menceritakan tentang seorang gadis yang berpindah ke dunia asing yaitu dunia kultivasi.
seperti apa kelanjutannya silahkan di baca
maaf sebelumnya banyak typo berterbangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10
"Sang Yara pun masuk ke dalam. Dilihatnya persis di tengah ruangan, duduk dengan manis, sebuah tungku hitam berpola awan yang berukuran cukup untuk tiga pasang tangan, membentuk lingkaran dengan tinggi satu meter.
Sangat besar, dan dilihat lebih dekat, motif awan yang mengambang tampak sangat hidup.
Di rak sebelah barat, ada tumpukan tungku kecil berjejer rapi berjumlah dua puluh pot.
Dan di sebelah timur, berjejer rapi botol porselen, mulai dari ukuran kecil sampai yang terbesar kira-kira seukuran bola basket, dengan berbagai warna serta khasiat, tentunya.
Di sebelah utara, berjejer rapi buku mengenai medis dan berbagai resep pil, juga buku bergambar segala jenis herbal, mulai dari yang biasa sampai yang langka. Dan di sebelah selatan, tertata rapi alat dan bahan untuk tindakan medis, termasuk potongan beast langka tingkat tinggi sebagai bahan pemurnian pil nantinya.
"Satu kata: ini sempurna!" Secara dia tidak perlu lagi mencari bahan untuk melakukan pemurnian pil. Pikir sang yara.
Setelah dia puas melihat-lihat, dia keluar dan kembali memasuki ruang sebelah yang bermotif tungku alkimia.
Memasuki ruangan itu membuatnya sama tertegun. Ruangan yang besar itu sama persis dengan ruang pemurnian alkemis, hanya bedanya dari isi saja.
Di dalam berisikan pemurnian senjata. Bagian tengah terdapat tungku pemurnian, masih sama besar dengan tungku alkemis. Tapi yang ini berwarna merah menyala, dengan pola api timbul, membuat yang melihat seakan itu adalah api yang hidup, juga memiliki tiga kaki yang hanya setinggi lima puluh sentimeter.
Untuk tata letak di bagian barat, terdapat tungku pemurnian berkaki tiga berwarna merah, hanya saja tidak memiliki pola dan mereka berjejer rapi berjumlah dua puluh pot.
Di sisi timur, berjejer rapi senjata mulai dari level rendah sampai yang langka, serta ada juga senjata semi ilahi. Di sisi utara, terdapat buku tentang pemurnian senjata baik dari metode maupun bahan yang diperlukan.
Sementara di sisi selatan, bertumpuk rapi tulang beast tingkat menengah dan tinggi, ada juga kulit dan bulu beast. Yang paling menonjol adalah kristal beast tingkat Emperor beast sampai dengan spirit beast.
"Ini benar-benar luar biasa!!" Sang Yara berpikir ini masih di tingkat pertama dan baru dua ruangan, bagaimana dengan tujuh ruangan lainnya, dan tingkat dua di atas?!
Semakin bersemangat, dia keluar dan berpikir akan mencari waktu untuk memulai membuat pil dan senjata.
Info untuk urutan beast:
Beast tingkat 1-5 setara dengan kultivator Foundation Establishment tahap 5-10.
Beast tingkat 6-10 setara dengan kultivator Core Foundation awal tahap 1-6.
Realm Beast tingkat 1-3 setara dengan kultivator Core Foundation menengah tahap 1-6.
Realm Beast tingkat 4-6 setara dengan kultivator Core Foundation akhir tahap 1-6.
Emperor Beast tingkat 1-3 setara dengan kultivator Core Foundation tahap puncak sampai dengan kultivator Nascent Soul tahap awal.
Emperor Beast tingkat 4-5 setara dengan kultivator Nascent Soul tahap akhir sampai Immortal Ascension tahap akhir.
Spirit Beast (Beast mitologi) setara dengan kultivator ranah dewa/Saint King.
Ok, lanjut lagi...
Setelah melihat dua ruangan tersebut, sang Yara keluar dan menatap ke tujuh pintu. Namun, dia tidak berniat memasukinya; dia hanya melewatinya dan menaiki tangga menuju tingkat kedua.
Setelah tiba di tingkat kedua, dia melihat sekeliling. Ada dua pintu yang artinya hanya memiliki dua ruangan khusus.
Melihat lagi, kali ini rasanya akan berteriak kegirangan. Bagaimana tidak? Di ruangan ini, semua berisikan peralatan dari dunia modern, dan matanya tertuju pada lukisan berwarna yang ada di dinding, memiliki ukuran sangatlah besar dengan lebar satu meter dan panjang dua meter. Di dalam lukisan terdapat sosok yang dirindukannya.
Ada sang nenek dari ibu, yaitu Wo'An, dengan paras yang cantik meskipun di usia tua. Surai panjang menjuntai sampai mengenai tanah, berwarna perak keemasan, yang sebagian disanggul menggunakan tusuk giok hijau berpola daun. Pada bagian liontin, ada phoenix dan naga, dilihat lebih dekat, seakan menggambarkan sepasang kekasih abadi.
Kemudian, melihat kembali pahatan wajah berbentuk bulat, mata sipit namun tajam di bagian ujung mata seperti sang phoenix, bola mata berwarna perak dengan bagian tengah berwarna emas. Tatapannya sangat dalam namun menenangkan. Hidung kecil namun mancung itu terlihat cocok dengan bentuk wajah bulatnya.
Turun lagi ke bibir tipis atas bawah. Dengan senyumnya, wanita ini tampak anggun dan berkarisma layaknya seorang Dewi, berbalut jubah hijau berpola bunga lotus putih di bagian kerah, tangan, dan bawah jubah, yang menambah kesempurnaan untuk wanita paruh baya ini.
Dengan pose berada di bangku batu tepat di bawah pohon Meihua, bergeser kembali pada seorang pria paruh baya yang duduk tepat di sebelah wanita paruh baya itu. Ya, itu sang kakek Gui'Hongli.
Memiliki surai panjang sepinggang, berwarna putih karena usia, mata bulat namun saat tertawa tampak sangat imut, seperti seorang anak kecil meminta perhatian pada sang ibu...
Sang kakek memiliki hidung mancung, yang diwarisi Yeri di tubuh aslinya. Begitu pula dengan kontur wajahnya hampir 80%, alis tebal dan tajam, mata bulat namun tajam di sudutnya, bola mata biru laut cerah, dengan lesung pipi di kedua pipinya, tampak sangat tampan. Dagu lancip jangan lupakan bibir atas tipis dan bagian bawah sedikit tebal, tampak seksi dengan seringai tipis. Benar saja, mirip dengan Yeri aslinya. Pria paruh baya itu menggunakan jubah kuning berpola matahari, versi pria tampan di masa jayanya.
Di pelukannya ada seorang gadis kecil berusia sepuluh tahun, dengan gaun berwarna merah berpola burung phoenix di bagian bawah jubahnya dan lengan berbordir api.
Pahatan wajah seperti yang diuraikan di atas, pada sang kakek, hanya saja ia berlesung pipi di bagian samping bibir kiri dan kanan. Kulit seputih susu dengan pipi tembam merah muda, tampak sangat lucu dan imut, seperti roti kukus yang membuatnya ingin mencubitnya.
Di bagian belakang ada sepasang wanita dan pria yang tidak kalah sempurna seperti pasangan tua di depan mereka.
Ya... itu ayah Kaisar dan ibunda permaisuri terdahulu, yang sedang memeluk sang adik.
Ibunda Ratu Gui'Aming dengan surai panjang menjuntai ke betisnya, berwarna keperakan, menggunakan mahkota phoenix emas yang kontras dengan rambutnya.
Pahatan wajah bulat seperti sang nenek, mata bulat dan tajam, bola mata berwarna hijau keperakan, alis dan bulu mata lentik, menambah kesan wanita yang anggun namun juga tegas. Hidung kecil tapi mancung, sama dengan sang nenek, katakanlah itu 90%. Hanya berbeda dari warna matanya, seakan menandakan tingkat status seseorang. Juga bagian bawah hidung dan dagu terbelah, kulit seputih salju dengan senyum yang cantik menambah pesonanya.
Di samping sang ibunda adalah Kaisar terdahulu, yaitu sang ayah Sun'ZhiZhu.
Penampilan pria berusia sekitar tiga puluh tahunan itu juga tidak kalah tampan. Surai panjang sepinggang berwarna hitam halus, potongan wajah V itu seperti cetakan wajah Yeri. Jika dengan sang kakek 80%, maka dengan sang ayah 100%, kecantikan Yeri menurun dari ayahnya, Kaisar ini.
Alis mata tajam, bulu mata panjang tebal, hidung mancung, bibir atas tipis dan bagian bawah sedikit berisi dengan senyum khasnya. Mengingat usia, menjadi terlihat memikat. Kulit putih tapi tidak terlihat feminin, juga ada cinabar di bawah mata kanan, semakin menambah pesonanya. Menggunakan jubah kebesaran berwarna emas berpola naga yang sedang memeluk matahari, itu menonjolkan seorang penguasa, dengan mahkota naga emas.
Saat ini dia sedang memeluk gadis kecil yang diperkirakan berusia lima tahun. Dilihat dengan baik, itu 100% mirip sang ibunda.
Hanya saja dia memiliki rambut hitam halus dan mata biru laut. Lihat lagi seringai licik itu sudah dipastikan itu sang adik, bocah kecil nakal.
Dia mengingat ini diambil sebelum sang nenek menghilang, dan diikuti oleh kakek, ayah, ibu, d
an dirinya setelah beberapa bulan Yara berulang tahun ke lima. Di malam itu juga, mereka menghilang.
Seketika suasana hati sang Yara turun drastis, dia merasa sangat kesepian.
---