NovelToon NovelToon
Naira Untuk Nauval

Naira Untuk Nauval

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Naura Maryanti

Naira berbalik menghadap Nauval ."wah kalungnya bagus Nai ,ada huruf inisial N," Kata Naira sambil tersenyum.
"N untuk Naira, N untuk Nauval juga, jadi di mana pun kamu nanti nya akan selalu ingat sama aku Nai ," Kata Nauval sambil tersenyum.
"Bisa aja kamu Val , makasih ya, aku akan jaga baik baik Kalung ini ,"ucap Naira senang sambil memeluk Nauval.
Nauval terdiam saat Naira memeluknya,ada rasa nyaman yang dia rasa, seakan tidak mau jauh lagi dari sahabat nya itu.dia membalas pelukan itu sambil mengusap kepala Naira .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naura Maryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. konfrontasi di balkon

Malam itu, ketika semua orang sudah pergi tidur, Ciara keluar ke balkon untuk menikmati udara segar. Namun, ia dikejutkan oleh kehadiran Vino yang berdiri di sana, memandang langit malam dengan tatapan kosong.

"Vino," panggil Ciara dengan nada dingin.

Vino menoleh perlahan, matanya penuh kemarahan dan rasa sakit. "Apa lagi yang kau inginkan, Ciara? Kau sudah mendapatkan segalanya. Kau sudah berhasil menghancurkan hidupku."

Ciara mendekatinya, berdiri hanya beberapa langkah darinya. "Menghancurkan hidupmu? Kau pikir ini cukup untuk membalas apa yang kau lakukan padaku? Tidak, Vino. Ini baru permulaan."

"Kau menggunakan kakakku," kata Vino dengan suara serak. "Dia tidak tahu apa-apa tentang rencanamu. Dia mencintaimu, Ciara. Apa kau tidak merasa bersalah sedikit pun?"

Ciara tertawa kecil, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Vino. "Bersalah? Aku tidak merasa bersalah sedikit pun. Kau yang memulai permainan ini, Vino. Kau yang mengkhianatiku dulu. Sekarang, aku hanya memastikan kau merasakan rasa sakit yang sama, bahkan lebih."

"Ciara, aku tahu aku salah," balas Vino. "Aku tahu aku sudah menghancurkanmu. Tapi menghancurkan Alvian dalam proses ini? Itu tidak adil. Dia tidak pantas diperlakukan seperti ini."

"Dan aku pantas diperlakukan seperti apa, Vino?" balas Ciara dengan suara tegas. "Jangan berbicara tentang keadilan, karena kau sendiri tidak pernah memikirkannya."

Vino terdiam, tidak mampu membalas.

"Aku ingin kau tahu satu hal," lanjut Ciara dengan nada penuh kemenangan. "Setiap kali kau melihat aku bersama Alvian, aku ingin kau merasa hancur. Aku ingin kau mengingat bahwa ini semua adalah akibat dari apa yang kau lakukan padaku. Dan ini belum selesai."

Vino yang mendengar ucapan ucapan Ciara pun marah, KAMU TIDAK BISA MEMPERMAINKAN ALVIAN DHARMAWAN KAKAK KU CIARA DIA TULUS MENCINTAIMU

Vino yang gelap mata marah kepada Ciara MENAMPAR CIARA .

tiba tiba Alvian datang APA YANG KAMU LAKUKAN VINO kamu menampar istriku sedangkan aku saja tidak pernah menampar nya .

"Amarah yang Memuncak"

Tamparan keras dari Vino membuat Ciara terkejut. Wajahnya terasa panas, bukan hanya karena rasa sakit fisik, tapi juga karena penghinaan yang baru saja diterimanya. Namun, ia tidak menunjukkan kelemahan sedikit pun. Dengan tatapan tajam dan senyum dingin, Ciara memandang Vino.

"Kau pikir tamparan itu akan menghentikan ku, Vino?" ucapnya dengan suara rendah. "Tidak. Kau baru saja membuatku semakin bertekad."

Sebelum Vino sempat menjawab, Alvian muncul dari pintu balkon, wajahnya penuh kemarahan setelah mendengar suara keras.

"Apa yang kau lakukan, Vino?" tanya Alvian dengan nada tinggi. "Kamu menampar istriku? Aku saja tidak pernah menyentuhnya dengan kasar!"

Vino, yang masih dipenuhi emosi, mencoba menjelaskan. "Alvian, kau tidak tahu siapa dia sebenarnya. Ciara hanya mempermainkan mu! Dia mendekatimu hanya untuk menyakitiku. Dia tidak mencintaimu!"

"Berhenti bicara omong kosong!" balas Alvian tajam. "Ciara adalah istriku, dan aku mencintainya. Dia tidak mungkin melakukan itu."

Ciara, yang menyadari situasi itu, segera memainkan perannya sebagai korban. Ia meraih lengan Alvian, matanya berkaca-kaca seolah menahan tangis. "Sayang, dia menuduhku hal yang tidak benar. Aku tidak tahu apa salahku sehingga dia membenciku seperti ini."

Alvian menatap Ciara dengan penuh simpati, lalu memeluknya erat. "Kau tidak perlu khawatir, baby. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu, bahkan adikku sendiri."

"Alvian, dengarkan aku!" seru Vino, mencoba mengubah pikiran kakaknya. "Ciara hanya memanfaatkan mu! Dia sedang menjalankan rencana balas dendam!"

Namun, Alvian menggeleng dengan tegas. "Sudah cukup, Vino. Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kalian berdua di masa lalu, tapi sekarang Ciara adalah istriku. Jika kau tidak bisa menghormati itu, lebih baik kau menjauh dari kami."

" Pengakuan dan Aliansi Baru"

Malam itu, Ciara memutuskan untuk mengambil langkah yang berani. Setelah kejadian di balkon, ia tahu bahwa permainan ini tidak bisa terus berlangsung tanpa batas. Hatinya berdebar saat duduk bersama Alvian di ruang kerja pribadi mereka.

"Sayang," ucap Ciara dengan suara lembut, menarik perhatian Alvian yang sedang membaca berkas di tangannya. "Ada sesuatu yang harus aku katakan. Sesuatu yang sangat penting."

Alvian meletakkan berkasnya, memandang istrinya dengan penuh perhatian. "Apa itu, baby? Kau terlihat tegang."

Ciara menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. "Aku tidak ingin membohongimu lebih lama lagi. Aku merasa kau pantas mengetahui kebenaran, meskipun itu mungkin akan menyakitimu."

"Kebenaran tentang apa?" tanya Alvian, sedikit bingung namun tetap tenang.

Tentang Rencana Balas Dendam

Dengan suara bergetar, Ciara mulai menceritakan semuanya—bagaimana Vino pernah mengkhianatinya, rasa sakit yang ia rasakan, dan bagaimana ia merencanakan balas dendam dengan mendekati Alvian, kakak Vino.

"Aku tahu ini salah," kata Ciara, matanya mulai berkaca-kaca. "Awalnya aku hanya ingin Vino merasakan sakit yang sama seperti yang ia berikan padaku. Tapi selama proses ini, aku... aku mulai benar-benar mencintaimu. Kau adalah pria yang baik, Alvian. Kau memberiku cinta yang tulus, dan aku merasa sangat bersalah karena memanfaatkan mu."

Alvian mendengarkan dengan tenang, wajahnya tidak menunjukkan kemarahan atau kebencian. Setelah Ciara selesai berbicara, ia tetap diam sejenak, mencerna semua yang baru saja didengarnya.

Kemudian, ia tersenyum tipis, mengulurkan tangan untuk meraih tangan Ciara.

"Aku sudah menduga ada sesuatu yang kau sembunyikan, Ciara," katanya lembut. "Tapi aku tidak marah. Aku mengerti kenapa kau melakukan semua ini. Kau hanya ingin membalas rasa sakit yang Vino berikan padamu."

Ciara menatap Alvian dengan tatapan tak percaya. "Kau... tidak marah?"

Alvian menggeleng pelan. "Aku tahu bagaimana Vino. Dia memang sering bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya. Jika kau merasa ini adalah cara untuk mendapatkan keadilan, aku tidak akan menghalangi mu. Bahkan, aku akan mendukungmu."

Mendengar kata-kata itu, Ciara merasa lega sekaligus bingung. "Kau benar-benar akan mendukungku?" tanyanya ragu.

Alvian tersenyum. "Tentu saja, sayang. Aku mencintaimu. Jika ini yang membuatmu merasa lebih baik, aku akan berdiri di sisimu. Lagipula, aku juga ingin melihat Vino belajar dari kesalahannya. Dia perlu memahami bahwa tindakannya memiliki konsekuensi."

Ciara tersenyum kecil, merasa beban berat yang selama ini menghantui hatinya mulai terangkat. Dengan dukungan Alvian, ia merasa lebih kuat untuk melanjutkan rencananya.

Vino pun mengajak sang kakak untuk berbicara berdua, dia ingin menunjukkan bukti kebenaran tentang niat rencana balas dendam Ciara tapi semua sudah terlambat Ciara lebih dulu jujur ke Alvian Dharmawan sang kakak

Vino memutuskan bahwa ia tidak bisa lagi menahan diri. Ia harus berbicara dengan Alvian secara pribadi. Dengan membawa bukti berupa pesan-pesan lama Ciara yang menunjukkan niatnya untuk balas dendam, Vino merasa yakin bahwa ia bisa membuka mata kakaknya.

Malam itu, ia mengetuk pintu ruang kerja Alvian. Kakaknya sedang duduk di kursi, tampak santai sambil membaca sebuah dokumen. Alvian mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis saat melihat Vino masuk.

"Ada apa, Vino? Kau kelihatan serius," tanya Alvian, meletakkan dokumen di atas meja.

"Kak," ucap Vino pelan, mencoba mengatur emosinya. "Aku ingin berbicara tentang Ciara. Ada sesuatu yang harus kau ketahui."

Alvian memiringkan kepala, tampak tertarik. "Baiklah, aku mendengarkan."

Vino mendekat, meletakkan beberapa lembar kertas di meja. "Ini bukti pesan-pesan Ciara dengan temannya. Dia mengaku bahwa dia hanya menikah denganmu untuk balas dendam padaku. Semua ini adalah bagian dari rencananya."

Alvian mengambil kertas-kertas itu dengan tenang, membaca isinya satu per satu. Namun, ekspresinya tetap netral, tanpa tanda-tanda keterkejutan atau kemarahan.

Setelah selesai membaca, Alvian menghela napas dan meletakkan kertas itu kembali di meja. "Aku tahu, Vino," katanya dengan suara lembut namun tegas.

Vino terkejut. "Kau... kau tahu?"

Alvian mengangguk. "Ciara sudah jujur padaku beberapa hari yang lalu. Dia menceritakan semuanya—tentang rencananya, tentang rasa sakit yang kau berikan padanya, dan kenapa dia memilihku sebagai bagian dari rencananya. Aku tahu semuanya."

Vino terdiam. Ia merasa dadanya sesak. "Kalau begitu, kenapa kau tidak marah padanya? Kenapa kau tetap mendukungnya?"

Alvian tersenyum tipis, pandangannya penuh ketenangan. "Karena aku mencintainya, Vino. Dan aku mengerti kenapa dia melakukannya. Kau menyakitinya dengan cara yang sangat dalam, dan aku tidak bisa menyalahkannya karena ingin membalas dendam. Tapi ada satu hal yang perlu kau tahu: Ciara tidak lagi menjalankan rencana balas dendam itu. Dia benar-benar mencintaiku sekarang."

1
@Gufiꨄ
Thor izin nitip novel ku ya... 🙏🙏 judulnya "Bos vs Sekertaris" authornya namanya gugucad makasih.... 🤗🤗
Naura Maryanti: iya boleh
total 1 replies
Naura Maryanti
udah update ya bab 8
Cleopatra
Semangat terus untuk menulis, thor! ☕💪
Naura Maryanti: iya baca terus ya cerita ku
total 1 replies
Jayrbr
Keren banget sih!
Naura Maryanti: Makasih Kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!