NovelToon NovelToon
Ketika Istriku Berbeda

Ketika Istriku Berbeda

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Muhammad Yunus

"Mas kamu sudah pulang?" tanya itu sudah menjadi hal wajib ketika lelaki itu pulang dari mengajar.

Senyum wanita itu tak tersambut. Lelaki yang disambutnya dengan senyum manis justru pergi melewatinya begitu saja.

"Mas, tadi..."

Ucapan wanita itu terhenti mendapati tatapan mata tajam suaminya.

"Demi Allah aku lelah dengan semua ini. Bisakah barang sejenak kamu dan Ilyas pulang kerumah Abah."

Dinar tertegun mendengar ucapan suaminya.

Bukankah selama ini pernikahan mereka baik-baik saja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan.

Irham tak berani sekedar mengangkat kepalanya. Ketika bayangan perkataan itu menyakiti hati semua orang terlebih untuk hatinya sendiri. Untuk itu ia hanya terus menunduk, hingga suara Kiai Ahmad Sulaiman terdengar kembali.

"Katanya mau ada yang di omongin?" Irham tersadar dari keterpakuannya.

Saat ia mengangkat kepala, Irham menemukan Dinar yang menyuguhkan minuman di meja.

"A-anu, Bah, itu.."

Irham gugup, belum bicara saja ia sudah membayangkan hal yang tidak-tidak. Kekecewaan Kiai Ahmad Sulaiman, Bapak, ibunya, termasuk ia sendiri.

"Leh, piye bocah Iki?" komentar Pak Kiai Ahmad Sulaiman sembari terkekeh kecil melihat kegugupan Irham.

"Mau izin bawa Dinar ke Madiun, Bah." akhirnya itu yang di sampaikan Irham.

"Leh, ono opo, Bapak, Ibu, gerah ta?"

"Mboten, namun kangen kalian putu, mantune, mawom, Bah." ( tidak, hanya kangen sama cucu, menantunya saja, Bah.)

"Yo, tak perlu izin Abah itu, kamu bawa kemanapun Dinar, itu rapopo." Kiai Ahmad Sulaiman menerangkan.

Dinar?

Wanita itu duduk di samping suaminya yang tengah dilanda gugup luar biasa.

Ternyata Irham tidak memiliki keberanian untuk melepaskan istrinya,

Diam-diam Irham menggenggam tangan Dinar yang berada di bawah meja, tangannya yang dingin meremas lembut tangan Dinar yang hangat.

Hanya dengan seperti ini saja Irham ingin menangis.

Hanya dengan Dinar yang tak menepis tangannya, Irham sudah sangat bahagia.

Kemana perasaan bosan yang dielu-elukan bulan lalu? Hanya berpisah dua hari saja ia sudah seperti kehilangan semangat hidup.

Dinar menunduk menatap tangannya yang di genggam Irham sebelum tersenyum, Dinar masih kecewa, tapi karena melihat ketegangan di wajah Irham, ia tak tega.

Cinta memang seperti itu, bukan. Bahkan perhatian kecil memberikan kebahagiaan yang besar. Meski jelas-jelas Dinar tahu laki-laki itu sudah sangat melukai perasaannya. Mungkin ini bentuk perhatian yang Irham berikan di hari-hari terakhir mereka menjadi suami istri.

*****

"Memangnya kalian berangkat kapan?" pertanyaan Kiai Ahmad Sulaiman mengembalikan pikiran anak manusia yang tadi entah melalang buana kemana. Keduanya terlalu larut dalam perasaan masing-masing.

Irham baru sadar bahwa dirinya menjadi pusat perhatian di tengah-tengah keluarga Dinar. Setiap mata sedang melihat padanya, termasuk sang istri yang ia genggam tangannya. Irham berdehem pelan.

"Bagaimana kalau sore ini, dek?"

Dinar tersenyum kikuk, di hadapannya seluruh keluarganya, tidak mungkin ia menolak ajakan Irham, dia tak setega itu.

Menghargai sang suami pada akhirnya Dinar ikut pulang bersama Irham kerumah mereka. Rumah yang sudah ditinggalinya empat tahunan itu masih sama seperti saat mereka pertama kali memasukinya.

Irham yang tidur di sofa ruang tengah terbangun, merasakan tepukan di punggungnya. Laki-laki itu mengulum senyum saat melihat sosok yang duduk di depan tubuhnya yang meringkuk di atas sofa. Anak Kiai Ahmad Sulaiman, istrinya.

"Dinar" Irham bergumam lirih.

Dinar mengulurkan satu tangannya, mengelus wajah suaminya. Senyum yang menghias wajah sendu Irham semakin tercetak jelas. Dia menggelengkan kepala, mengecup bertubi-tubi tangan Irham yang menyentuh wajahnya.

Ini pasti mimpi, Irham yakin itu. Tak mungkin Dinar berbaik hati seperti sekarang. Jika mengingat sifat perempuan itu yang sejak tadi enggan bicara.

Akal sehat yang tersisa mengingatkan Irham bahwa Dinar tak lagi menganggapnya suami. Tak mungkin nyata.

"Mas, Mas Irham. Sudah semakin siang. Pak Wildan sudah datang sejak tadi."

Irham mengerjap. Mengapa ada sopir mertuanya? Pikirannya belum utuh, Irham masih menerka-nerka.

"Jadi ke Madiun?" tanya Dinar kemudian, melihat reaksi Irham yang tampak linglung.

Madiun?

Seketika mata laki-laki itu terbelalak, bodohnya ia malah ketiduran.

"Kamu dan Ilyas sudah siap?" tanya Irham mendudukkan diri.

"Iya, sudah, Mas."

Dinar akan berlalu dari hadapan Irham, ketika tangannya di tarik oleh Irham.

"Mas .."

Irham tidak ingin menahan perasaannya lagi, ini mungkin kesempatan terakhir yang ia punya.

"Demi Allah, HP Mas hilang saat di rumah sakit, makanya nggak bisa hubungi kamu kemarin. Sejak Mas datang ke rumah sakit, mas sibuk mengurusi suami Ratih, Mas menemui wanita itu hanya sebentar Dinar.. waallahi." Irham tak melepas pelukannya, dia butuh menjelaskan hal ini, agar Dinar tahu dia tak pernah menganggap istrinya tak penting. Irham rela bersumpah supaya Dinar percaya bahwa dia sangat menyayangkan waktu yang telah berlalu.

Dinar bergeming.

"Mas berjanji, kemarin adalah terakhir kali Mas datang ke rumah sakit menemui mereka, Mas sudah membayar perawat khusus untuk menjaga mereka, dan Mas juga sudah memberitahukan kedua belah pihak keluarga Ratih atau suaminya. Hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi sayang, Mas janji."

Dinar merasakan bahunya basah. Irham menangis di ceruk lehernya. laki-laki yang biasanya terlihat garang kini tengah menangis pilu.

"Mas bertemu Ratih sesaat setelah Mas sampai di rumah sakit, setelahnya Mas sibuk dengan keadaan suami nya dan mendatangi keluarga Ratih di Salatiga." terangnya lagi.

Dinar bereaksi.

"Salatiga, Jawa Tengah?" Dinar kaget mendengar penuturan Irham.

Di ceruk lehernya, Irham mengangguk. "Mas, bagaimana bisa kamu nekat kesana? Kamu pulang pergi mengendarai mobil sendiri?" Dinar tercengang. Ia kesal, bukan karena amarahnya, tapi karena suaminya yang nekad menyetir sendiri dalam perjalanan yang tak bisa dikatakan dekat.

"Mas tidak sendiri Dek, di temani Dafa." ada rasa hangat menjalar ketika tangan kecil Dinar terulur ikut memeluknya.

"Terakhir Mas bawa-bawa nama Mas Dafa, Mas berbohong." lirih Dinar seperti gumaman.

Ah, iya.. Irham ingat bagaimana malunya saat dia bohong dengan Dinar jika ada urusan di luar dengan Dafa, tapi pas dia datang ternyata Dafa sedang di rumah mertuanya, keluar dari arah dapur pula.

"Kali ini, Mas nggak bohong." gumam Irham. Wajar jika dia tertidur di sofa begitu sampai ke rumah mereka, hampir sehari semalam ia tak tidur. Dan saat ini dia baru bisa merasa waras setelah bisa menjelaskan tentang apa yang terjadi kemarin hingga dia telat datang.

"Mas dari Salatiga langsung mengantarkan keluarga Ratih ke rumah sakit, saat mas mau bayar dengan banking, baru Mas sadar HP Mas nggak ada." Irham mengingat bagaimana kalang kabutnya ia mencari alat komunikasi itu. Hari sudah malam, Dafa sudah di antaranya pulang sebelum ke rumah sakit.

Dinar tersenyum sendu. Ternyata Irham tidak tahu jika ponselnya berada di tangan Ratih.

Irham tersenyum lebar ketika Dinar tidak menolak untuk terus di peluk olehnya, perempuan itu kini justru membalas pelukannya sambil mengelus punggungnya.

"Mas.."

Entah berapa lama mereka diam sambil saling memeluk sampai akhirnya Dinar mengatakan sesuatu yang ia ketahui.

"Ya?"

"Saat aku tiba di restoran, ada pesan masuk dari ponselmu, "

Irham mengendurkan pelukan mereka.

Dinar mengangguk, wanita itu berbalik pergi dari hadapan suaminya, dan kembali kemudian dengan ponsel yang ia sodorkan pada Irham.

Irham menerimanya, dan ikut membaca setiap kalimat yang dikirim oleh seseorang yang telah lancang mengunakan ponselnya.

"Ratih sudah keterlaluan," komentarnya, meremas kuat ponsel di tangan.

Irham menatap wajah Dinar yang diam melihat reaksinya, tidak lama Irham kembali memeluk tubuh istrinya.

Sungguh, ternyata Irham hampir saja kehilangan seseorang yang berarti dalam hidupnya hanya karena rasa simpati.

Irham menyesal, sudah bersimpati pada orang yang salah.

"Mas, kalau kayak gini terus, kita nggak jadi pergi ke Madiun nanti." tutur Dinar, yang tak dihiraukan oleh Irham.

Sebenarnya ajakan ke Madiun itu hanya alasan, agar dia bisa membawa Dinar pulang dari rumah Abahnya, Irham ingin bicara empat mata pada istrinya, seperti ini.

1
Cinta Salsabila
saya suka ceritanya 👍👍👍👍
nietta harry
sholat berjamaah berdua?? bukankah Dinar dlm masa nifas setelah melahirkan...???
Lilan
pernah ada d posisi Dinar.. kuat Dinar kami bisaa
Lilan
sampai bab ini nyesek banget, ngebayangin ada diposisi Dinar mungkin aku gak sanggup.🙏🙏
Hera
wuuiih sad ending Dinarnya 😢😭
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Tri Utari Agustina
Ceritanya bagus banget Thor semoga bermanfaat novel bagi pembaca
Sandisalbiah
𝚋𝚎𝚗𝚎𝚛𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚍 𝚎𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐...
Sandisalbiah
𝚍𝚞𝚕𝚞 𝙳𝚒𝚗𝚊𝚛 𝚢𝚐 𝚊𝚖𝚗𝚎𝚜𝚒𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚜𝚎𝚐𝚊𝚕𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒 𝚍𝚐𝚗 𝚔𝚎𝚓𝚊𝚖 𝚍𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚞𝚓𝚊𝚝 𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒𝚗𝚢𝚊.. 𝚔𝚒𝚗𝚒 𝚐𝚊𝚗𝚝𝚒𝚊𝚗 𝙷𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚐 𝚑𝚒𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚐𝚊𝚝𝚊𝚗, 𝚊𝚙𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚋𝚊𝚔𝚊𝚕 𝚐𝚊𝚗𝚝𝚒𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚗𝚐 𝙳𝚒𝚗𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚔𝚞𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚖𝚊𝚞𝚊𝚗 𝚒𝚋𝚞 𝚔𝚊𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊? 𝚔𝚘𝚗𝚏𝚕𝚒𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚐𝚊𝚔 𝚓𝚊𝚞𝚑² 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚎𝚌𝚎𝚕𝚊𝚔𝚊𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚖𝚗𝚎𝚜𝚒𝚊 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚔𝚎𝚖𝚊𝚝𝚒𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒.. 𝚍𝚛 𝙸𝚛𝚑𝚊𝚖 𝚍𝚊𝚗 𝙸𝚕𝚢𝚊𝚜..
Dewa Rana
kok dinar gak pegang uang sedikitpun
Tri Utari Agustina
Bikin emosi aja Irham rasakan suami Ratih datang dengan emosi
Tri Utari Agustina
Rasakan Eliyas istri pergi gimana rasanya istrinya
Sandisalbiah
𝚔𝚎𝚙𝚞𝚝𝚞𝚜𝚊𝚗 𝙷𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛, 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚒𝚗𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑, 𝚊𝚙𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚒𝚗𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚞𝚋𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚐𝚗 𝚘𝚛𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚍𝚎𝚔𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊
Sandisalbiah
𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚛𝚞𝚋𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚝𝚒𝚗𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚐𝚎𝚐𝚎𝚛 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚙𝚘𝚗𝚍𝚘𝚔 𝚙𝚎𝚜𝚊𝚗𝚝𝚛𝚎𝚗.. 𝚑𝚎𝚋𝚊𝚝 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚕𝚒 𝚒𝚗𝚒 𝚋𝚎𝚝𝚒𝚗𝚊 𝚢𝚐 𝚐𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚕𝚊𝚔.. 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚕𝚊𝚐𝚒.. 𝚍𝚒𝚊 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚕𝚒𝚔 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚜𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚢𝚊𝚑 𝙳𝚒𝚗𝚊𝚛.. 𝚑𝚊𝚒𝚜𝚑𝚑
Sandisalbiah
𝚔𝚎𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊𝚊𝚗 𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚐 𝚢𝚐 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚎𝚗𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚖𝚊𝚝 𝚍𝚐𝚗 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚖𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚝𝚙 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚖𝚋𝚊𝚝 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚑𝚊𝚖𝚒 𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚖𝚊𝚝 𝚃𝚑𝚘𝚛... 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚑𝚊𝚖𝚒 𝚔𝚊𝚝𝚊² 𝚍𝚕𝚖 𝚑𝚊𝚍𝚒𝚜𝚝 𝚍𝚊𝚗 𝚒𝚜𝚒 𝙵𝚒𝚛𝚖𝚊𝚗 𝙰𝚕𝚕𝚊𝚑, 𝚔𝚞𝚍𝚞 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚔𝚊𝚕𝚒 𝚞𝚝𝚔 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚑𝚊𝚖𝚒 𝚊𝚛𝚝𝚒 𝚍𝚕𝚖 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚖𝚊𝚝 𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚏𝚊𝚔𝚝𝚊 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚐 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚍𝚊 𝚢𝚐 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚕𝚊𝚖𝚋𝚊𝚝 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚎𝚛𝚗𝚊 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚢𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚔𝚊𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐 𝚍𝚕𝚖 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚖𝚊𝚝² 𝚝𝚛𝚜𝚋𝚞𝚝.. 𝚖𝚊𝚊𝚏 𝚝𝚑𝚘𝚛
Sandisalbiah
𝚊𝚔𝚞 𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚙𝚘 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚍𝚐𝚗 𝚒𝚜𝚒 𝚝𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗 𝙳𝚒𝚗𝚊𝚛, 𝚔𝚘𝚔 𝚐𝚊𝚔 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚝𝚊𝚞 sih😔
Sandisalbiah
𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚜𝚊𝚕𝚒𝚗𝚐 𝚓𝚊𝚝𝚞𝚑 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚝𝚙 𝚔𝚛𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚛𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚜𝚞𝚊𝚞𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚔𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚎𝚍𝚞𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚕𝚒𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚝𝚞𝚙𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊
Sandisalbiah
𝚏𝚒𝚛𝚊𝚜𝚊𝚝 𝚢𝚐 𝚍𝚒𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗 𝙳𝚒𝚗𝚊𝚛... 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚒𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚛𝚞𝚖𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚔𝚎𝚌𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚝
Fitri Yah
ya Allah semoga novel ini sampai kepembaca yg lain, jujur saja Thor beberapa hr ini sy baca smua novel membosankan udh lama off dr novel tp Alhamdulillah sy Nemu yg bener" bagus islami yg g terlalu fanatik ada lucu dikit
linanda eneste
dy belajar agama kan ya? tugas suami ya direpotkan istri lah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!