.
"Kamu ya yang kasih nomor abang ke teman kamu itu? dia itu berisik bi, gangguin abang mulu kerjaan nya" Ucap Brian yang lebih layak disebut gerutuan. Sepertinya Bella serius dengan niatnya ingin mendekati Brian, Bianca kira teman nya itu hanya bercanda, nyatanya ia telah melancarkan aksi tanpa menceritakan pada nya.
"Nggak bang, mungkin dia nyuri kontak abang waktu pinjam ponsel Bian"
'Awas aja lu Bell' batin Bella tersenyum sinis.
"Bi, kamu aja ya yang telfon Bella, nanti dia ke GR an lagi kalo abang yang telfon" usul pria itu akhirnya.
"Nggak usah lah bang, Bian juga lagi malas menghadapi kecerewetan Bella" Keluh Bianca dan gadis itu mendengar Brian yang terkekeh.
"Bener kan, si Bella itu berisik dan cerewet banget bi, abang pusing tau dengernya" Brian terdengar bersemangat menceritakan Bella meski terkesan seolah ia tak suka pada gadis itu.
"Iya bang, ya udah Bian tidur aja dech bang. Nggak usah telfon Bella atau bang Alex, Bella nggak enak ngerepotin mereka" Putus Bianca.
"Tapi kamu beneran uda nggak apa-apa?"
"Iya beneran, tadi kayaknya Bian kangen abang makanya jadi mellow. sekarang malah uda baikan" Brian menghela nafas lega.
"Ya udah doain abang cepat pulang ya, selamat istirahat"
"Iya abang juga istirahat ya"
sambungan telfon mereka terputus, Bianca memutuskan untuk memejamkan matanya ketimbang mengikuti perasaan nya yang sedang buruk. Ia menjauhkan ponselnya, karena selagi benda itu masih berada di dekatnya maka ia tak akan bisa menahan diri untuk tidak membuka media sosial milik Alex.
🍁🍁🍁
Bianca membuka matanya, jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Untung saja hari ini hari minggu jadi ia tak perlu buru-buru untuk bangun.
Ia baru menyadari bahwa seseorang tertidur dengan memeluk dirinya, tak usah ditanya siapa karena dari aromanya saja Bianca sudah sangat mengenali nya, entah jam berapa pria itu pulang karena Bianca benar-benar tertidur setelah menyelesaikan panggilan telfon nya.
Bianca menyesapkan wajahnya ke dada pria itu, menghirup aroma tubuh Alex sebanyak-banyak nya, Bianca merasa begitu tenang karena nya. Sesaat kemudian tubuh kekar Alex menggeliat dan mata tajam itu perlahan terbuka. Ia tersenyum mendapati Bianca yang tengah menatap padanya, tatapan penuh pemujaan yang tak pernah berubah.
"Selamat pagi sayang" Alex mendaratkan kecupan di kening Bianca, hal yang selalu pria itu lakukan selama 2 bulan ini. Bianca selalu merasa bahagia pada rentang waktu malam sampai pagi, karena Alex menjadi miliknya di jam itu. Namun selebihnya Alex hanya mampu ia pandangi dan kagumi dalam diam.
"Jam berapa pulang semalam?"
"Hampir jam 9" jawab Alex. Bianca mengernyit itu artinya tak lama setelah ia selesai menelfon Brian.
"Bang Brian yang nyuruh abang pulang cepat?" Tanya nya dengan tak enak hati.
"Enggak, abang cuma khawatir kamu abang telfon no kamu nggak aktif jadi abang buru-buru pulang" Alex mengusap lembut pipi Bianca, melihat wajah polos gadis itu di setiap pagi merupakan kebiasaan baru yang menyenangkan.
"Bian sengaja matiin telfon karena nggak mau tidur Bian diganggu. Maaf ya bang, kak Salsa pasti kecewa" Ucap gadis itu merasa menyesal.
"Enggak kok, nggak usah difikirin soal itu" Alex mengeratkan pelukan nya lalu menciumi puncak kepala Bianca. Gadis itu sudah hafal akan kebiasaan Alex yang hampir tak pernah melewatkan waktu untuk menjamah dirinya.
"Sayang semalam kita nggak ngelakuin itu, karena waktu pulang abang lihat kamu uda pulas. Abang nggak tega buat bangunin. Abang minta jatah pagi ini yah?" Alex memang bertanya namun pertanyaan itu tak membutuhkan jawaban. Karena apapun jawaban Bianca tak akan mengubah apapun, Alex tetap akan melakukan nya bahkan tanpa menunggu jawaban nya, seperti saat ini Alex sudah memulai pergerakan nya dengan menyatukan bibir keduanya menyesapnya dengan lembut lalu berubah sedikit kasar dan menuntut.
Dingin nya udara pagi tak berlaku di kamar Bianca, hawa panas merasuki tubuh sepasang manusia yang tengah diliputi gairah. Saling menyesap dan mencecap hingga terdengar leng*h*n panjang sebagai tanda bahwa mereka telah merasakan kepuasan dari sesi percintaan mereka.
🍁🍁🍁