Hanya karena ingin membalas budi kepada Abram, lelaki yang telah menolongnya, Gisela memaksa menjadi istri lelaki itu meskipun ia harus mendapat perlakuan kasar dari Abram maupun mertuanya. Ia tetap bersabar.
Waktu terus berlalu, Gisela mengembuskan napas lega saat Abram mengajak tinggal di rumah berbeda dengan mertuanya. Gisela pikir kehidupan mereka akan lebih baik lagi. Namun, ternyata salah. Bak keluar dari kandang macan dan masuk ke kandang singa, Gisela justru harus tinggal seatap dengan kekasih suaminya. Yang membuat Gisela makin terluka adalah Abram yang justru tidur sekamar dengan sang kekasih, bukan dengannya.
Akankah Gisela akan tetap bertahan demi kata balas budi? Atau dia akan menyerah dan lebih memilih pergi? Apalagi ada sosok Dirga, masa lalu Gisela, yang selalu menjaga wanita itu meskipun secara diam-diam.
Simak kisahnya di sini 🤗 jangan lupa selalu dukung karya Othor Kalem Fenomenal ini 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM 06
..."Setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Begitu pun dengan kamu yang akan selalu menjadi masa laluku meski kita kisah sebenarnya belum selesai. Kita mungkin dipertemukan kembali, tetapi dengan perasaan yang tidak sama lagi." ...
...****************...
Semenjak pertemuannya dengan Dirga membuat Gisela merasa gelisah. Ia hanya duduk merenung di balkon sembari menghela napas panjang berkali-kali. Bahkan, sesekali Gisela mengusap wajah secara kasar agar memori kenangan bersama Dirga berhenti berputar dalam pikiran.
"Sepuluh tahun lalu kamu pergi dan mengatakan akan kembali. Namun, ternyata ucapanmu adalah sebuah kebohongan. Kenapa kamu justru datang kembali di saat aku sudah benar-benar melupakanmu?" Gisela bergumam sendiri.
Gisela merasakan kecewa yang teramat dalam atas kepergian Dirga. Lelaki yang dulu berstatus sebagai kekasihnya. Hubungan mereka terjalin sekitar tiga tahun dan sangatlah baik. Namun, di saat perasaan mereka sudah sama-sama dalam, ujian cinta justru datang. Orang tua Dirga memaksa putranya agar kuliah di luar negeri. Dirga pun tidak bisa membantah sama sekali. Mereka harus dipisahkan jarak yang membentang hingga pada akhirnya Dirga hilang kabar.
"GISELA!"
Gisela menghapus air mata dengan cepat saat mendengar teriakan Abram dari pintu kamar. Kemudian, ia melangkah lebar mendekati suaminya. Namun, ia terkejut saat Abram tiba-tiba mendorong tubuhnya sangat kencang hingga Gisela jatuh cukup keras membentur lantai.
"Ada apa, Mas?" tanya Gisela. Bibirnya meringis karena rasa nyeri di pantatnya.
"Kamu masih bilang ada apa!" Rahang Abram mengetat dan dengan kencangnya lelaki itu merem*s dagu Gisela.
"Ma-Mas, sakit." Gisela merintih. Namun, rem*san itu justru makin menguat.
"Sakit? Rasakan! Ini balasannya karena kamu sudah berani selingkuh di belakangku!" Abram menghempaskan dagu Gisela begitu saja. Lalu berdiri tegak tanpa melepaskan tatapan tajamnya dari sang istri. Mendengar anak buahnya mengatakan Gisela bertemu dengan lelaki lain, sontak membuat Abram merasakan hatinya memanas. Namun, lelaki itu tidak mau mengakui kalau ia sedang terbakar api cemburu saat ini.
"Aku tidak selingkuh, Mas." Gisela menggeleng sembari mengusap air mata yang sudah mengalir dari kedua sudut matanya.
"Cih! Hapus air mata buayamu itu." Abram berdecih sembari melepas dasi dan jas secara kasar. Lalu melemparkan ke sembarang arah. Dengan cekatan Gisela memunguti pakaian milik suaminya lalu memasukkan ke keranjang kotor. "Jangan berusaha berbohong padaku! Aku tahu kamu bertemu lelaki lain atau bahkan jangan-jangan kamu juga sudah bercinta dengannya!"
Suara Abram yang menggelegar berhasil menghentikan gerakan tangan Gisela yang masih berada di dalam keranjang. Hati wanita itu serasa ditusuk duri yang teramat tajam saat mendengar ucapan Abram yang begitu melukai hatinya. Entah dapat pikiran dari mana Abram berbicara seperti itu dan tanpa berbelas kasihan sedikit pun pada perasaan Gisela.
"Kenapa kamu diam saja? Pasti ucapanku benar 'kan?" Abram berusaha memojokkan Gisela.
"Tidak, Mas. Tadi aku hanya tidak sengaja bertemu di toko. Lagi pula, dia hanyalah sebatas temanku. Tidak lebih," ujar Gisela membela diri.
Gelakan tawa Abram pun terdengar keras hingga membuat Gisela bergidik ngeri. Tawa menyeramkan seperti orang yang sedang kerasukan. "Teman? Zaman sekarang mana ada teman. Yang ada perselingkuhan dengan berkedok teman!"
"Sumpah, Mas. Dia hanya teman sekolahku dulu. Lagi pula, kamu belum tahu siapa aku. Kamu hanya mengenalku sebentar sebelum kita menikah. Itu saja. Kalaupun aku menjelaskan—"
"Sudah diam! Sekali lagi kamu berbicara aku tidak akan segan-segan merobek mulutmu!" sergah Abram.
"Baiklah. Kuharap kamu tidak akan berpikir macam-macam padaku, Mas." Gisela pun memilih menyudahi pembicaraan itu sebelum terjadi perdebatan yang sengit. Ia hanya ingin menghindar dari pertengkaran.
"Eh, tunggu dulu!"
Gisela berhenti saat mendengar perintah Abram. Ia berbalik dan melihat Abram yang sedang tidur tertelungkup sembari menatap ke arahnya.
"Kamu masih minum pil KB itu secara rutin 'kan?" tanya Abram penuh selidik. Gisela mengangguk cepat. "Baguslah. Aku tidak ingin kamu hamil apalagi aku tidak tahu dengan siapa saja kamu bercinta. Aku tidak sudi mengasuh anak orang lain," sarkas Abram. Kemudian, ia memejamkan mata dan berusaha untuk tidur tanpa merasa bersalah sama sekali karena ucapannya sudah melukai hati Gisela.
Semoga kamu bisa membuka hatimu dan mecintaiku, Mas. Aku pun akan berusaha menutup pintu hatiku untuk orang lain termasuk masa laluku.