Nasyifa Zahira Jacob..gadis cantik,ceria dan multi talenta,hidup di keluarga harmonis dan sangat di sayang oleh kedua orang tuanya,juga Kakak sepupu laki-lakinya,dimanja bak putri raja, hidupnya seakan tak pernah ada masalah,nyaris sempurna
Gerald Alexander Lemos...pemuda tampan,genius,multi talenta..terlahir dari keluarga harmonis dan kaya raya,merajai pasar modal Asia dengan berbagai bisnis yang keluarganya punya,siapa yang tidak kenal keluarga Alexander dan keluarga Lemos? penyatuan keluarga terpandang yang sulit untuk di taklukkan.
Bagaimana jadinya jika seorang gadis manja dengan penuh kelembutan di satukan dengan pria dingin,arogan dan tak tersentuh?
kisah mereka yang belum usai membuat pertemuan pertama setelah sekian lama terpisah menjadi kisah penuh rasa..sakit,kecewa,namun membuat keduanya harus terikat pada satu hubungan rumit.
Mampukah keduanya memecahkan benang merah antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Suara canda tawa terdengar sayup di telinga Gerald,ia yang tertidur di waktu menjelang pagi, membuat nya merasa terganggu dengan suara yang terdengar semakin jelas di telinga nya,suara seseorang yang sedang mengobrol dengan sesekali tertawa renyah,memaksa Gerald membuka matanya.
Gerald melihat jendela kaca dekat sofa yang ia tiduri, ternyata hari sudah cukup terang, terlihat dari sinar matahari yang begitu cerah, Gerald menggerakkan tubuhnya yang terasa kram, mungkin karena ia tertidur di sofa yang akan di pastikan tidak mendapatkan posisi yang nyaman.
Kaki panjangnya melangkah mendekati bangkar sang Oma, sesekali ia masih menguap,tapi ia penasaran dengan siapa sang Oma bicara dan terdengar begitu bersemangat,selain itu Gerald juga merasakan lapar pada perutnya, sejak semalam ia belum menyentuh nasi, nafsu makan nya seakan hilang sejak pertemuannya kembali dengan Syifa dan semakin parah setelah kejadian kemarin di lift, hatinya semakin gelisah tak menentu.
Namun langkah nya seketika terhenti saat matanya melihat sosok yang sangat ia kenal yang tengah duduk di sisi ranjang Oma Irma seraya tersenyum menanggapi cerita Oma irma, tangan nya terlihat sedang mengupas jeruk yang bisa di pastikan untuk Oma.
Hal yang sama juga terjadi pada Syifa, tubuhnya terasa kaku dengan tatapan terfokus pada objek di depan nya, lidahnya terasa kelu hanya untuk sekedar menyapa,hal itu membuat Oma Irma menyadari perubahan Syifa.
" Kamu sudah bangun..? Kemari...men dekat lah Oma ingin mengenalkan kamu dengan Syifa,dia putri dokter Alamsyah" ucap Oma Irma.
" Syifa...ini cucu Oma, namanya Gerald, putra Tante Rosella.." ucap Oma Irma seraya menatap lembut Syifa.
" Oh iya Oma". jawab Syifa pelan.
Gerald tak mungkin menolak,ia juga tak menjawab, kakinya melangkah mendekati Oma Irma, matanya menatap tajam wajah cantik Syifa, pandangan yang tak bisa Syifa prediksi.
" Oma sudah makan ?" tanya Gerald dingin.
" Sudah sayang, Oma ga bangunkan kamu karena hari ini hari Minggu" ujar nyonya Irma pada sang cucu.
" Aku akan mandi" jawab Gerald singkat,tak sedikitpun ia menyapa gadis cantik yang sedang tertunduk di sisi ranjang Oma nya, Syifa meremas kuat kedua sisi dress nya.
" Ya... mandilah, setelah itu kamu bisa menemani Syifa disini, jadwal terapi Oma sebentar lagi " jawab Oma Irma.
" Aku akan keluar,ada janji dengan seseorang " jawab Gerald dingin, tanpa menunggu jawaban sang Oma, Gerald langsung meninggalkan Syifa dan Oma Irma,ia memasuki kamar mandi seraya membawa sebuah paper bag.
" Ga apa Oma Syifa bisa menemani Oma terapi" ucap Syifa cepat,mana mungkin ia berada di dalam satu ruangan dengan Gerald.
" Tidak perlu sayang... percuma juga,saat di sana nanti tidak ada yang di izinkan masuk kecuali pasien dan terapis saja,kamu akan sangat bosan menunggu Oma di luar hingga beberapa jam" tolak Oma.
" Kalau begitu Syifa izin pulang saja Oma " putus Syifa sedikit ragu.
" Kamu tega ninggalin Oma sendiri? Hari ini semua sibuk,Oma ga ada yang menemani " ucap lirih Oma Irma dengan wajah sendu dan itu membuat Syifa serba salah.
" Ba-baik lah Syifa akan temani Oma hari ini" putus Syifa, sedangkan Gerald sudah tak tampak lagi.
" Maafkan Gerald ya sayang..dia
Memang sedikit kaku pada orang baru" mohon Oma Irma canggung,beliau merasa tak enak hati pada Syifa dengan tingkah Gerald.
" Ga apa-apa kok Oma,itu hal biasa bukan untuk orang yang belum saling mengenal" jawab Syifa lembut, sekuatnya ia berusaha menarik bibirnya agar tersenyum.
" Terimakasih ya sayang atas pengertian kamu, Oma percaya..kamu adalah gadis yang sangat baik" puji Oma Irma.
" Oma terlalu berlebihan, Syifa ga sebaik itu Oma,masih sangat banyak orang yang lebih segalanya dari Syifa " jawab Syifa merendah, walau ia sering mendapatkan berbagai pujian dari banyak orang,tapi Syifa menganggap itu sebagai ujian dan ia harus lebih berhati-hati agar tidak bersikap jumawa, sehingga membuat ia melupakan bahwa dirinya hanyalah patung Tuhan.
" Itu tidak berlebihan sayang, Oma kenal kamu sejak kamu masih balita,kamu memang istimewa,kamu cantik,pintar,baik dan sangat santun,dan Oma semakin kagum saat tau ternyata kamu ber hijab" jujur Oma Irma.
" Subhanallah... semua yang ada pada diri Syifa adalah milik Allah, Allah menitipkan nya pada Syifa Oma,maka wajib untuk Syifa menjaga dan merawatnya, hingga saat tiba saatnya Allah ambil kembali maka Allah tidak akan merasa kecewa pada Syifa, karena Syifa sudah berusaha menjaganya sebaik mungkin " jawab Syifa panjang .
Obrolan kedua wanita beda generasi itu terhenti saat seseorang keluar dari kamar mandi, siapa lagi kalau bukan Gerald,si tuan muda Lemos.
Gerald tampak lebih segar, aroma maskulin menguar ke seluruh ruangan, mungkin bersumber dari sabun Atau shampo mahal yang ia gunakan,ia melangkah ke arah sofa seraya menggosok-gosok rambutnya yang basah, sebuah kaos berwarna grey di padu dengan celana jeans berwarna senada,ia tampak begitu tampan dan Syifa mengakui itu dalam hati kecil nya.
" Kamu akan langsung pergi?" tanya Oma Irma saat melihat Gerald yang terlihat sibuk merapikan laptopnya serta beberapa berkas yang tadinya sedikit berantakan di atas sebuah meja di dekat sofa.
" Mungkin sebentar lagi" jawab Gerald singkat, tangan nya beralih menari di atas gawai nya, dengan lincah menggeser dan sesekali menekan layar datar benda 2" itu,ia seakan tak perduli dengan keberadaan Syifa di ruangan yang sama dengan nya.
Keheningan kembali terjadi setelah perawat menjemput nyonya Irma untuk terapi.
Oma Irma baru saja di bawa ke ruang terapi oleh beberapa perawat, membuat suasana menjadi hening dan sangat Canggung.
Dan tak lama terdengar dering dari benda canggih milik Gerald.
📱_" Ya...atur saja ...aku akan datang" ucap Gerald pada seseorang di balik telfon nya.
Sedangkan Syifa memilih menyibukkan dirinya dengan handphone milik nya, sesekali ia tersenyum, gadis cantik itu sedang berbalas chat dengan kedua sahabatnya di grup mereka yang di beri nama grup Tantrum, yang berisi hanya ia dan kedua sahabatnya, rencananya ia akan keluar ke kantin seraya menunggu Oma Irma selesai di terapi.
Melihat Syifa yang terlihat begitu asyik dengan ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri membuat sesuatu dalam hati Gerald memanas,ia merasa Syifa benar-benar sudah berubah, padahal ia sendiri yang meminta agar Syifa tak pernah menganggap bahwa mereka pernah saling mengenal.
Brak...
" Astaghfirullah..." istighfar Syifa saat mendengar sesuatu terjatuh dari meja tempat Gerald berada,mata Syifa sedikit melotot tak percaya saat melihat laptop yang tadi berada di atas meja sudah tergeletak di lantai, ingin bertanya tapi Syifa urungkan mengingat ucapan Gerald padanya.
Akhirnya Syifa memutuskan melangkah ke kamar mandi,saat bersamaan handphone nya berdering, mendapat panggilan dari seseorang.
" Assalamualaikum bang.." jawab Syifa cepat dengan nada lembut, kakinya terus melangkah memasuki kamar mandi dan segera menutupnya,hal itu semakin membuat Gerald terbakar,ia bahkan meremas kuat handphone di genggamannya,kilat kemarahan jelas terlihat di sorot matanya.
Gerald bangun dari duduknya saat seseorang mengetuk pintu ruangan sang Oma, ia membuka pintu dan meraih sebuah paper bag berlogo salah satu restoran ternama, Resto tempat ia memesan makanan untuk nya.
Dan saat ia berbalik dari pintu, bersamaan dengan Syifa yang juga baru keluar dari kamar mandi, wajah nya terlihat sedikit basah,dapat di simpulkan bahwa gadis cantik itu baru saja membasuh wajahnya, Syifa terlihat masih fokus pada ponselnya.
Hap...Brak..
Dengan begitu cepat ponsel di tangan Syifa sudah berpindah ke tangan Gerald dan tanpa diduga ponsel tersebut sudah menyentuh lantai, membuat Syifa terkesiap dengan perlakuan Gerald, matanya menatap wajah tampan Gerald bergantian ke arah handphone milik nya yang sudah hampir tak berbentuk lagi.
" Kakak..." ucap Syifa pelan,sarat akan tanya.
Grep...
Tak menjawab Gerald justru meraih pergelangan tangan Syifa dan menariknya menuju ranjang yang tersedia di ruangan VVIP tersebut, yang di pastikan ranjang itu di sediakan untuk tempat beristirahat keluarga pasien.
" Ka-k...UPH..." ucapan Syifa terpotong oleh tindakan Gerald yang dengan sangat cepat telah menempelkan bibirnya di atas bi-bir ranum Syifa,hal itu membuat Syifa terkesiap dengan mata melotot sempurna.
Sekuat tenaga Syifa meronta-ronta, tangan nya memukul-mukul dada bidang Gerald yang kini berada tepat di atas tubuhnya, tanpa terasa air mata Syifa mengalir deras membasahi pipinya,tapi seakan mati rasa.. Gerald tak ingin perduli dengan semua itu,ia meraih kedua tangan Syifa dan meletakkannya di atas kepala gadis cantik itu, membuat tubuh keduanya nyaris menempel sempurna.
Gerald menghentikan lu-ma-tan nya saat merasakan Syifa susah bernafas,ia menatap dalam wajah cantik Syifa yang terlihat matanya terpejam,namun air mata masih terus mengalir, bibir Syifa tampak bergetar dengan dada yang terlihat sesak.
" Bukan kah sejak pertama kali sudah aku katakan bahwa kamu adalah milikku Nasyifa...?" ucap Gerald dingin dengan penuh penekanan.
Syifa tak menjawab, ia hanya menggeleng dengan bibir yang masih bergetar, rasanya ia tak sanggup melihat wajah pria yang ia yakini masih berada di atas tubuhnya, hatinya sakit di perlakukan seperti itu oleh pria yang dulu pernah diam-diam sangat ia kagumi.
Melihat Syifa yang menggeleng, membuat Gerald sangat marah,ia kembali mendaratkan ciuman di atas bibir Syifa,tak hanya kecupan,tapi Gerald me-lu-mat dengan sangat dalam,ia menyadari bahwa dirinya menginginkan lebih dari itu pada gadis yang kini berada di bawah kukungan nya.
Dan kali ini Syifa tak lagi melawan,tapi juga tak merespon apapun,ia seakan mati rasa, melawan pun tak ada gunanya, tenaganya kalah jauh dengan Gerald yang memiliki tubuh atletis,dalam hati ia terus melafalkan Doa memohon ampun kepada Allah dan ia memohon agar tak akan pernah dipertemukan lagi dengan Gerald, hingga Gerald menyudahi tautan keduanya,ia menempelkan kening nya di atas kening Syifa, matanya turun terpejam,ia tak ingin melihat air mata di wajah Syifa.
Saat keduanya sedang sibuk dengan pikiran masing-masing, dengan posisi tubuh masih seperti semula, tiba-tiba pintu terbuka disertai suara keras seseorang, membuat Syifa terkesiap serta refleks membuka matanya, dan hal yang sama juga terjadi pada Gerald,ia sampai terlonjak dan bangkit dari atas tubuh Syifa.
" Apa yang kalian lakukan?" bentak suara bariton seseorang penuh dengan nada emosi, wajah pria paruh baya itu memerah menahan amarahnya.
Bug..
Satu bogem mentah mendarat tepat di wajah tampan Gerald, siapa lagi pelakunya kalau bukan sang papa, Arkan Angkasa Lemos,beliau begitu terkejut saat melihat tindakan sang putra.
"A-ayah..Syi-syifa bisa jelasin,ini ga seperti yang Ayah lihat, Syifa bersumpah Ayah" ucap Syifa lirih dengan air mata yang mengalir semakin deras.
Tak menjawab, dokter Alamsyah terdiam dengan wajah menunduk dalam, kedua tangan beliau menutup wajah yang mungkin saja ingin menangis karena terlalu kecewa dengan sang putri" Ayah kecewa sama kamu nak,sangat kecewa, ternyata Ayah telah gagal mendidik mu" ucap lirih dokter Alamsyah.
" Gak yah...gak..bukan Ayah yang gagal,tapi Syifa yang telah gagal menjaga diri yah, maafkan Syifa... hukum Syifa yah, apapun hukuman nya Syifa akan terima " mohon Syifa lirih,ia menggeleng melihat sang ayah yang terlihat begitu lemah.
" Maafkan putraku Al.. katakan apa yang harus kami lakukan? Kami siap dengan segala keputusan yang akan Kamu ambil" ucap tuan Arkan pelan.
Tak menjawab, lagi-lagi dokter Alamsyah terdiam,beliau hanya menggeleng, sedangkan Syifa terus menangis seraya berusaha menyentuh sang ayah yang terlihat begitu ingin menghindar dari nya.
" Cukup rahasiakan semua ini,saya yakin belum terjadi sesuatu yang lebih jauh di antara mereka,saya putuskan akan membawa putri saya jauh dari kota ini,dan hari ini juga saya memutuskan untuk mengundurkan diri saya dari rumah sakit anda tuan Arkan" putus dokter Alamsyah yakin.
Pernyataan ayah dari Syifa membuat Gerald sangat terkejut,ia sampai membelalakkan matanya,seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dan ia ga mungkin membiarkan itu terjadi, sesakit apapun hatinya pada Syifa,tapi ia tetap tak akan rela jika Syifa dimiliki pria lain,itu akan lebih menyakitkan.
" Saya akan menikahi Syifa hari ini juga, karena memang pada dasarnya kami sudah menjalin hubungan sejak lima tahun lalu,saat masih di High school " ucap Gerald tegas, matanya menatap Syifa, melihat gadis cantik itu menggeleng kuat.
" Anda tidak perlu melakukannya tuan muda" jawab dokter Alamsyah pelan, beliau tak ingin di anggap matre sehingga memanfaatkan keadaan.
" Tapi hubungan kami sudah sangat dekat Om, bahkan lebih dari yang Om lihat tadi" ucap Gerald tegas, sedangkan Syifa langsung melotot sempurna seraya menggeleng cepat mendengar pengakuan palsu Gerald.
" Ga yah..itu bohong" jawab Syifa cepat.
" Sayang... sudah cukup kita sembunyikan hubungan kita,papa mama tau tentang hubungan kita, bahkan mereka tau apa yang kita lakukan saat kamu datang ke mansion,atau kamu mau aku tunjukkan rekaman CCTV nya ke ayah?" ucap Gerald tenang,ia sungguh benar-benar hebat dalam ber akting.
" Kak.." ucap Syifa lirih, rasanya ia sudah tak sanggup lagi untuk mengatakan apapun,saat melihat tatapan kecewa dari sang Ayah.
" Al...aku setuju dengan keputusan putra ku, sebaiknya kita nikah kan saja mereka sekarang" ucap tuan Arkan tenang menyetujui keputusan sang putra.
" Dan ya..secara tak sengaja aku memang melihat rekaman CCTV di mansion ku saat putri mu datang tepat satu hari sebelum keberangkatan Gerald ke inggris,aku sengaja tak memberitahu mu, karena aku yakin hubungan mereka serius" tambah tuan Arkan meyakinkan.
" Tapi i-itu bukan di sengaja yah, Om... itu kak Gerald yang melakukannya " aku Syifa tak ingin di tuduh lebih lagi, sedangkan dalam hati tuan Arkan tertawa geli mendengar pengakuan polos Syifa.
" Tapi Ar.." ucap dokter Alamsyah masih ingin menolak.
" Oma... setuju, lakukan sekarang juga,Ar kamu hubungi Ros dan Almira agar segera pulang sekarang,dan hubungi orang kepercayaan mu untuk segera membawa Penghulu ke sini sekarang juga" putus Oma Irma cepat, membuat semuanya bungkam.