Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Butuh waktu dua Minggu sampai Ratna mempelajari pergerakan pelayan dan semua detail tentang restoran Jepang mewah itu. Dia juga memesan seragam pelayan di tempat restoran itu membeli. Dan saat semua telah siap, dia disibukkan dengan pekerjaan kantor yang sedang banyak-banyaknya.

Terpaksa Ratna menunda rencana dan fokus pada pekerjaan yang bisa menjadi alibinya saat dicurigai nanti.

Lalu sebuah berita menyesakkan muncul di media sosial. Ada seorang murid SMA di sekitar lapangan basket kota, menerima penyiksaan berat. Wajah dan tubuh anak itu penuh lebam memerah. Hal itu membuat Ratna teringat pada kondisi jenazah putrinya ketika pertama kali melihat di kamar mayat.

Untungnya anak SMA itu tidak meninggal. Namun masa depannya telah hancur karena menerima penyiksaan di bagian vital juga.

Saat mencari tahu tentang berita ini, tiba-tiba muncul nama seorang anggota dewan. Yang putranya dicurigai sebagai pelaku.

"Bukankah itu?"

Belum sempat memeriksa kecurigaannya, berita itu telah diturunkan keesokan harinya. Seperti ingin menyembunyikan kebenaran peristiwa menyedihkan ini. Ratna tersenyum kecut mengetahui kalau orang tua anak biadab itu masih saja berusaha menyembunyikan kejahatan putra mereka.

Tidak berhenti disitu.

Beberapa hari kemudian, televisi diramaikan sebuah kecelakaan antara motor sport mewah dan tukang bakso gerobak. Karena mengebut, diduga motor kehilangan kendali dan menabrak tukang bakso yang sedang beristirahat di trotoar.

Pemilik motor sport mewah itu kabur sedangkan tukang bakso meninggal di tempat. Setelah penyelidikan selama beberapa hari nama anak biadab itu muncul di running text berita televisi.

Danu Hoiro Pamungkas, putra anggota dewan negeri ini. Telah membunuh seorang tukang bakso lalu lari begitu saja dari tempat kejadian perkara.

Gelombang protes dilayangkan pada institusi kepolisian negara ini namun uang dan kekuasaan akan selalu menang melawan kebenaran.

Kasus itu dianggap selesai karena pihak tersangka menawarkan ganti rugi cukup besar kepada keluarga korban.

"Bagaimana bisa kepolisian tidak menghukum anak itu? Harusnya tetap dihukum meski korban telah menerima uang ganti rugi" kata Yani mengomentari berita terbaru itu.

Ratna hanya bisa mengangguk, menyetujui pandangan temannya. Tapi yang terjadi di kehidupan nyata, memang seperti itu. Uang dan kekuasaan akan selalu berada di atas kebenaran dan kejujuran. Percuma saja menjadi orang baik, benar dan jujur di sebuah dunia yang membela orang biadab seperti mereka.

Ratna membulatkan tekad untuk melakukan apa yang sudah direncanakannya. Sayang, anak biadab itu tidak pergi ke restoran malam ini. Tapi Ratna tidak menyerah. Hampir tiap hari dia menunggu kedatangan anak itu di dekat restoran.

Dan malam ini, dia akhirnya bisa melakukan rencananya.

Ratna melepas seragam pelayan yang dipakai lalu membakarnya dengan api kecil. Perlahan kain dengan sedikit bercak darah itu terbakar habis. Meski tidak menyangka akan melihat genangan darah sebanyak itu, Ratna tidak menyesal. Anak biadab seperti itu harus musnah dari dunia ini. Kalau dibiarkan, anak biadab itu akan terus merusak di muka bumi.

Keesokan harinya, muncul berita kematian anak anggota dewan yang penuh kasus kejahatan itu.

"Anak pembunuh tukang bakso itu mati?" tanya atasan Ratna yang lewat saat televisi di ruangan menayangkan hal ini.

"Benar Pak. Anak itu akhirnya meninggal. Kata kepolisian, anak itu dicurigai dibunuh. Tapi ada indikasi penyiksaan oleh orang tua karena ada bekas lebam di perut dan wajah." jelas rekan kerja yang juga melihat berita.

Penyiksaan oleh orang tua?

Pantas saja wajah anak itu bengkak saat Ratna melihatnya makan dengan lahap kemarin. Sayang sekali hal itu tidak menimbulkan perasaan aneh bagi Ratna. Yang dia lakukan sudah benar. Menyingkirkan satu penjahat biadab dari negara ini.

Sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh satuan kepolisian negara ini.

Senyum mengembang di wajah Ratna mengetahui penyelidikan dilakukan pada orang tua anak itu.

"Dasar anak bodoh!!! Kenapa sampai mati, kau tetap saja membuat masalah??!!" kata sang anggota dewan di depan meja interogasi polisi.

Tubuh putranya yang penuh darah ditemukan di restoran Jepang. Pada awalnya polisi mencurigai kematian putranya dikarenakan racun. Tapi setelah otopsi, polisi mendatanginya di acara pemakaman. Menuduhnya menjadi tersangka pembunuhan putranya sendiri. Karena banyaknya lebam di mayat putranya.

"Maaf Pak" kata seorang polisi yang masuk dalam ruang interogasi. Disusul oleh pengacara anggota dewan itu.

"Apa kasus ini selesai?" tanyanya tidak ingin berada lebih lama di kantor polisi.

"Sudah selesai. Kami telah menemukan penyebab kematian yang sebenarnya. Itu karena robekan lambung di perut putra Anda. Kemungkinan dikarenakan kebanyakan makan."

Melihat polisi yang lancang membawanya ke kantor polisi dengan tajam, anggota dewan kemudian berdiri. Dan keluar dari ruang interogasi. Diikuti oleh pengacaranya yang sigap menyelesaikan semua permasalahan keluarganya.

Tapi wartawan setia menunggu dirinya di depan kantor polisi. Sang anggota dewan segera memasang wajah sedih dan berjalan dengan lunglai.

"Pak, apa benar Anda menjadi tersangka di kasus putra Anda sendiri?"

"Kenapa putra Anda bisa meninggal? Apa benar Anda memukulnya sebelum meninggal? Atau racun makanan?"

"Sebelum ini putra Anda melakukan kasus kejahatan. Apa kematiannya merupakan balasan dari orang-orang yang dijahati?"

"Apa kematian putra Anda adalah karma atas semua kejahatannya?"

Semua perkataan wartawan menambah kekesalan dalam hati anggota dewan. Dia tidak ingin bicara dan menyerahkan semuanya ke deretan pengacara mahal yang dia sewa.

Acara pemakaman yang sempat ditunda karena anggota dewan ditangkap, akhirnya dilanjutkan. Tidak ada air mata menetes saat tubuh anak anggota dewan itu dimasukkan dalam liang lahat.

Bahkan mungkin kematiannya memang dinantikan oleh beberapa orang. Termasuk keluarganya sendiri.

"Bagaimana dengan jabatanmu? Apa kasus ini berpengaruh pada jabatanmu?" tanya istri anggota dewan yang lebih peduli pada jabatan suaminya daripada putra yang meninggal.

"Tidak ada yang bisa menurunkan ku!! Mereka pasti akan hancur sebelum melakukan itu" jawab anggota dewan begitu percaya diri.

"Syukurlah. Setelah ini, aku akan pastikan tidak ada masalah lagi. Memang anak itu lebih baik mati daripada hidup dan membuat masalah" kata seorang ibu yang melahirkan putra dari rahimnya sendiri.

"Pusatkan perhatianmu pada putra kita yang membanggakan. Kawal dia melewati semua masalah yang mungkin muncul gara-gara kematian anak bodoh itu!" perintah anggota dewan pada istrinya. Lalu menepuk pundak putra pertama yang sangat bisa diandalkan.

Bahkan anggota dewan bingung, kenapa putra kedua tak berguna itu bisa hadir dalam hidupnya.

Padahal dia telah menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap, untuk kedua putranya. Tanpa ada beda sama sekali. Semoga saja kematian putra keduanya itu tidak lagi menimbulkan masalah baginya di kemudian hari.