Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Yang Mulia, saya sudah lapar" rengek Mary.
Malam ini William sengaja mengundang kedua istrinya untuk makan malam bersama. Mary datang tepat waktu. Sedangkan wanita asing itu, mengambil waktu sangat lama untuk sampai di ruang makan.
Apa karena yang dia lakukan pagi tadi? Wanita asing itu merasa kesal dan sengaja tidak datang untuk makan malam? Meski atas perintahnya? Berani sekali wanita asing itu menentang perintahnya?
"Aku akan menghukumnya!!" kata William tidak tega melihat wanita yang dicintainya menahan lapar.
Pintu terbuka dan wanita asing itu akhirnya datang. William tidak ingin melihat Ratu dan lebih memilih untuk membingkai wajah Mary yang cantik.
"Maaf Raja dan Nona Mary, saya datang terlambat"
Lagi-lagi meminta maaf. Kenapa wanita asing itu mudah sekali meminta maaf padanya? Dan Mary? Padahal dari segi kedudukan, bukankah seharusnya wanita asing itu merasa lebih tinggi dari Mary?
Tidak menjawab permintaan maaf Ratu, William memilih untuk mulai makan. Dengan sesekali memberikan makanan yang disukai Mary. Ujung matanya menangkap rambut keemasan yang makan dengan tenang. Sama sekali tidak terganggu dengan kemesraan yang ditunjukkannya pada Mary.
Tidak tahu kenapa, hal itu membuat William kesal.
Makan malam telah usai dan wanita asing itu tidak sabar untuk pergi. Meninggalkan dia dan Mary sendiri.
"Pasti Ratu merasa tidak nyaman karena Raja terlalu memperhatikan Mary" kata Mary merasa bersalah.
Tidak nyaman? Dari sudut pandang mana Mary melihat wanita itu tidak nyaman?
"Tidak perlu merasa bersalah"
"Tapi Raja, seharusnya Anda makan bersama Ratu saja. Tidak perlu ada saya. Kalau begini, saya akan terus merasa bersalah"
Sesuai dengan ide yang diberikan oleh Mary. Pagi harinya, William memerintah wanita asing itu untuk datang ke halaman istana. Untuk sarapan bersama.
"Selamat pagi Raja. Nona ... " sapa Ratu lalu berhenti bicara saat menyadari Mary tidak ada bersama William.
"Duduklah!"
Enggan, wanita asing itu duduk di depan William. Kali ini rambut keemasan itu digelung rapi. Menunjukkan leher jenjang, tulang selangka lurus dan kulit putih bersih. Tapi gaun yang dipakai wanita asing itu tampak terlalu sederhana dan usang dibandingkan milik Mary. Dia harus bertanya pada penasehat yang mengatur tentang keuangan kerajaan.
"Keluargamu sampai dengan selamat di Nemorosa?" tanya William mencoba memulai percakapan.
"Apa Raja berharap keluarga saya mengalami sesuatu dalam perjalanan?"
"Apa?"
Sungguh, William tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya ingin untuk ...
"Maaf Raja. Seharusnya saya tidak bicara seperti itu. Keluarga saya telah sampai di Nemorosa dengan selamat. Semua atas kemurahan hati Yang Mulia Raja. Terima kasih"
Sekali lagi. Permintaan maaf yang berlebihan. Rupanya ini cara Ratu untuk tidak memperpanjang masalah dengannya. Dan juga sebuah cara untuk menghindari berbincang dengannya. Karena setelah itu, mereka hanya bisa menyelesaikan sarapan dalam keheningan yang membosankan.
"Melelahkan" kata William setelah Ratu pergi.
"Yang Mulia, Anda memanggil saya?" tanya penasehat yang datang setelah Ratu kembali ke kamarnya.
"Apa kita tidak punya anggaran untuk gaun Ratu?"
"Apa? Tentu saja ada. Tapi ... "
"Tapi apa?"
"Kami belum memberikannya pada Ratu"
William melihat wajah penasehatnya yang tampak bingung.
"Sudah dua bulan sejak dia di istana, dan dua Minggu menikah. Tapi dia belum menerima uang sama sekali?"
"Maaf Yang Mulia. Kami begitu sibuk dengan pemenuhan kebutuhan Nona Mary. Perbaikan kamar, penyediaan makanan khusus, perawatan tubuh terbaik, pengadaan gaun dan perhiasan serta sepatu. Sampai kami lupa memberikan anggaran pada Ratu"
Apa? Jadi semua orang di istana ini hanya mengurus kebutuhan Mary? Tapi, bukankah itu yang diperintahkan oleh William? Untuk lebih mendahulukan kebutuhan Mary daripada wanita itu? Hanya saja, dia tidak menyangka kalau semua ini berakibat terlalu buruk bagi Ratu. Kenapa dia tidak pernah tahu tentang hal ini?
"Cepat berikan anggaran untuk Ratu. Siapkan juga beberapa gaun dan kebutuhan lainnya. Aku tidak mau dianggap sebagai Raja yang lalai pada Ratunya sendiri"
"Baik Raja"
Dan begitulah. Sejak pagi, mulai berdatangan pelayan ke kamar Keira. Mengantar beberapa set perhiasan, gaun dan juga sepatu. Tak lupa penasehat yang datang dengan sejumlah uang yang boleh digunakan oleh Ratu selama tinggal di istana. Sebut saja uang itu adalah gaji Keira selama menjabat menjadi Ratu.
"Banyak sekali. Terima kasih banyak Raja. Raja memang yang paling murah hati dan terbaik" puji Jane yang senang melihat banyak barang berkilau yang datang.
Sedangkan Keira, dia hanya bisa diam dan merasa tidak percaya dengan yang baru saja terjadi.
Di kehidupan yang lalu, pria jahat itu bahkan tidak pernah melihatnya sama sekali. Karena itu seburuk apapun gaun Keira, Raja tidak pernah memberikan anggaran untuknya. Meski keadaannya seperti itu, Keita tetap tampil dengan angkuh, selayaknya seorang Ratu. Tidak tahu kalau banyak orang mengolok-olok penampilannya setiap kali pergi ke acara resmi kerajaan.
Tapi kenapa di kehidupan yang sekarang, semuanya berubah? Hal itu membuatnya menjadi sangat curiga dengan masa depannya nanti di istana.
Lalu terjadi lagi sesuatu yang bahkan tidak pernah Keira bayangkan sebelumnya.
"Semua sudah diterima?" tanya Raja yang tiba-tiba datang ke kamarnya.
Datang ke kamarnya? Raja datang ke kamarnya? Bukankah hal itu terlalu mengejutkan untuk Keira? Dia bahkan terlalu terkejut sampai tidak memberi salam. Untung ada Jane yang mengingatkan.
"Terima kasih atas kebaikan Raja yang agung" ujar Jane membuat Keira terbangun dari lamunan dan ikut menunduk hormat pada Raja.
"Kamar ini, kenapa terlihat usang sekali" kata Raja mengomentari kamar yang dipakai oleh Keira.
"Kamu akan segera memperbaiki semuanya, Yang Mulia" jawab penasehat yang masih ada disana.
Keira hanya bisa menatap heran pria yang datang dan pergi dengan cepat itu. Saat Jane kembali menyuruhnya menunduk hormat, Keira terpaku. Tidak bisa bereaksi apa-apa. Dia terlalu ... Heran. Dengan perubahan yang tidak pernah terjadi dalam hidupnya itu.
Siang sampai malam hari, berdatangan puluhan pelayan. Mengganti ranjang, tirai, dan bantalan tempat duduk di kamarnya. Permadani yang warnanya telah memudah juga diganti. Tempat lilin dan juga peralatan perak juga diganti dengan yang lebih baru.
Saat semua selesai dikerjakan. Kamar Keira berubah menjadi biru terang dan berkilauan. Tidak ada lagi bekas usang yang terlihat di kamarnya.
"Terima kasih Tuhan, terima kasih Raja yang baik hati. Lihat Ratu, semuanya menjadi sangat bagus" seru Jane tidak peduli dengan kegundahan hati Keira.
"Ini tidak benar" ujarnya tidak percaya.
"Anda harus berterima kasih pada Raja. Ini adalah kesempatan yang baik" desak Jane lalu menariknya pergi ke ruangan Raja.
"Anda tidak boleh masuk!" larang prajurit yang berjaga di depan ruangan Raja.
"Kenapa? Kenapa kau melarang Ratu datang ke ruangan Raja?" protes Jane.
"Raja sedang bersama Nona Mary" jawab prajurit itu membungkam Jane. Tapi membuat Keira sadar lagi. Kali ini senyum mengembang di wajahnya.
"Ini yang benar. Ini yang seharusnya terjadi!!" teriak Keira mengejutkan Jane dan prajurit itu.
Kini semuanya kembali seperti seharusnya. Akhirnya, Keira bisa merasa tenang lagi.