Striptis Single Mom

Rane tidak tahu berapa lama dirinya di dalam ruangan itu. Ruangan yang gelap dan pengap, tanpa jendela atau pintu yang dapat dilihat nya dengan pandangan buram yang barusan terbuka. Ia hanya dapat mendengar suara-suara samar dari luar.

Dengan tubuh yang terikat menyatu dengan kursi, tentu ia tidak bisa bergerak mencari jalan keluar.

Makan malam bersama Billy, pulang naik taksi dan penjahat penjahat yang membuat nya berada di tempat asing tersebut, menari nari dalam pikiran membuat nya takut.

Siapa mereka dan apa tujuan nya?

Tidak mungkin suruhan Billy kan?

Dan banyak lagi pertanyaan paranoid yang timbul dalam benak nya.

Rane mencoba meronta-ronta berharap tali yang membelenggu nya terlepas atau pun melonggar meski barang sedikit saja, namun usahanya sia-sia saja.

Rane berdesis perih akan tali yang bergesek pada kulit nya, setiap ia mencoba bergerak maka tali pun kian menyakiti nya.

"Sial..." umpat nya lirih. Kecuali menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya, ia tak bisa berbuat apa apa lagi untuk saat ini.

Tiba-tiba, Rane mendengar suara langkah kaki dari luar ruangan. Seketika jantung nya berdegup kencang, was was. Siapa yang akan masuk ke dalam ruangan itu? Apakah dirinya akan mengalami sesuatu yang lebih buruk lagi?

Suara langkah kaki semakin mendekat dan hilang seketika, tergantikan dengan suara pintu yang terbuka. Rane langsung memejamkan mata, silau akan sinar lampu yang masuk ke dalam ruangan yang gelap sebelum nya.

Membelakangi cahaya, Rane tidak bisa melihat jelas siapa pemilik sosok yang menjulang tinggi yang masih berada di tengah gawang pintu.

"Kau siapa? Apa salah ku?"

Orang yang diajaknya bicara, tak mengucapkan sepatah kata pun, hanya memandang dengan ekspresi yang tidak bisa Rane baca.

Jantung Rane makin berdegup takut, saat pria itu mulai melangkah dan perlahan-lahan menampakkan wajah yang sudah tidak asing lagi bagi nya.

"Ka-kau..." Rane terbata bata dan tercengang tak percaya. Ternyata Marc di balik penculikan yang dialaminya.

Plaaak...

Bagi Marc, tamparan nya cuma berkekuatan seperempat saja, tapi bagi Rane yang menerima nya, itu adalah pukulan telak yang membuat rahang lembutnya memerah.

"Itu sedikit pelajaran bagi wanita pengganggu suami adik ku!"

Mendengar itu, Rane langsung paham arah tujuan Marc menculik nya. "Kau salah paham. Sungguh, aku tidak melakukan apa yang kau tuduhkan!"

Marc berdecih geram. "Kau masih berani mengelak setelah makan malam romantis kalian dan pertemuan pertemuan yang mungkin lebih intens lainnya?"

Jika bukan seorang wanita, Marc mungkin akan mengajar Rane babak belur sampai berdarah darah. Tapi, itu bukan rencana sesungguhnya.

"Tolong, percaya __"

"Diam!"

Dibentak, Rane sampai berjengit. Rahang nya kini dicengkeram oleh Marc dengan tubuh pria itu setengah menunduk ke arah nya.

"Apa Billy sudah tau kalau Dande adalah anaknya?"

Rane menggeleng dengan tatapan berkaca kaca ketakutan dibawa tekanan Marc.

Entah apa arti seringai Marc itu? Tapi apapun itu, insting Rane mengatakan itu adalah ancaman.

"Tuan Marc, aku dan Billy memang pernah punya hubungan dan bahkan memiliki anak. Tapi percaya padaku, aku tidak bermaksud merayunya kembali. Makan malam dan pertemuan pertemuan yang kau bilang itu, cuma sekedar pekerjaan saja. Dia menyewa jasa ku satu Minggu full di Madam tanpa sepengetahuan ku sebelum nya. Tolong, percaya padaku."

Sebisa mungkin, Rane menjelaskan sejujur-jujurnya nya dengan hati hati sembari membalas tatapan Marc tanpa ragu, berharap pria itu menemukan kejujuran lewat mata nya.

"Jika aku mau melakukan hal rendah itu, mungkin dari dulu aku sudah menemuinya dan memanfaatkan keberadaan darah daging nya. Kau tau sendiri, aku rela menjadi wanita pelacur di mata umum, demi berjuang sendiri tanpa sedikitpun ada keniatan mengemis pertolongan Billy sebagai Ayah dari anak yang mengalami kelainan jantung."

Semua penjelasan Rane, masuk akal di cerna Marc. Tapi, Marc tetap tidak suka dengan keberadaan Rane di antara rumah tangga adik nya yang rapuh dengan kelainan emosional.

"Tuan Marc, tolong lepaskan aku. Selain diri ku, Dande tidak punya siapa siapa lagi." Rane memohon. Mencoba mencuil sedikit rasa empati Marc.

"Tidak, kau tidak akan ku lepaskan."

Marc membalik tubuh nya seraya berkacak pinggang dengan perasaan berkecamuk. Disisi lain, ia ingin sekali menghancurkan wanita di belakang nya itu, tapi di sisi lain, ia merasa tak sanggup dan ... Lemah setiap kali melihat mata jernih berkaca kaca Rane yang mengandung ketulusan yang sama sekali belum pernah ia lihat di mata siapa pun, termasuk Sia, adik nya.

"Tuan Marc, aku bisa pergi jauh jika kau tidak percaya," bujuk Rane tidak mau putus asa.

Marc masih bergeming.

"Aku akan membawa anak ku pergi dan berjanji padamu, sampai kapanpun Billy tidak akan tau kenyataan itu. Sungguh!"

"Dengar..." Marc berbalik dan seketika mengangkat dagu Rane kasar untuk mendongak ke wajah nya. "Jika kau pergi pun, Billy yang sudah terobsesi gila pada mu, akan mencari mu ke ujung dunia. Kecuali satu..."

Marc sengaja menggantung ucapan nya.

"Apa?"

"Kau mau menikah dengan ku!"

"Hah? Tidak. Tidak." Sama saja menikahi biang masalah untuk kehidupan nya jika ia masuk ke keluarga Marc dan pastinya akan bertemu Billy.

"Kau tidak ada pilihan untuk menolak," kata Marc sembari menepuk - nepuk wajah itu, mengintimidasi.

"Apa maksud mu? Hidup ku adalah pilihan ku. Kau tidak bisa memaksa ku!" Lama-lama, Rane kehilangan kesabarannya sendiri. Sedari tadi ia sudah merendah meski sebenarnya ia tidak merasa bersalah yang pada kenyataannya ia tak ada niat kembali ke Billy yang notebene nya suami orang.

"Jika kau ingin menyalahkan orang, maka pergi ke adik ipar mu, Sialan!" geram Rane sedikit berteriak.

"Wow... Aku suka dengan gaya mu yang melawan ini!" Bukan sebuah pujian, tapi tantangan yang dikibarkan oleh Marc.

"Bagaimana kalau aku menelepon salah satu anak buah ku yang sudah ada di rumah sakit dan menyuruh nya menyuntikkan sesuatu yang bisa membuat anak mu berhenti bernafas?!"

"HEIIII...!" Urat leher Rane sampai menonjol saking marahnya mendengar ancaman yang tertuju ke Dande, dengan mata membulat merah dikuasai emosi. "Jika kau berani melakukan nya, maka sampai kapanpun aku akan mengejar mu. Jika pun aku mati dan kau masih bebas bernafas di dunia fana

ini, aku ... Sebagai ibu bersumpah, akan terus menghantui mu sampai kau mati atau hidup pun merasa tak sanggup dan tak aman! Camkan itu!"

Kaki Rane menghentak hentak dengan tubuh meronta, ingin menghantam Marc, tak peduli dengan ikatan itu kian kuat melukai kulit lembut nya.

"Kau pikir aku takut? Atau kau pikir aku menggertak semata? Lihat ini..."

Video di depan ruangan Dande di rawat, dipamerkan ke Rane.

"Tentukan pilihan mu. Aku tidak main - main dengan setiap perkataan ku, Rose ah Rane!"

Tubuh Rane bergetar dengan air mata mengalir berdesakan mengingat Dande ada di sana tanpa seorang pun yang melindungi nya.

"So?"