Warning.!!! 21+
Anindirra seorang single parent. Terikat perjanjian dengan seorang pria yang membelinya. Anin harus melayaninya di tempat tidur sebagai imbalan uang yang telah di terimanya.
Dirgantara Damar Wijaya pria beristri. Pemilik perusahaan ternama. Pria kesepian yang membutuhkan wanita sebagai pelampiasannya menyalurkan hasratnya.
Hubungan yang di awali saling membutuhkan akankah berakhir dengan cinta??
Baca terus kisah Anindirra dan Dirgantara yaa 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Ratna dan Johan sampai di halaman sebuah bangunan sederhana. Di depan pintu pagar besi yang tingginya hanya sebatas pinggang orang dewasa. Berdiri dengan kokoh pelang bertulikan.
"Panti Asuhan Delima."
Bangunan berlantai satu. Dengan cat berwarna biru langit yang sudah nampak terlihat memudar. Tetapi masih terlihat asri dengan berbagai macam pepohonan hijau dan pot bunga yang berjejer indah di teras bangunan.
Disini lah sekarang ia berdiri, menatap sendu rumah yang pernah di tempatinya bersama Johan. Selain membantu pekerjaan rumah, setelah belajar ia menghabiskan banyak waktu dengan menanam bunga sebagai salah satu hobinya.
Rumah yang memberikan perlindungan dari panas dan hujan. Rumah yang menerima, menampung anak-anak yang kurang beruntung. Di dalam Rumah itu ada sosok Perempuan hebat yang mengasuh, mengajari mereka berjalan, memberikan mereka pendidikan, pakaian dan makanan yang layak.
Menjalani hidup bersama satu atap satu kamar. Mereka harus saling berbagi baik berupa makanan, tempat tidur ataw hal yang lainnya. Mereka hidup dalam kesederhanaan.
*
*
Setelah beberapa jam berada di taman. Johan mengajak Ratna mengunjungi panti asuhan yang sudah jarang mereka kunjungi. Ratna masih menyempatkan datang sebelum kejadian naas yang menimpanya.
Sebelum kecelakaan terjadi, saat ia ke bandung ia sesekali menyempatkan datang setelah pertemuannya dengan Soni. Karna panti inilah alasan ia bebas keluar kapan saja bertemu dengan kekasihnya.
"Assalamuallaikum".
Johan mengetuk pintu pelan. Di ketuknya lagi pintu itu, sampai terdengar sautan suara perempuan dari dalam.
"Waalaikumusalam"
Sosok perempuan tua dengan raut wajah teduh membukakan pintu.
"Siapa?"
Perempuan itu mengerutkan keningnya tanda sedang berusaha mengingat siapa tamu yang berkunjung sore-sore begini.
"Nak Johan!!"
Perempuan tua yang di kenalnya
bernama Bu Dini itu tersenyum hangat saat mengetahui siapa yang datang ke rumahnya.
"Ibu."
Johan meraih tangannya serta menciumnya.
"Anak nakal !" Tangan Bu Dini menjewer kuping sebelah kirinya.
"Kemana saja kamu selama ini? Apa kamu tidak rindu Ibu mu? Ibu mu ini sudah hampir pikun menunggu mu pulang." Bu Dini mengungkapkan rasa rindunya dengan mengomel.
"Aww!! Lepaskan Bu, nanti ketampananku hilang karna Ibu memutuskan kupingku."
Johan meringis berpura-pura sakit dan merajuk. Lalu memeluknya dengan sayang. Karna kesibukannya, hampir tiga bulan ini ia tidak datang berkunjung.
Ratna yang berada di belakang punggung Johan nampak tertunduk tidak berani menampakkan diri. Rasa malu dan bersalah bercokol dari dalam hatinya. Semenjak kejadian itu ia sudah lama tidak mengunjungi panti.
"Dengan siapa Nak?"
Bu dini bertanya sambil memperhatikan perempuan yang masih berdiri di belakangnya.
"I-Ibu." Ratna membuka suaranya pelan dengan terbata-bata. Matanya berkaca-kaca. Ia memberanikan diri ikut meraih tangan tua itu. Tangan seorang Ibu yang dulu selalu mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang. Seorang Ibu yang yang sudah lama ia tinggalkan.
"Ratna!"
Bu Dini nampak terkejut ketika mengetahui siapa perempuan yang bersama Johan. Anak panti yang sedari bayi di rawatnya. Anak panti yang sudah di anggapnya seperti anak kandungnya.
"Kamu pulang Nak?"
Bu Dini bertanya dengan wajah sendu.
Pertanyaan Bu Dini membuat Ratna tidak bisa membendung lagi air matanya. Ia menangis serta memeluk tubuh kurus Bu Dini. Tubuh yang dulu terlihat berisi kini nampak kurus termakan usia.
"Bu, maafkan Ratna! Maafkan Ratna Bu! Ratna banyak salah sama Ibu. Ratna--" suaranya tercekat tak mampu meneruskan ucapannya.
Bu Dini tersenyum seraya mengelus punggung wanita yang sekarang sudah banyak berubah. Bukan lagi gadis remaja yang polos dengan pakaian sederhananya.
"Sudah, masuklah dulu." Bu Dini mengajak Johan dan Ratna masuk ke dalam.
Mereka duduk di sofa sederhana berwarna coklat yang berada di ruang tamu. Ratna tertunduk tidak berani menatap wajah tua di hadapannya. Ia bingung harus memulainya dari mana. Sampai suara Bu Dini memecah keheningan yang terjadi di antara mereka.
"Terakhir, Ibu dengar kamu mengalami kecelakaan dan mengalami kelumpuhan?"
"Alhamdulillah" Ibu senang melihatmu sudah sehat dan sudah bisa berjalan kembali Ratna."
Mengangkat wajahnya Ratna tidak menyangka Bu Dini mengetahuinya. Ia melirik ke arah Johan seakan bertanya apa ia bercerita?" Johan hanya merespon dengan mengangkat bahunya.
"Ibu, ta-tau?" Ratna bicara pelan.
Sebulan yang lalu Suamimu dengan di temani Asisstennya menyempatkan datang berkunjung kemari. Dan ia menyampaikan maafmu karna ketidakhadiranmu selama ini.
"Maaf, waktu itu Ibu baru tau kondisi kesehatanmu Nak."
Suamimu masih menjadi donatur tetap di panti ini. Ketika berkunjung ia membawa banyak makanan dan buku-buku pelajaran untuk adik-adikmu di sini. Dan ia berencana ingin merenovasi bangunan rumah ini. Bu Dini bercerita banyak hal.
Hatinya seakan tercubit mendengar penuturan Bu Dini. Ia merasa malu,
kemana akal sehatnya selama ini?
Laki-laki yang di hianatinya selama ini tanpa ia ketahui begitu perduli dan masih menyempatkan datang dengan mengulurkan tangan tanda kepeduliannya.
"Kemana saja aku selama ini?" Sesalnya dalam hati.
Ratna menjatuhkan lututnya di hadapan Bu Dini. Dengan berderai air mata. Ratna menceritakan masalah rumah tangganya dan mengakui segala dosa yang telah di perbuatnya selama ini. Ia tidak mampu kalau harus membohongi Ibu yang sudah merawatnya. Ia pasrah jika Bu Dini nanti akan membencinya. Mengusirnya. Bahkan tidak mengakuinya lagi sebagai anak.
Bu Dini membuang napas yang tiba-tiba memenuhi rongga dadanya. Sungguh apa yang di dengarnya membuat ia terkejut.
"Ibu tidak bisa membenarkan perbuatanmu Nak. Ibu juga tidak berhak menghakimimu. Sebagai seorang Ibu, aku memaafkanmu. Sebagai seorang Ibu, aku berhak menegurmu. Bertobat lah Nak!Memohon ampun kepada tuhan. Segeralah kamu meminta maaf kepada suamimu. Dan mengakui kebohonganmu.
Seperti apapun dirimu kamu tetap akan menjadi Anak Ibu."
"Aku takut Bu! Aku takut Suamiku menceraikanku."
Kamu harus siap dengan segala konsekuensinya Ratna. Dengan nada penuh kelembutan, tangannya terulur, mengusap kepala Ratna yang tengah tertunduk dengan penuh kasih sayang.
"Sebelum melakukannya, apakah terpikir olehmu akan seperti apa hasilnya Nak?" Bu Dini mencoba memberikan pengertian kepada Anaknya.
"Pulang lah Nak."
Jika keberadaanmu di sini tanpa seijin Suamimu.
****
Bersambung❤️
karna saya sadar diri..
saya ga bisa nulis cerpen..
hee