Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Maaf sebelumnya, saya mau bertanya apa sebelum menikah Bu Mona pernah mengandung dan melahirkan?" wajah Arham langsung memerah mendengar pertanyaan Dokter Indri.
"Saya belum melakukan hubungan suami-istri dengan Mona, Dok. Selama pacaran juga, kami hanya bergandengan tangan tak lebih" jawab Arham mencoba menahan emosi
Sementara wajah Mona sudah pucat, Mona merutuki kebodohannya. Hanya karena terlalu senang akan mendapatkan rumah impiannya, Mona sampai lupa untuk menutupi hal sebesar ini hingga akhirnya ketahuan.
"Ma...Maksud Dokter apa? Saya ini masih perawan, kami memang belum berhubungan suami-istri karena saya baru selesai haid" ucap Mona berusaha untuk tidak gugup
"Saya tidak mungkin salah, Bu. Karena dari hasil pemeriksaan yang saya lakukan Ibu Mona pernah mengandung dan melahirkan, kalau memang Ibu dan Bapak tidak percaya dengan saya silahkan periksa ke Dokter lain"
Selama menjadi seorang Dokter, Indri tidak pernah salah mendiagnosa pasiennya. Jelas disini Mona yang tidak mau jujur, karena sudah tertangkap basah jadi Mona hanya bisa menyalahkan Dokter Indri yang salah mendiagnosanya.
"Ini sudah cukup, Dok. Tapi saya minta surat keterangan jika memang itu benar, saya percaya dengan apa yang Dokter katakan barusan"
Arham tersenyum kecut, Arham tidak menyangka wanita yang sangat di cintainya ternyata telah menipunya. Sementara Dokter Indri langsung mengambil kertas yang ada di laci meja kerjanya, lalu menulis keterangan yang di inginkan Arham.
"Mas, kamu tidak percaya denganku? Kalau aku masih perawan, Dokter ini pasti mengada-ada saja"
"Saya sudah curiga semenjak kamu meminta cerai, padahal kita menikah baru hitungan hari. Bersyukur saya mengikuti saran Mbak Arumi, jadi saya tau kebusukan kamu. Saya akan menuntut kamu atas kasus penipuan, saya juga akan membatalkan pernikahan kita"
Setelah itu Arham pergi begitu saja setelah mendapatkan surat keterangan dari Dokter Indri, Arham mengendarai motornya menuju rumah Arumi. Rasanya Arham ingin menangis, tapi Arham malu.
Arham malu ingin menunjukkan wajahnya pada ibunya dan saudaranya yang lain termasuk Arumi, tapi hanya Arumi yang saat ini mengerti keadaannya. Itu sebabnya, Arham memilih menuju rumah Arumi.
Arumi yang sedang asyik menonton TV film drama kesukaannya terkejut melihat Arham berdiri di ambang pintu rumahnya, apalagi dengan kondisi mata Arham sudah memerah menahan air matanya.
"Kenapa?" tanya Arumi dengan lembut
"Mbak, aku.... aku....." Arham tidak bisa meneruskan ucapannya, air matanya yang sejak tadi di tahan akhirnya keluar juga.
"Ehh, kamu menangis? Masuk dulu, Mbak ambilkan minum sebentar" Arumi beranjak menuju dapur mengambil minum buat Arham.
"Nih minum dulu, biar agak tenang" titah Arumi memberikan segelas air
Arham menerima itu dan langsung menghabiskan hingga tandas, kemudian Arham menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Arumi yang melihat itu hanya tersenyum, Arumi sudah bisa menebak apa yang sudah terjadi pada Arham saat ini.
"Sudah lebih tenang? Apa kamu mau menceritakan sesuatu pada Mbak?"
Arham menatap Arumi yang masih tersenyum padanya, Arham malu dengan diri sendiri. Kenapa selama ini Arham sangat jahat pada Arumi, padahal Arumi adalah wanita yang baik dan lemah lembut.
"Semua yang Mbak duga itu benar, Mona bukan hanya tidak perawan tapi dia juga pernah mengandung dan melahirkan"
Arham menghapus air matanya setelah mengatakan itu, sementara Arumi langsung menutup mulutnya sembari memandang Arham dengan tidak percaya, Arumi tidak menyangka jika firasatnya ternyata benar.
"Mbak tidak menyangka" ucap Arumi
Arham mengusap wajahnya dengan kasar, bahkan Arham juga menarik rambutnya saking merasa sangat kecewa. Demi wanita itu, Arham rela mengadaikan sertifikat rumah dan bahkan tabungannya selama Arham bekerja terkuras habis tak bersisa.
"Sekarang aku harus gimana, Mbak?" tanya Arham frustasi
"Kamu ajukan pembatalan pernikahan dan laporkan Mona atas kasus penipuan, kamu juga harus menuntut biaya pernikahan kamu kemarin"
Arumi sengaja menyarankan itu semua, agar uangnya bisa di gunakan buat menebus sertifikat rumah yang di gadaikan oleh Arham waktu itu. Arham mengangguk saja, setuju dengan apa yang di sarankan oleh Arumi.
"Baiklah, Mbak. Arham numpang istirahat ya, Mbak"
"Masuk sana ke kamar, Mbak tau kamu butuh istirahat"
Arham beranjak lalu menuju kamar tamu yang dari kemarin di tempatinya, Arumi yang melihat Arham seperti itu jadi ikut merasakan sakit. Namun Arumi juga lega, akhirnya Arham bisa lepas dari jeratan wanita ular seperti Mona.
.
.
.
Disisi lain Ibu tirinya Arumi tengah bersantai terkejut melihat kedatangan menantunya dalam kondisi menangis.
"Kenapa sayang?" tanya Ibu tirinya Arumi dengan lembut
"Mas Arham, Bu. Dia ingin menceraikan aku, karena di suruh oleh Mbak Arumi" ucap Mona yang menangis tersedu-sedu di pelukan ibu mertuanya
"Apa kok bisa? Coba kamu ceritakan pelan-pelan"
"Tadikan Mas Arham ngajak Mona buat beli rumah baru tapi setelah itu Mbak Arumi menelepon Mas Arham, lalu kata Mbak Arumi Mas Arham harus menceraikan Mona. Karena Mona bukan perempuan baik-baik, apa salah Mona dengan Mbak Arumi Bu? Apa karena Mona cantik dan memiliki segalanya?"
Tangis Mona semakin kencang, ibu tirinya Arumi yang mendengar aduan dari menantunya jadi geram pada Arumi. Kenapa Arumi tega merusak rumah tangga Arham dan Mona yang baru berjalan satu minggu?
"Kamu tenang saja, biar ibu yang akan bicara pada Arumi. Anak tidak tau diri itu harus di beri pelajaran" wajah ibu tirinya Arumi memerah, beliau terlihat semakin benci dengan Arumi.
"Loh ada apa ni? Kenapa Mona menangis?"
"Laras, sini ada yang mau ini bicarakan" Ibu tirinya Arumi senang melihat menantunya datang menghampirinya.
"Ada apa, Bu? Ini Mona kenapa lagi?" tanya Laras menunjuk ke arah Mona
Ibu tirinya Arumi menarik napas dalam-dalam lalu di hembuskan secara perlahan, ibu tirinya Arumi melirik ke arah Mona yang masih menangis.
"Ini semua karena Arumi, wanita itu selalu bikin masalah. Kenapa lagi Arumi ingin merusak rumah tangga Arham? Arumi meminta Arham menceraikan Mona, padahal pernikahan mereka masih dalam hitungan hari"
Ibu tirinya Arumi sangat kesal dengan tingkah Arumi, mendengar itu Laras menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang di dengarnya sampai Laras memastikan lagi pada Mona, Mona langsung mengangguk.
"Bener Mbak, kalau tidak percaya telepon saja Mas Arham"
Laras pun mengikuti saran Mona, Laras langsung menghubungi Arham namun panggilan tak kunjung di terima lalu Laras beralih menghubungi nomor Arumi.
"Hallo, ada apa?" tanya Arumi tanpa basa basi
"Mana Arham?"
"Arham sedang tidur, kenapa?"
Semua orang saling pandang, sejak kapan Arham kembali dekat dengan Arumi. Padahal semenjak bapak mereka meninggal dan Arumi menikah, Arham dan Arumi sudah tidak dekat lagi.
happy ending juga....
cerita yg bagus