Sakit rasanya ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah pelarianmu. Cinta, perhatian, kasih sayang yang aku beri setulus mungkin ternyata tak ada artinya bagimu. Kucoba tetap bertahan mengingat perlakuan baikmu selama ini. Tapi untuk apa semua itu jika tak ada cinta untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zheya87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30 (Pengakuan Eko)
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap pergi meninggalkan Kota ini. Sudah kuhubungi Ana, dan syukurlah Ana dan suaminya akan menyambut kedatanganku. Namun aku ingin menghadiri pesta pertunangan Cecil dan Indra terlebih dahulu sebelum aku pergi. Sekaligus akan aku jadikan sebagai moment perpisahan dengannya. Meski begitu aku akan merahasiakan kepergianku darinya, Cecil pasti akan membocorkan rahasia itu kepada Roy.
Hari pertunangan Cecil dan Indra tiba waktunya. Untuk menghemat tabunganku, Aku berangkat dari Jakarta menuju Surabaya menggunakan kereta. Aku tak boleh boros, karena setelah ini aku akan hidup sendiri di kota asing jauh dari keluargaku. ATM yang diberikan Roy sudah aku tinggalkan di rumah sejak aku turun pagi itu, aku hanya menggunakan sisa tabunganku sejak kuliah.
Sehari sebelum acara pertunangan aku sudah tiba Surabaya, namun sebelum ke rumah orang tua Cecil aku menitipkan koper besarku di tempat penitipan barang. Aku tak ingin Cecil curiga.
“ Dara.... “ Cecil kaget melihat kedatanganku.
“ Maaf Cecil aku ga ngabarin kamu “
“ ga papa, yang penting sekarang kamu sudah di sini. Oh ya sudah beberapa hari ini aku telpon kamu kok ga terhubung? “
“ Iya, Hpku rusak. “
“ Oh begitu. Ya udah yuk masuk “ Cecil langsung mengajakku masuk. Aku sudah mengenal lingkungan rumah Cecil, karena beberapa kali saat liburan Semester Cecil selalu mengajakku pulang.
“ Eh Dara sudah sampai? Tante pikir kamu ga bisa datang, kata Cecil ga bisa dihubungi,” Mamanya Cecil menyapaku saat memasuki ruang keluarga. Aku meraih tangannya dan menciumnya. Lalu dia memelukku dan menyuruhku duduk di sampingnya. Cecil masuk ke dapur.
“ Kamu apa kabar nak? “
“ Alhamdulillah baik tante. “
“ Tante ikut prihatin atas kejadian yang menimpamu nak, kamu pasti sangat sedih. Cecil sangat menyesal tak bisa mendampingimu kamu disaat-saat sulit “
“ Iya , makasih tante, Dara sudah ikhlas menerima semuanya. Alhamdulillah Dara bisa melewati ujian ini. “
“ Cecil ga sempat balik ke Jakarta waktu dengar kabar meninggalnya mertua kamu. Dia selalu memikirkan kamu. “
“ Ga apa-apa tante, Dara baik-baik aja kok. Ada ibu dan Mbak yang menemaniku di sana. “
“ Ma, jangan diajak ngobrol terus dong Dara, kasihan dia capek habis perjalanan jauh “ Cecil menyela percakapan kami, dua tangannya memegang jus.
“ Ayo Dar, istrahat di kamar, aku bikinin jus favorit kamu. “
" Ayo Dar, istrahat di kamar, aku bikinin jus favorit kamu. “
“ Ma, aku ajak Dara ke kamar ya.”
Di kamar Cecil langsung memberondong aku dengan pertanyaanya.
“ Dara, kamu kemana aja? Roy menelponku berulang kali, menanyakan keberadaan kamu. Kamu kabur dari rumah?”
“ Ga kok, aku ga kabur, sebelumnya aku udah kasih tau kalo aku akan pergi. Aku sudah ngomong baik-baik mau pisah. Kamu taubkan Cil, aku sudah tindak sanggup lagi“
“ Mau Roy apa sih Dar? Nahan-nahan kamu , maksudnya mau menyiksa kamu lebih lama lagi?” Cecil tampak kesal.
“ Aku juga ga tau. Aku bingung." Jawabku dengan mata berkaca-kaca. Cecil memelukku.
" Dara, kamu sabar ya. Aku yakin kamu wanita yang kuat. "
" Cecil, aku harus bagaimana? Apa aku harus pergi jauh dari hidup Roy?"
"Aku akan selalu dukung apapun keputusan kamu. Jika kamu masih ragu untuk pergi, tinggalah beberapa hari di sini. Aku tak akan memberi tahu Roy kamu di sini. Lagi pula dia tak tau alamatku"
Aku mengangguk sambil terus memeluk Cecil.
" Ya udah sekarang kamu istrahat dulu ya. Tenangkan pikiranmu. Aku akan keluar sebentar."
Saat malam aku keluar dari dalam kamarnya Cecil. Tampak rumah Cecil sudah mulai ramai. Banyak sanak keluarganya yang berdatangan dari luar kota. Aku ikut membantu mamanya menyiapkan makan malam.
Dari arah depan kudengar orang memanggil namaku.
" Hai kak Dara " sambil melambai tangannya dan tersenyum manis. Ah itu kan adiknya Indra calon suaminya Cecil.
" Hy juga.... Maya kan? "
" Iya, masa lupa sih. "
" Ga lupa kok, cuma pangling aja. Kamu tambah cantik "
" Ah biasa aja kak " ucap Maya sambil tersipu malu.
" Maya baru tiba dari Jakarta? " tanyaku basa-basi.
" Iya kak, mama sama papa sudah langsung ke hotel katanya capek. Aku sama kak Eko dan kak Indra yang ke sini. "
" Oh.... Ya udah kamu duduk dulu ya, aku mau siapin makan malam dulu "
" Ayo kak aku bantu, " Maya langsung berdiri dan menuju dapur.
" Eh ga usah Maya, kamu kan tamu. Kamu duduk aja ya, duduk manis temani calon mantennya di depan ya "
" Eh....eh...eh " aku langsung mendorong Maya ke depan agar tak.ikut ke dapur bersamaku.
Setelah makan makan malam saat aku bersantai di teras samping sambil merangkai bunga, Eko datang mendekatiku.
" Dara, aku turut berduka ya atas kejadian yang menimpamu. Maaf aku baru dengar kabarnya semalam dari Cecil. Bahkan aku pun tak tau jika mamanya Roy sudah meninggal" Ucap Eko lalu mengambil kursi dan duduk de seberangku.
" Iya makasih ya, "
" Kamu ga papa Dara?"
" Tenang aja, aku baik-baik aja kok. " aku tersenyum untuk meyakinkan Eko.
" Aku udah tau semuanya Dara, ga perlu pura-pura untuk terlihat baik-baik saja di hadapanku "
Aku menatap Eko dengan heran.
" Aku sudah tau rumitnya kehidupan rumah tangga kamu Dara. " Eko melanjutkan ucapannya.
" Kita tak sedekat itu untuk saling tahu tentang kehidupan masing-masing Eko. Kamu ga tau apa-apa. Permisi. " ucapku dan berdiri untuk meninggalkan Eko disana.
" Kamu salah Dara, aku tau semua tentang kamu. Aku selalu berada di dekatmu sejak 4 tahun yang lalu meski kamu tak menyadarinya. "
Aku menghentikan langkahku.
" Maksud kamu apa?"
" Duduklah dulu. Akan kujelaskan. "
Aku seperti terhipnotis sehingga mengikuti saran Eko untuk duduk kembali.
" Sejak pertemuan pertama kita di kampus, aku sudah ada feeling sama kamu. Aku ingin mendekati kamu, namun Roy selalu menghalangi dengan dalih sebagai sahabatmu. Dia bahkan melarang semua kegiatan organisasi yang akan aku tawarkan untuk kamu dan Cecil. "
Aku ternganga mendengar pengakuan Eko.
" Ga mungkin, kita hanya sekali bertemu" sanggahku.
" Iya, karna Roy selalu menghalangiku untuk menemuimu. Karna tujuanmu adalah belajar. Aku tak boleh mengganggu kamu hingga lulus. Taukah kamu Dar? sejak saat itu aku dan Roy saling menjauh. Namun aku yang sudah terlanjur menyukaimu mulai mendekati Cecil untuk mencari tau informasi tentang kamu. Aku bahkan punya jadwal kuliah kamu dari semester 1 hingga lulus. Aku seperti papparazi yang mengintaimu di kampus. Aku bersyukur selama kuliah kamu tak punya kesibukan lain kecuali Cecil dan pekerjaanmu. "
" Dan aku memutuskan untuk menunggumu Dara, 4 tahun aku menunggumu. Bahkan mama dan papa juga saudara-saudaraku tau jika aku sudah menyukaimu sangat lama. Mama sudah menyarankan aku untuk segera melamar kamu sebelum kelulusan, namun aku menunggu setelah wisudamu. Kamu tau kenapa? Karena Motto di biodata kamu yang Cecil isi untuk HMI adalah " Raih lah baju sarjanamu sebelum kau meraih baju pengantinmu. Aku terkecoh Dara, ternyata Roy lebih dulu datang padamu. Kamu tak tau bagaimana putus asanya aku pada saat itu. "
Aku terdiam menatap Eko. Benarkah? Apa aku terlalu sibuk dengan duniaku saat itu sehingga tak menyadari kehadiran Eko.
" Jadi kamu jangan pernah berfikir bahwa aku tidak tau apapun tentang kamu. Jadi aku minta berbahagialah. Jangan bikin aku menyesal tak memperjuangkanmu saat itu. "