“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan, empat tahun kemudian, di sebuah klub malam Kota Froz, ia di pertemuan dengan seorang wartawan yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi empat tahun yang lalu, dan wartawan itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Dengan kamu pergi begitu saja apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Apa Dia Memberikan Apa Yang Tidak Pernah Aku Berikan Selama Ini?!
Alea sudah mantap berpisah dari Abraham, setelah perceraian resmi, artinya dia bukan apa-apa lagi, Alea juga sudah tidak punya apapun. Warisan peninggalan Tuan Kim, sudah habis untuk menutupi hutang yang fantastis. Tidak mungkin dia pulang ke rumah Keluarga, karena Vika pasti tidak akan menerimanya.
Itu artinya dia harus mencari kerja untuk menyambung hidup, dan membayar jasa Vika sebagai ibunya. Alea tidak lupa ini. Tapi…dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu? Butuh berapa tahun ia mengumpulkan uang berjumlah milyaran itu!
“Nona, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Anda?” tanya Pengacara Andreas, yang menyadari kegelisahan Alea.
“Tidak ada. Oya, Pengacara Andreas, secepatnya aku akan pindah dari Apartemenmu ini, aku akan segera mencari tempat tinggal,” sahut Alea, dia tidak mau bergantung terlalu lama pada Andreas atau siapapun. Setelah perceraiannya dan Abraham selesai dia akan benar-benar pergi meninggalkan semuanya.
“Nona, seberapa lama pun Anda tinggal di Apartemen ini, saya tidak akan keberatan, saya senang bisa membantu Anda, tinggallah disini selama yang Anda mau.”
Dia baik sekali….tapi aku tidak mungkin tinggal disini.
“Terima kasih, tapi aku akan tetap mencari tempat tinggal untuk diriku sendiri, aku ingin mandiri.”
Andreas mengulas senyum, “Saya akan selalu mendukung Anda, Nona.”
“Nona, saya pulang. Segera hubungi saya jika ada sesuatu yang terjadi, atau ada yang Anda butuhkan,” pamit Andreas, sesat setelah ia melirik mesin waktu yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Iya, terima kasih.”
Alea mengantar Andreas sampai pintu Apartemen. Setelah lelaki berbadan tegap itu memasuki lift, Alea kembali menutup pintu.
Padahal ini Apartemennya, tapi dia yang pulang.
Belum ada lima menit Alea menutup pintu Apartemen, Bell pintu berbunyi.
Ia yang ingin bersiap-siap mandi, kembali menuju pintu dengan tergesa-gesa.
Mengira jika itu Andreas, Alea langsung membuka pintu tanpa melihat dulu siapa yang datang.
“Apa ada yang terting…." Alea langsung terdiam, tidak melanjutkan ucapannya.
Bukan Andreas yang datang.
“Kenapa! Apa kamu berharap, pengacara itu yang datang?!”
Abraham, lelaki ini yang datang.
Kenapa dia bisa tahu aku ada disini?
Ada apa dia datang?
“A…. Abraham, kenapa kamu bisa ada disini?” Tanya Alea terbata, sungguh dia tidak menyangka Abraham akan muncul tiba-tiba seperti ini, bukankah seharusnya dia sedang bersama Jessika di Villa.
Abraham tidak menjawab, dia malah menyingkirkan tubuh Alea yang menghalangi pintu masuk, serasa rumahnya sendiri, Abraham masuk dengan angkuhnya.
Alea masih diam di tempat, membiarkan sejenak apa yang ingin lelaki itu lakukan di Apartemen milik orang.
Setelah meneliti tempat itu dengan singkat, Abraham kembali pada Alea, “Apa tempat ini jauh lebih nyaman dari Villa?”
Hah! Maksudnya apa?
Abraham tersenyum miring dan kembali bertanya, “Alea, kamu taukan! aku ini jauh lebih kaya dari pengacara itu?”
Abraham semakin mendekat dan kembali melontarkan pertanyaan, “Apa pilihanmu tepat! Menggugat ku demi pengacara amatiran itu?!”
Kali ini Alea paham maksud dari semua pertanyaan Abraham, dasar lelaki brengsek!
Meskipun dalam hatinya takut, Alea tetep mengangkat wajahnya, bicara dengan nada tanpa kelembutan seperti biasanya, “Abraham, bukankah kamu sibuk! Untuk apa membuang waktu berhargamu datang kesini?”
Abraham sedikit tersentak, tidak pernah Alea bicara seperti ini padanya, Alea selalu lembut saat bicara dengannya, “Luar biasa, baru dua hari kamu tinggal dengan pengacara itu. Kamu sudah seberani ini! Berapa banyak uang yang dia berikan padamu?!"
Alea mengepalkan jari-jari tangannya, lelaki ini selalu menilai dirinya dengan uang, “Abraham, apa kamu pikir semua di dunia ini tentang uang?”
Alea semakin berani, lebih membuat Abraham marah karena wanita itu terlihat membela dan melindungi Andreas. Apa hebatnya lelaki itu, pikir Abraham.
“Ya, terutama dirimu. Pulanglah Alea, jangan menggunakan cara seperti ini jika kamu menginginkan sesuatu, katakan saja berapa banyak uang yang kamu inginkan! Aku akan memberikannya. Tidak perlu sampai menyerahkan tubuhmu pada pengacara itu!”
PLAK!
Satu tamparan keras menyapa pipi putih Abraham, “Brengsek!” Kata Alea, dengan wajah penuh amarah, selama bertahun-tahun dia mengabdikan diri pada suaminya, tidak berteman dengan lelaki manapun, dan sekarang! bisa-bisanya lelaki itu bicara dengan kata-kata yang merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita dan istri.
Sekretaris Lee, yang sejak tadi mengamati ingin mendekat, dia tidak terima Tuan Muda tersayangnya di tampar. Ini kali pertama di seumur hidup Lee, melihat Abraham di umpat bahkan ditampar oleh seorang wanita, yang Sekertaris Lee tau, Abraham, pria yang selalu dipuja-puja banyak wanita.
Berbeda dengan Sekertaris Lee, Abraham masih bisa mengendalikan diri, ia mengangkat tangan mengisyaratkan Sekertaris Lee, keluar.
Sekertaris Lee, sedikit menundukkan kepalanya dan pergi dengan menutup pintu, meninggalkan dua orang yang sedang dalam emosi terpendam.
Abraham mengusap pipinya yang memerah, Alea menampar cukup kuat tapi itu sama sekali tidak ada rasanya, Abraham justru semakin tertantang, sampai mana Alea bisa memberontak pada dirinya.
Masih dengan menahan marah, Alea berkata, “Abraham pergilah, sebentar lagi kita bercerai, tolong jaga sikap dan ucapanmu.”
Abraham menatap mata Alea, meskipun wanita itu marah, kesal dan sebagainya, tapi Abraham tahu jika sebenarnya wanita itu ketakutan. Alea tidak benar-benar dengan ucapannya.
Bercerai… kata ini berdengung di telinga Abraham, “Kamu tidak mau kembali ke Villa?” Tanya Abraham dingin.
“Tidak, aku tidak akan kembali ketempat itu, bukankah sudah ada Jessika! Untuk apa aku ada di sana.”
'Abraham pasti ingin aku menonton kesehariannya dan Jessika di Villa, itu sebabnya dia memintaku pulang'
Abraham tidak pernah mau menjelaskan apapun yang ia anggap tidak penting, bukan dia yang meminta dan mengajak Jessika tinggal di Villa, dia juga tidak akan pernah tinggal dengan gadis itu. Alea tidak tahu itu dan Abraham tidak akan memberi tahu.
Abraham melonggarkan dasi yang melilit lehernya, “Baiklah! Pengacara itu pasti sudah memberikan apa yang tidak bisa aku berikan padamu.”
Pengacara itu…
Pengacara itu…
Kenapa dia selalu melibatkan Andreas yang tidak tau apa-apa.
Tapi…memberikan apa maksudnya?
Dengan senyuman menyeringai, Abraham semakin mendekati Alea, mendorong badan kecil itu dengan satu jari hingga terhimpit di tembok.
Wajah Alea seketika pucat, baru kali ini dia melihat tatapan mata Abraham yang aneh.
“Abraham, kamu mau apa? Pergilah!” Tidak mau terjadi apa-apa, Alea kembali mengusir lelaki itu.
“Inikan yang kau inginkan,” kata Abraham.
Inginkan….apa?
Alea tidak mengerti, tapi dia semakin takut.
“Bagaimana kalau aku memberikannya sekarang?” Abraham bertanya sambil meraih kerah baju Alea.
“Apa yang kamu lakukan,” Alea menahan tangan Abraham dan menghempaskan, saat lelaki itu akan membuka satu kancing baju yang Alea pakai.
Abraham tersenyum miring, dia semakin menghimpit badan Alea, tidak memberi kesempatan wanita itu untuk bergerak, “Kenapa marah! Bukankah seharusnya kamu senang karena aku berniat memberikan apa yang tidak pernah aku berikan padamu.” Abraham membelai pipi Alea dengan telunjuknya, “Kamu menginginkan diriku, kan!” Bisiknya di telinga Alea.