Namaku Delisa, tapi orang-orang menyebutku dengan sebutan pelakor hanya karena aku berpacaran dengan seseorang yang aku sama sekali tidak tahu bahwa orang itu telah mempunyai pacar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vina Melani Sekar Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Hari ujian akhirnya tiba. Suasana sekolah dipenuhi aura tegang dari para siswa yang mempersiapkan diri untuk menghadapi soal-soal yang menentukan kelulusan mereka. Delisa duduk di kelasnya, menatap soal ujian di depannya dengan tekad penuh. Ia merasa siap karena telah belajar dengan giat, terutama dengan dukungan dari Azka, pacarnya, dan juga teman-temannya, terutama Caca.
Di kelas sebelah, Azka mengalami hal yang sama. Meski ia dikenal sebagai siswa yang santai, kali ini Azka terlihat serius. Sesekali, ia teringat bagaimana Delisa selalu menyemangatinya saat belajar bersama. Itu memberinya dorongan lebih untuk memberikan yang terbaik.
Setelah ujian selesai, suasana berubah lebih santai. Para siswa saling berbicara tentang jawaban mereka, bercanda, dan melepaskan stres yang menumpuk selama beberapa minggu terakhir. Delisa keluar dari kelas, langsung mencari Azka.
"Azka!" panggilnya sambil melambaikan tangan.
Azka yang sedang berbicara dengan teman-temannya menoleh dan tersenyum lebar. Ia langsung menghampiri Delisa. "Gimana tadi, Del? Lancar?"
Delisa mengangguk sambil tersenyum. "Lancar. Aku yakin jawabanku benar, walaupun ada beberapa yang ragu. Kamu sendiri gimana?"
"Ah, pasti luluslah. Kalau nggak, aku bisa jadi malu sama kamu," jawab Azka sambil tertawa kecil.
Caca tiba-tiba muncul di belakang Delisa, menggoda mereka. "Eh, kalian ini sudah seperti pasangan suami istri yang membahas ujian. Santai aja kali!"
Delisa tertawa, dan Azka hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.
...****************...
Beberapa minggu setelah ujian, hasilnya diumumkan. Seperti yang mereka harapkan, Delisa dan Azka lulus dengan nilai yang memuaskan. Untuk merayakan kelulusan, kedua keluarga mereka memutuskan untuk liburan bersama ke sebuah villa di daerah pegunungan.
Pagi itu, Delisa dan keluarganya tiba di villa lebih dulu. Udara pegunungan yang segar dan pemandangan yang indah membuat mereka langsung merasa rileks. Mamah Delisa sibuk mempersiapkan makanan ringan, sementara papahnya duduk di teras menikmati kopi.
Tidak lama kemudian, keluarga Azka datang. Azka keluar dari mobil sambil membawa koper, lalu melambaikan tangan ke arah Delisa. "Hei, Del! Aku datang!"
Delisa yang sedang duduk di taman tersenyum dan menghampirinya. "Kamu lama banget! Aku sampai bosan nungguin."
Azka tertawa kecil. "Maaf, tadi mampir dulu beli oleh-oleh buat kamu." Ia mengeluarkan sebuah kantong kertas kecil berisi syal rajut berwarna biru muda. "Ini buat kamu, biar nggak kedinginan."
Delisa mengambil syal itu dan tersenyum lebar. "Makasih, Azka. Kamu perhatian banget."
Skip
Selama di villa, kedua keluarga menikmati berbagai aktivitas bersama. Pagi harinya, mereka mendaki bukit kecil di sekitar villa. Delisa dan Azka berjalan berdampingan, berbicara tentang rencana mereka setelah lulus sekolah.
"Jadi, kamu mau ambil jurusan apa nanti, Del?" tanya Azka.
"Aku pikir mau ambil psikologi. Aku suka mendengarkan cerita orang dan membantu mereka menemukan solusi," jawab Delisa sambil tersenyum.
Azka mengangguk. "Bagus itu. Kalau aku, mungkin teknik. Tapi aku masih bingung mau spesifik ke mana."
Delisa menepuk bahu Azka. "Kamu pasti bisa. Aku percaya kamu."
Setelah mendaki, mereka kembali ke villa untuk makan siang bersama. Makanan yang disiapkan mamah Delisa dan mamah Azka begitu lezat, membuat suasana makan siang semakin hangat. Papah Azka dan papah Delisa saling berbagi cerita lucu dari masa muda mereka, membuat semua orang tertawa.
...****************...
Malam harinya, Azka mengajak Delisa keluar untuk berjalan-jalan di sekitar villa. Di bawah langit malam yang cerah, dengan bintang-bintang yang berkilauan, mereka duduk di sebuah bangku kayu di taman kecil.
"Del, aku mau bilang sesuatu," ujar Azka dengan nada serius.
Delisa menoleh, penasaran. "Apa?"
Azka menghela napas, lalu tersenyum. "Aku bersyukur banget punya kamu di hidupku. Kamu nggak cuma pacarku, tapi juga teman terbaikku. Aku janji akan terus ada untuk kamu, apa pun yang terjadi."
Delisa terharu mendengar kata-kata itu. Ia menggenggam tangan Azka dan tersenyum lembut. "Aku juga merasa begitu, Azka. Terima kasih sudah selalu ada untukku."
Azka mengeluarkan kotak kecil dari sakunya. "Ini bukan cincin tunangan atau apa, tapi aku ingin kamu menyimpannya sebagai tanda bahwa aku serius sama kamu."
Delisa membuka kotak itu dan menemukan sebuah gelang perak yang sederhana namun indah. Ia langsung memakainya dan tersenyum. "Makasih, Azka. Aku akan selalu pakai ini."
Liburan itu menjadi kenangan yang tidak terlupakan bagi Delisa dan Azka. Ketika mereka kembali ke kehidupan sehari-hari, mereka merasa lebih dekat satu sama lain, dengan hubungan yang semakin kuat.
Meski banyak tantangan yang mereka hadapi di masa lalu, Delisa dan Azka tahu bahwa cinta mereka akan terus tumbuh, memberikan mereka kekuatan untuk menghadapi masa depan bersama.
...TAMAT...
...----------------...