Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Suara deru mobil terdengar di halaman depan rumah keluarga Miranti. Aqilla dan Alvaro turun dari taksi yang di tumpangi nya. Tangan Aqilla dingin, keringat sebesar biji jagung menetes di dahinya. Dia gugup sekaligus takut menghadapi amukan sang mama.
Alvaro menggenggam tangan Aqilla untuk memberikan kekuatan. Setelah menarik nafas dalam-dalam dan sudah di rasa lega. Mereka berdua pun memberanikan diri membuka pintu utama rumah megah itu. Tangan Aqilla gemetar membuka engsel pintu. Seperti habis lari dari kejaran setan.
Pintu utama terbuka, Alvaro dan Aqilla mematung di tempat. Miranti dan Adnan sudah berada tepat di depan mereka. Menatap tajam penuh amarah ke arah keduanya.
Plak...
Tanpa basa-basi Miranti langsung maju selangkah dan menampar pipi gadis itu dengan kuat. Wajah Aqilla tertoleh ke samping, tercetak dengan jelas warna merah yang membekas di pipinya. Pertahanan Aqilla runtuh, air matanya kembali turun tanpa di minta.
"MAMA!!!" teriak Alvaro tak di hiraukan oleh Miranti.
Miranti kembali menjambak rambut Aqilla dengan kasar hingga wajahnya mendongak ke atas. Sementara Adnan berdiri di belakang Miranti dengan senyum kemenangan. dia seperti sedang menyaksikan pertunjukan yang menyenangkan.
"DASAR KURANG AJAR KAMU YAA!! KURANG KERAS DIDIKAN SAYA SELAMA INI!! SAMPAI BERANI KAMU MENGGODA ABANG KAMU SENDIRI HAH?!"bentak Miranti tepat di depan muka Aqilla.
"Sakit.. Ma. Aku gak pernah godain Abang. Dia yang udah ngerusak aku ma. Abang yang udah ngerusak aku secara paksa,"ucap Aqilla terbata menahan sakit di kepala nya.
"MASIH GAK MAU NGAKU KAMU, DASAR WANITA MURAHAN!! Berapa waktu yang lalu kamu godain teman sekelas kamu, dan sekarang kamu godain Abang kamu sendiri. MAU JADI APA KAMU!?"
"A..aku gak bohong ma. Aku berani bersumpah...aku gak godain abang. aku bisa jelasin ma, tolong lepasin rambut aku. Sa... kit,"rengek Aqilla.
"Gak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Pasti kamu duluan yang mancing-mancing Adnan buat ngelakuin itu. KAMU LIHAT LUKA ADNAN, ITU ULAH KAMU KAN KARENA ADNAN GAK MAU NGELAKUIN APA YANG KAMU MAU?!"bentak Miranti. Dia menarik rambut Aqilla kasar dan mendekatkan wajah Aqilla ke arah Adnan.
Air mata Aqilla sudah membanjiri wajahnya bersama rasa sakit yang ia terima. Benar dugaan nya walaupun dia berkata jujur Miranti tidak akan mempercayai nya.
"mama lepasin kak aqilla. kasihan dia ma, aku yakin kak Aqilla gak salah. Pasti bang Adnan udah memutar balikkan fakta. Dan luka di kepala dia itu memang kak Aqilla yang buat, tapi itu karena buat menyelamatkan aku dari pukulan dia. Yang harus mama hukum itu si bajingan ini bukan kak Aqilla," jelas Alvaro berapi-api.
Tangan Adnan mengepal mendengar ocehan Adiknya itu. Dia hendak memukul Alvaro saat itu juga tapi tak boleh gegabah. Karena dia harus berlagak sebagai korban di depan Miranti.
"DIAM KAMU ALVARO!! sudah mama bilang berkali-kali jangan ikut campur urusan orang dewasa. Ini akibatnya kalau kamu sering dekat sama kakak kamu yang gak tahu diri ini,"
"atau jangan-jangan kamu juga melakukan hal yang sama pada adikmu ini Aqilla. Kalian kabur dari rumah dan karena Adnan gak mau, lalu kamu melampiaskan ke Alvaro. IYA!! JAWAB JALANG!!" teriak Miranti di telinga Aqilla. Matanya merah menatap nyalang ke arah Aqilla.
Aqilla masih terisak, dia menggeleng kuat. Sakit sekali rasanya ibu kandung nya sendiri tega berucap kasar seperti itu pada Aqilla yang notabene anak kandung nya.
"Enggak ma. Aku gak ngelakuin apa pun. Aku gak goda bang Adnan. Bang Adnan yang salah dia yang merusak aku ma. Tolong mama percaya sama omongan aku kali ini aja,"lirih Aqilla. Sorot matanya penuh dengan luka, Aqilla melihat Miranti dengan tatapan memohon.
" Dia yang godain aku ma. aku disuruh minum air yang mungkin udah di campur obat sama dia. Sampek- Sampek aku gak sadar ngelakuin itu. Dia juga yang mancing aku masuk ke kamarnya dengan pakai pakaian sexi.Dia dalang dari semua nya ma," bela Adnan.
"Enggak ma.. Itu gak benar. Aku bahkan gak punya celana pendek. Aku gak pernah ngelakuin itu ma,"jawab Aqilla.
"Terus ini apa? Ini ada di laci kamar kamu. Mau ngelak lagi?"
Suasana kian menegang saat Miranti mengeluarkan satu kotak pil tablet yang ternyata adalah "obat perangsang pria" dari saku celananya. Ia mengeluarkan satu strip obat yang baru berkurang satu.
Wajah Aqilla menegang, mulutnya terbuka sedikit. Ia terkejut, bagaimana mungkin ada benda itu di kamarnya. Dia gak pernah membeli itu dan untuk apa.
"Ma, itu bukan punya aku ma. Bukan aku yang beli itu, aku juga gak tau kenapa itu ada di kamar aku," elak Aqilla.
Plak..
Aqilla kembali mendapat tamparan keras di pipi satunya lagi. darah segar menetes dari sudut bibirnya yang terkoyak. Alvaro terkejut dia berusaha melindungi kakaknya dari serangan Miranti yang sudah semakin murka.
Beda dengan Adnan yang tetap tenang tanpa berniat menengahi. Karena ini sudah termasuk dalam rencana nya. Dia lah yang telah memasukkan obat itu ke kamar Aqilla. Dia juga sengaja meminta Miranti menggeledah kamar Aqilla untuk mendapatkan bukti.
"SAYA GAK PERNAH NGAJARIN KAMU BERBUAT SEPERTI ITU!! JADI BEGINI KELAKUAN KAMU SELAMA SAYA GAK ADA, IYAA? SIAPA YANG KAMU CONTOH AQILLA, BAPAK KAMU YANG BRENGSEK ITU HAH!?" teriak Miranti menunjuk muka Aqilla yang berada di pelukan Alvaro.
"Ma, udah cukup. Kita cari tahu dulu sama-sama kebenaran nya. Gak mungkin kak Aqilla ngelakuin itu ma," ucap Alvaro pelan.
"DIAM KAMU ALVARO!! sekarang mama minta kamu ke kamar dan jangan ikut campur urusan ini. MASUK ATAU MAMA GAK AKAN ANGGAP KAMU SEBAGAI ANAK LAGI!!" ancam Miranti.
Alvaro terdiam. Rahangnya mengeras menahan amarah. Satu-satunya ancaman yang tak mungkin bisa dia tolak. Dengan lembut ia melepaskan pelukannya dari Aqilla. Di usapnya punggung sang kakak sebelum masuk ke dalam kamar nya.
Matanya tajam saat beradu pandang dengan Adnan. Alvaro akan berusaha untuk mencari bukti bahwa apa yang di katakan sang mama tidaklah benar.
Miranti kembali menarik lengan Aqilla kasar dan mendorong nya ke teras rumah. Hingga ia jatuh terduduk di lantai. Koper dan tas yang berada di ruang tengah di campakkan nya di samping Aqilla.
"Sini kamu. saya rasa hukuman-hukuman yang lalu itu tidak cukup untuk kamu. Dan mulai sekarang KAMU KELUAR DARI RUMAH SAYA!! KAMU BUKAN ANAK SAYA LAGI!!" ucap Miranti.
"Tapi ma, Aqilla mau tinggal di mana. Aqilla mohon ma, jangan usir aku. Aqilla gak salah," rengek Aqilla.
Dia merangkak mendekati Miranti dan mencium kaki ibunya. Aqilla bersujud di kaki Miranti, memohon agar Miranti mau menerima nya lagi. Dia tak punya siapa-siapa lagi selain keluarga nya.
"Saya gak perduli karena kamu udah kelewatan Aqilla. Ini hukuman yang setimpal buat kamu. Terserah kalau kamu godain om-om diluar sana juga saya udah gak peduli. Asalkan jangan anak saya yang kamu ganggu,"
"Tapi aku juga anak mama. Bukan mereka aja anak yang anak mama," potong Aqilla.
"KAMU BUKAN ANAK SAYA. DAN SAYA NYESEL UDAH NGELAHIRIN KAMU KE DUNIA INI AQILLA. TINGGAL AJA SANA SAMA BAPAK KAMU, SAYA UDAH GAK PERDULI LAGI!!" teriak Miranti mendorong tubuh Aqilla menjauh dari kakinya.
Deg..
Baru kali ini Aqilla mendengar sendiri kalimat itu meluncur dengan mulusnya dari mulut sang mama. Berbagai hinaan, caci maki sudah banyak ia terima. Tapi kalimat itu seolah membuat Aqilla kembali tersadar bahwa memang seharusnya dia gak lahir ke dunia. Sakit...sakit sekali rasanya mendengar sang ibu berucap seperti kepada darah dagingnya sendiri.
Aqilla membeku di tempat. Berusaha mencerna maksud dari ucapan Miranti.
Alvaro yang memang belum sampai ke kamarnya. kembali berbalik, saat mendengar bahwa Miranti akan mengusir kakaknya.
"Kalau kak qilla pergi dari sini. Aku juga akan keluar dari rumah ini ma," tantang Alvaro ketika berada di samping Miranti.
"Silahkan kalau kamu mau ikut dia. tapi jangan harap kamu bisa ketemu mama lagi di dunia ini," Ancam Miranti.
Aqilla berdiri, mengelus lembut pundak sang adik. Guna menenangkan nya. Matanya yang basah melihat Alvaro dengan penuh sayang.
"Dek, gak papa. Ingat yang Kaka bilang tadi yaa. Kamu disini aja jagain mama. Kapan-kapan kita ketemu lagi. Kakak sayang kamu," lalu ia beralih menatap Miranti yang membuang mukanya.
"Ma, maaf kalau aku belum bisa jadi anak yang baik dan membanggakan. Gak papa mama belum bisa percaya sama aku. Dan aku gak akan maksa itu. Aku harap, mama sehat-sehat terus yaa. Aku pamit ma.." tandas aqilla.
Aqilla mengambil tas dan kopernya. Kemudian berjalan lesu menuju gerbang rumahnya. Sesekali Aqilla memalingkan wajahnya mengamati setiap inci rumah besar itu yang penuh akan kenangan manisnya bersama Teguh dulu.
"MAMA JAHAT!! AKU GAK MAU PUNYA IBU KAYAK MAMA!!" teriak Alvaro hendak mengejar Aqilla.
"Adnan, kurung Alvaro di kamarnya. Jangan biarkan dia keluar menemui Aqilla"perintah Miranti.
Adnan segera menarik tubuh Alvaro yang lebih kecil darinya. Mengunci pergerakan Alvaro agar tak bisa kemana-mana. Remaja itu berusaha berontak dari tangan sang Abang. Namun lagi-lagi dia kalah kuat.
Adnan mendorong tubuh Alvaro ke dalam kamar hingga pinggang nya membentur pinggiran kasur.
"Kamu liat kan, siapa yang akhirnya menang. Wanita itu gak ada guna nya disini. percuma aja kamu belain dia terus juga tetap aja gak ada hasilnya," ucap Adnan menyeringai.
"Dasar laki-laki bejat. Harusnya kamu yang pergi bukan kak Aqilla. Aku yakin suatu saat pasti semua orang juga tahu kelakuan busuk kamu," balas Alvaro tak kalah tajam menatap Adnan.
"Yaa kita lihat aja nanti. Kamu masih kecil, mendingan main kelereng aja deh bareng teman-teman kamu. Gak usah ikut urusan orang dewasa ya. Bye..." ucap Adnan tenang. Adnan keluar dari kamar Alvaro dan menguncinya dari luar.
"Pah, maaf aku udah gak kuat," lirih Aqilla.
Pandangannya seketika mengabur dan semua menjadi gelap.Aqilla tergeletak di pinggir jalan yang sepi. Tak ada satupun orang yang melintas.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.