10 tahun Anna dan Alam menikah dan mereka tidak pernah bertemu sekalipun, karena Anna harus melanjutkan pendidikan dan pengobatannya di Luar negeri.
Dan disaat Anna kembali, pernikahannya harus disembunyikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DASW BAB 20 - Tidak Asing
"Aku tadi belum mandi, aku mau mandi dulu," ucap Anna dan Alam menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Anna meletakkan kotak merahnya diatas ranjang dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Alam pun langsung menganti baju dengan baju tidur miliknya, tadi dia sudah mandi di rumah sakit.
Bosan menunggu Anna membuat Alam kembali melihat kotak merah milik istrinya itu.
Niat untuk membuka lebih dulu pun sempat terbersit di kepalanya, namun Alam buru-buru menggeleng. Dia tidak mau berlagak seperti pencuri.
sekitar 10 menit menunggu akhirnya Anna keluar, sudah kebiasaan bagi Anna untuk membawa baju ganti ke dalam sana. Jadi saat keluar begini dia sudah rapi, hanya rambutnya yang nampak sedikit basah. Malam ini Anna tidak keramas, mungkin dingin karena diluar sedang gerimis.
"Kotak apa itu, singkirkanlah aku ingin tidur," ucap Alam dengan suaranya yang datar, seirama dengan raut wajahnya yang tanpa ekspresi.
"Kenapa tidak disingkirkan sendiri, begini saja harus menyuruh ku," jawab Anna.
Dia mendekat dan hendak membawa kotak itu berlalu, namun ingat pesan Rachel untuk membukanya ketika sampai di rumah membuat Anna urung.
Akhirnya dia duduk disisi ranjang dan membuka kotaknya disana. Sementara Alam memperhatikan meski tidak mendekat, hanya bersandar di kepala ranjang.
Srek! srek! bunyi Anna merobek pembungkus merah pada kotak, pelan-pelan hingga akhirnya kotak itu terbuka sempurna.
Dimata Anna itu seperti baju, namun kurang jelas akhirnya dia ambil dan direntangkan lebar-lebar.
Deg! Anna dan Alam sama-sama terkejut saat melihat sebuah lingeri warna merah tergantung dihadapan mereka berdua. Anna cukup paham ini adalah baju haram.
Sial, awas kamu Luna! Batin Anna.
Tidak peduli meski hatinya bergemuruh malu, Anna mencoba tetap tenang dan kembali melipat baju itu. Lalu mengembalikannya ke dalam kotak.
"Kamu menggodaku?" tanya Alam, pertanyaan yang paling Anna benci. Tapi Anna tidak bisa menjawab, menunjukan sebuah lingeri dihadapan seorang pria memang bisa dibilang menggoda.
Rasanya pun percuma untuk mengatakan ini semua dari Luna, karena Alam sudah melihatnya secara langsung.
Anna hanya diam, memunguti sampah yang dia buat sendiri dan menyimpan kotak itu diatas nakas.
Lalu dengan ragu naik ke atas ranjang dan masuk ke dalam selimut. Belum sempat berbaring, Alam kembali buka suara, membuat pergerakan Anna terhenti pada posisinya duduk dan menatap Alam.
"Bukankah kita akan berusaha An?" tanya Alam.
Sejenak mereka saling tatap, sampai akhirnya Anna yang memutuskan tatapan itu lebih dulu. Jantungnya semakin berdebar.
Melihat lingerie itu membuat Alam kembali ingat penyatuan mereka dan Alam sangat ingin mengulanginya lagi, entahlah, anggap saja dia gila, tapi dia sungguh menggila tubuh Anna.
Alam bahkan tidak tahu, ini cinta atau nafshu.
"Bisakah kita benar-benar memulai semuanya dari awal An?" tanya Alam lagi. Membuat Anna kembali ingat semua ucapan Firman malam kemarin.
Anna menggigit bibir bawahnya, bingung mau menjawab apa. Beberapa tahun terakhir Alam adalah pria yang paling dia benci, Anna ingin mengambil semua milik Alam dan mengusir pria ini jauh-jauh dari hidupnya.
Tapi ingat Rachel dan Firman kembali membuatnya ragu, mereka berdua adalah orang tua pengganti untuknya.
Sibuk melamun, Anna sampai tidak sadar jika Alam sudah bergerak untuk mendekati dia. Tahu-tahu Alam sudah ada dihadapannya.
"Tatap aku An," ucap Alam.
Anna hanya menurut, seperti terhipnotis.
Mereka saling tatap dengan tatapan yang begitu dalam, deru nafas keduanya bahkan saling bersentuhan. Apalagi malam ini gerimis membuat suasana jadi begitu mendukung. Anna hanyut dalam tatapan itu dan membiarkan Alam menyesap bibirnya. Menjalarkan rasa hangat hingga ke sekujur tubuh.
Ciuman ini tidak asing bagi Anna, bibirnya malah bergerak pelan untuk membalas.