Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SUDAH TAK ADA HUBUNGAN
Febbi merutuki kebodohannya sendiri. Bisa bisanya mulutnya lemes banget. Kalau sampai Rere tahu, dia juga akan dalam masalah besar.
"Ya, ya, karena saat ini Romeo sudah sah menjadi suami kamu Re. Makanya sudah seharusnya dia begitu, memperlakukan kamu dan anak kamu dengan baik."
Febbi bernafas lega saat Rere terlihat tak curiga sedikitpun. Rahasia ini harus tetap terjaga.
Mobil yang dikendarai Febbi sampai disebuah restoran yang tak jauh dari bank. Karena jam istirahat hanya sebentar, keduanya segera mencari tempat duduk terdekat dan memesan makanan. Saat sedang menunggu pesanan datang, terdengar bunyi notifikasi diponsel Febbi. Gadis itu mengernyit saat melihat ada chat dari Gina.
[Jangan macem macem, berani lo cerita ke Rere, ancur hidup lo.]
Febbi mengerdarkan pandangannya kesekeliling. Mungkinkah Gina tahu jika dia sedang bersama Rere saat ini?
Wajah Febbi seketika pias saat netranya bertemu dengan netra Gina. Tatapan matanya menyiratkan sebuah ancama. Ya, Gina sedang ada disini, dia berada di bagian dalam restoran. Tak sendiri, melainkan bersama Haikal. Sedangkan Febbi dan Rere berada di bagian teras samping.
Bodoh
Lagi lagi Febbi membuat kesalahan. Seharusnya dia tak mengajak Rere kesini. Restoran ini dekat dengan kantor tempat kerja Gina dan Haikal. Ya, kedua orang itu bekerja di perusahaan yang sama.
"Re, kita cari tempat lain aja yuk." Febbi tak mau Rere sakit hati melihat kebersamaan Gina dan Haikal.
"Disini aja Feb, aku udah lapar banget. Emang kenapa sih?"
"Mendadak aku pengen mie ayam," Febbi beralasan.
"Tapi kita udah terlanjur pesen tadi."
"Astaga iya." Febbi menepuk dahinya sendiri. Sepertinya dia memang tak bisa pergi dari sini. Ah sudahlah, semoga Rere tak menyadari keberadaan Haikal dan Gina.
Rasa lapar Febbi seketika hilang. Bahkan saat sepiring nasi hangat dan cumi asam manis terhidang dihadapannya, dia sama sekali tak berselera. Dia tidak tenang, berkali kali menoleh kearah Gina dan Haikal. Tak mau Rere melihat kebersamaan mereka karena itu pasti menyakitkan baginya.
"Feb, kok gak buruan dimakan. Sebentar lagi habis jam istirahatnya."
"I, iya," jawab Febbi gugup. Dia segera melahap makanan dihadapannya dengan buru buru. Sepertinya lebih cepat habis lebih baik, mereka akan segera meninggalkan tempat ini.
"Jadi kalian makan disini juga?" Tiba tiba Giba menghampiri mereka berdua. Senyumnya mengembang, seolah olah dia sangat senang karena tak sengaja bertemu dengan temannya disini.
"Gina, kamu disini juga? Sama siapa?" tanya Rere.
"Em...." Gina pura pura sungkan untuk mengatakannnya.
"Kenapa, kalau sendirian, mending duduk disini sekalian sama kita," ajak Rere.
"Em...aku sama Haikal." Gina menoleh kearah Haikal yang terlihat sedang sibuk dengan makanan sekaligus ponsel.
Rere menunduk setelah melihat Haikal untuk beberapa saat. kenapa lagi lagi dia bertemu Haikal. Sesempit itukah dunia?
"Sebenarnya aku ingin ngumpul disini juga, tapi Haikal gak mau. Maaf ya Re, sepertinya dia gak nyaman ketemu atau dekat lagi dengan kamu."
Rere tersenyum getir. Dia tahu Haikal masih sangat sakit hati padanya. Jadi wajar jika pria itu tak ingin bertemu dengannya.
"Re, kayaknya aku harus segera kembali ke kantor deh, balik yuk." Febbi sengaja ingin menjauhkan Rere dari Gina. Dia takut Gina akan bicara sesuatu yang bisa melukai hati Rere.
"Gitu ya, ya udah." Rere segera mengakhirnya makannya.
"Tunggu sebentar." Gina menahan tangan Rere saat wanita itu akan pergi. "Ada yang pengen aku omongin sama kamu Re."
"Aduh, kayaknya kita udah harus kembali kekantor deh." Febbi berusaha untuk mencegahnya. Dia tahu apapun yang keluar dari mulut Gina, pasti ujung ujungnya hanya ingin menyakiti Rere.
"Haikal nembak aku Re." Rere melepaskan tangan Rere setelah mengatakan itu.
Rere merasakan sakit yang teramat didadanya Kenapa semudah ini Haikal move on darinya. Disaat dia masih sibuk merindukannya, membuang begitu banyak air mata untuk menangisinya, ternyata Haikal sudah benar benar melupakannya, miris.
Febbi berdecak pelan. Dia yakin jika Haikal tak mungkin secepat itu move on. Ini pasti hanya akal akalan Gina saja.
"Aku bingung harus jawab apa Re, aku gak enak sama kamu."
Rere membalikkan badannya menghadap Gina. Matanya terasa panas, tapi dia tak boleh menangis. Memalukan sekali jika manangisi pria yang jelas jelas sudah melupakannya.
"Aku sudah tidak ada urusan dengan Haikal. Kami sudah tak ada hubungan. Jadi kamu tidak perlu sungkan untuk menerima cintanya jika kau juga mencintainya." Setelah mengatakan itu, Rere segera pergi. Dia tidak bisa lama lama disini, karena kalau tidak, air matanya pasti akan jatuh.
"Keterlaluan lo Gin. Bisa bisanya ngomong gitu ke Rere. Gua yakin Haikal gak mungkin nembak lo."
Gina hanya tersenyum sinis mendengar ucapan Febbi. Dia memang hanya berbohong sola Haikal menembaknya. Haikal belum bisa move on dari Rere, dan itu sangat membuatnya kesal.
"Aku hanya membantu Rere untuk kecewa dan membenci Haikal. Bukankah dengan begitu, dia bisa lebih cepat move on. Harusnya dia berterimakasih padaku." Gina pergi begitu sjaa setelah mengucapkan itu.
Ada ya manusia kayak lo Gin, benar benar gak punya hati. Kalau saja lo gak megang rahasia gue. Gak bakalan gue bantuin lo hari itu. Gara gara lo, gue dihantui rasa bersalah sama Rere.
mboke dikit2 blg titip suamiku
bhkn lbh menjgkelkan lagi mboke titip2 suamiku ke aku. geleng2 aku... 😂😂😂😂dmn2 tuh pihak perempuan titip ke pihak laki2... ini kebalik