Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Semula tubuh Lidya sudah akan masuk ke dalam mobil karena tangan nya di tarik, dia membalikkan badan nya. Sorot matanya tajam tapi tidak nampak kemarahan. Bahkan ekspresi nya sangat sulit di tebak.
"Aku sedang berbicara kepadamu?" ucap Daniel mengangkat satu alis nya.
"Aku tidak ada masalah dengan mu dan tidak ada urusan yang perlu aku bahas dengan mu. Lebih baik siapkan dirimu untuk bekerja karena aku yang akan memimpin di showroom itu." jawab Lidya tanpa mengeluarkan ekspresi apapun dari wajah cantik nya.
"Hah, mana mungkin. Kuliah mu saja belum selesai apalagi harus memimpin perusahaan." Daniel tersenyum sengit.
Lidya tidak menanggapi dan menepis keras tangan Daniel lalu masuk ke dalam mobil nya.
"'Sial, sombong sekali adik Lizda. Aku harus mendapatkan nya," gumam nya.
Dari kejauhan terlihat Lizda sudah memperhatikan suami nya itu. Dia yang tadi nya hendak mandi tertunda karena sebenarnya dia ingin memanggil Daniel. Setelah melihat kejadian tadi, hati nya sedikit teriris kenapa harus adik tiri nya yang di goda.
"Untung saja adikku bukan wanita yang mudah di dekati." batin Lizda sembari berjalan masuk ke kamar mandi.
*
*
"Lebih baik kamu segera mandi dan ke kantor sebelum papa menanyakan mu lagi. Lagian papa kan sudah mau bantu kamu untuk bisa bekerja. Tidak semua orang bisa mendapatkan nya," cetus Lizda saat melihat suami nya bersantai di kasur.
"Iya iya bawel banget sih kamu itu,"
Daniel pun menyiapkan diri nya untuk bekerja. Hari pertama nya di sana dia menggunakan kemeja putih di padukan dengan celana panjang berwarna coklat tua dan sepatu hitam mengkilap nya. Rambut nya yang lurus di atur hingga klimis menambah ketampanan dirinya.
"Bagimana penampilan ku? Pasti orang-orang di sana akan terpana melihat ku," ucap nya di depan cermin.
"Kamu itu sudah menikah lho, sebentar lagi akan menjadi seorang ayah," sindir Lizda tetapi Daniel hanya mengernyit.
"Minta di antar pak Bambang saja, biasa nya jam segini pak Bambang sudah di pos depan." Lizda menyarankan suami nya berangkat dengan supir. Di antarkan nya sang suami sampai di depan gerbang, tak ada rasa peka pada Daniel. Bahkan dia tidak mencium istri nya atau sekedar menyalami nya.
"Huh, andai saja Daniel tidak berkelakuan buruk. Pasti aku akan jadi wanita paling beruntung di dunia. Na'as nya bajing*n itu adalah ayah dari anak yang aku kandung," gumam Lizda.
Keinginan nya sederhana hanya ingin di manja dan di perhatikan oleh suami nya, tapi itu hal yang tidak mungkin. Memegang perut nya saja tidak pernah, mereka juga belum melakukan hubungan suami istri lagi.
"Showroom itu nanti nya akan di berikan papa mu untuk mu dan Daniel. Kalian lah yang akan mengelola nya, tetapi sementara waktu sembari belajar Lidya lah yang akan memimpin di sana," seru Vonny yang tiba-tiba saja berdiri di depan pintu masuk.
"Mama mengagekan ku saja," belum sempat menjawab, mama nya sudah lebih dulu beranjak pergi.
*
*
Showroom mewah dan besar milik keluaga Lizda memang tidak di ragukan lagi kualitas dan popularitas di kalangan masyarakat pengguna roda empat. Excellent Car siapa yang tidak tahu nama tersebut, hampir semua kalangan mengetahui nya.
Daniel tiba di kantor dengan wajah tengil nya, tanpa mengucap salam dia menerobos masuk ke dalam showroom.
"Maaf, Pak. Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah seorang pegawai di sana.
"Saya yang akan memimpin di sini ini mulai sekarang," ketus Daniel.
"Oh pak Daniel ya, yang akan membantu bu Lidya. Mari saya antar ke ruangan bapak." dengan badan setengah menunduk pegawai itu mengantar Daniel ke salah satu ruangan yang ada di sudut kanan.
Tertuliskan ruangan manajer.
Tok
Tok
Pegawai itu mengetuk pintu sebanyak dua kali. Saat pintu terbuka terlihat Lidya sedang duduk di kursi yang seharusnya menjadi tempat duduk Daniel. Setelah mengantarkan Daniel sampai ke dalam ruangan, pegawai itu kembali keluar untuk menjalankan pekerjaan nya yang lain.
"Yang mana ruangan ku? Oh jadi kamu hanya sebagai manager di sini?" dengan kepercayaan diri nya yang berlebihan dia berani berucap kata itu di depan Lidya.
"Ini ruangan mu, ruangan ku ada di samping yang terpampang jelas ruangan direktur." jawab Lidya lalu meninggalkan Daniel di ruangan itu.
"Oh iya satu lagi belajar lah dari segala divisi agar punya ilmu tidak hanya jabatan mu saja yang manager!" pekik Lidya dari depan pintu.
Daniel sangat kesal dengan sifat Lidya yang amat jutek, dia bertekad untuk melakukan hal buruk di kemudian hari.
Beberapa jam sudah terlewati bukan nya mencari tahu apa yang harus di kerjakan Daniel asik memainkan ponsel nya di ruangan sembari mengangkat satu kaki nya di meja.
"Eheeemmm!" suara berat laki-laki berdehem di pintu. Suara itu pula tidak membuat pandangan Daniel beralih, masih tetap pada ponsel nya.
"Aku sesekali saja ke sini, semua nya di tangani oleh Lidya. Jadi semua pekerjaan mu harus segera di laporkan pada nya," ucap nya lagi. Ternyata suara itu adalah suara Marco yang terheran-heran memandang kelakuan menantu nya.
Daniel yang kaget segera menurunkan kaki nya dan mengangguk.
"Lidya lebih mengerikan dari pada cara kepemimpinan ku, aku juga sangat menghargai keputusan nya. Jangan sampai kamu di buang karena tidak bisa bekerja!!" Marco mulai kesal dan mengeluarkan nada tinggi nya setelah itu pergi meninggalkan Daniel.
Tak lama menyusul seorang pegawai di sana yang menyodorkan setumpuk berkas yang harus di pelajari.
"Maaf, Pak. Pesan dari bu Lidya sore ini harus sudah di cek. Permisi."
"Arrrghhh," teriak Daniel dari dalam ruangan.
Mau tidak mau Daniel harus berusaha keras mengerjakan laporan-laporan tersebut. Hingga jam dinding menunjukan pukul 17:00. Dia yang sudah lelah meninggalkan pekerjaan itu dan keluar ruangan untuk bergegas pulang.
Bertemu dengan Lidya yang juga akan pulang ke rumah. Daniel pun berlari menghampiri nya...
"Hey, kita kan serumah. Lebih baik kita pulang bersama," seru Daniel.
Lidya tak menjawab apapun dia justru berteriak memanggil salah satu supir di kantor nya.
"Pak, tolong antarkan pak Daniel pulang ya. Saya masih harus ke kampus masih ada yang di kerjakan," suara santun Lidya kepada orang lain membuat Daniel semakin kesal.
"Bajing*n perempuan sombong, untung saja kamu cantik kalau tidak sudah aku ludahi muka mu," batin Daniel.
*
*
Lidya menghela nafas panjang "Bagaimana bisa kakak ku bertemu dengan laki-laki seperti itu? Malang sekali nasib nya. Setelah dia melahirkan aku akan segera mengajari nya memimpin perusahaan agar bisa lepas dari jerat playboy kupret itu," gumam nya selama perjalanan.
Berbeda dengan Daniel setelah tiba di rumah, dia masuk ke dalam kamar nya melihat sang istri sedang duduk santai menonton televisi.
"Mas, sudah sampai rupanya." Lizda menyambut nya dengan senyuman hangat.
Tidak dengan jawaban Daniel...