"Kak Zavin kenapa menciumku?"
"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku, Viola."
Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat Zavin berusia 9 tahun dan Viola berusia 5 tahun. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, tak disangka Zavin jatuh cinta pada Viola. Dia sangat posesif dan berusaha menjauhkan Viola dari pacar toxic-nya. Namun, hubungan keduanya semakin renggang setelah Viola menemukan ayah kandungnya.
Apakah akhirnya Zavin bisa mendapatkan cinta Viola dan mengubah status mereka dari kakak-adik menjadi suami-istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
"Apa kamu anak kandungnya Pak Victor?" tanya Ryan tiba-tiba yang membuat Viola terkejut.
"Darimana kamu tahu soal itu?" tanya Viola sambil menatap Ryan. Apa Ryan masih memata-matainya tanpa Zavin suruh?
Ryan tak menjawabnya. Ia menutup kaca helmnya lalu pergi meninggalkan Viola begitu saja.
"Ryan!" panggil Viola. Ia akan mengejarnya tapi urung. Sedari dulu, Ryan memang penuh misteri. Bahkan saat ia berpacaran dengan Ryan dulu, ia sama sekali tidak tahu tentang keluarga Ryan. "Apa Kak Zavin yang memberi tahu Ryan? Nanti biar aku tanya sama Kak Zavin," gumam Viola.
"Viola, gue mau bicara sama lo!" Raisa berjalan mendekati Viola dan menahan stang motor Viola saat Viola akan melajukan motornya.
Viola membuang napas kasar dan menatap Raisa yang berdiri di dekatnya. "Ada apa lagi? Lo gak perlu buang tenaga jelaskan masalah itu sama gue karena gue udah gak percaya lagi sama lo."
"Vio, semua gak seperti yang lo pikirkan."
"Gak seperti yang gue pikirkan? Sekarang lo jawab jujur, lo tidur sama Dika gak?"
Raisa tak bisa menjawabnya.
"Kenapa lo diam? Lo gak bisa bohong lagi kan? Gue gak masalah lo sama Dika tapi setidaknya tunggu gue putusin Dika dan satu lagi, gue paling tidak suka dibohongi!" Viola menepis tangan Raisa yang masih memegang stang motornya kemudian ia melajukan motornya keluar dari area kampus.
"Kak Zavin ngapain ya? Apa ada di kantor? Aku butuh teman bicara." Lalu Viola membelokkan motornya menuju kantor Zavin.
Beberapa saat kemudian, ia sampai di depan perusahaan papanya. Saat ia akan masuk ke dalam tempat parkir, ia melihat Zavin yang berjalan keluar dari perusahaan.
"Kak Zavin kemana? Tumben jalan?" Viola turun dari motornya dan diam-diam mengikuti Zavin yang berjalan ke taman kantor yang berada di samping perusahaan.
Viola bersembunyi di dekat tembok saat melihat Zavin menemui seorang wanita cantik. Ia terkejut saat melihat wanita itu memeluk Zavin dengan erat.
"Mengapa rasanya sakit?" Viola mengusap dadanya sendiri karena tiba-tiba dadanya terasa sakit melihat pelukan itu, apalagi sangat terlihat jelas wanita itu menatap Zavin dengan penuh cinta.
"Apa sebenarnya Kak Zavin punya pacar? Apa Kak Zavin menganggapku hanya mainannya saja setelah apa yang Kak Zavin lakukan sama aku?"
Perlahan Viola membalikkan badannya dan pergi dari tempat itu.
"Sifa, jangan peluk seperti ini! Nanti ada yang lihat." Zavin mendorong Sifa agar melepas pelukannya.
"Lama aku gak ketemu kamu setelah kita lulus SMA. Kamu apa kabar?" tanya Sifa sambil tersenyum menatap Zavin setelah melepas pelukannya.
"Baik. Ada perlu apa kamu memintaku ke sini? Aku sibuk, pekerjaanku banyak."
"Iya, aku tahu kamu sangat sibuk, tapi aku kangen sama kamu. Kamu itu cinta pertamaku yang tidak mungkin aku lupakan sampai kapanpun."
Zavin hanya tersenyum miring mendengar pernyataan Sifa, lalu dia duduk di kursi taman. "Tapi kamu bukan cinta pertamaku."
"Iya, aku tahu." Kemudian Sifa duduk di sebelah Zavin. "Tapi, makasih kamu sudah menciptakan kenangan yang indah saat kita masih SMA."
"Kenangan? Kenangan apa?" tanya Zavin sambil mengernyitkan dahinya karena seingatnya, ia tidak pernah mau Sifa mendekatinya.
"Kamu sudah menolakku." Sifa tertawa cukup keras sambil memukul lengan Zavin. "Kamu gak pernah touring sama anak-anak? Atau sunmori, aku mau ikut."
"Aku udah gak punya motor sport. Kalau kamu cuma mau ngomong hal yang gak penting, lebih baik kamu pergi saja dari sini!" suruh Zavin.
Sifa hanya tertawa. "Kamu sudah mendapatkan cinta pertama kamu?"
"Masih proses."
"Kalau dia masih menolakmu, kamu datang padaku. Oke?" Sifa mengedipkan matanya lalu ia berdiri dan pergi meninggalkan Zavin.
Zavin hanya melihat Sifa yang berjalan menjauh. "Dari dulu gak pernah berubah."
...***...
Malam hari itu, Viola duduk di dekat meja belajarnya sambil menatap kosong layar ponselnya. Ia sudah memblokir nomor Dika dan Raisa agar mereka tidak bisa menghubunginya lagi.
Siapa yang mau pacaran sama kamu kalau kamu tidak mau disentuh sama sekali.
Kalimat Dika masih terngiang di kepalanya. "Apa skinship itu penting? Aku udah skinship sama Kak Zavin tapi Kak Zavin masih peluk cewek lain? Apa masih kurang? Ngeselin banget!"
Beberapa saat kemudian ada panggilan masuk dari Zavin. Awalnya ia abaikan tapi saat panggilan kedua, akhirnya Viola mengangkat panggilan itu.
"Vio, apa kamu sudah tidur?"
"Kenapa? Mau tidur di kamarku lagi?"
"Kenapa sedari tadi kamu terlihat kesal sama aku?"
"Aku udah putus sama Dika dan Kak Zavin tahu alasan Dika selingkuh? Itu karena aku gak mau skinship berlebihan sama Dika. Apa semua cowok memang kayak gitu?"
"Aku gak kayak gitu."
"Halah, Kak Zavin sama aja. Alasannya saja mau menjagaku padahal Kak Zavin sendiri juga tidak bisa menjagaku."
"Vio, aku ke kamar kamu sekarang!" Kemudian panggilan itu terputus.
Viola meletakkan ponselnya di atas meja lalu menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, itu berarti kedua orang tuanya sudah berada di kamar.
Mendengar ketukan pintu yang cukup pelan, Viola beranjak dari duduknya dan membuka pintu itu.
Zavin langsung masuk ke dalam kamar Viola lalu menutup dan mengunci pintu kamar itu. "Kenapa kamu marah seperti ini?" Zavin memegang bahu Viola dan menatapnya.
"Kak Zavin tadi siang kemana?"
"Aku di kantor menyelesaikan pekerjaan. Sorry, aku gak balas chat dari kamu. Tadi kamu langsung pulang kan?"
"Tidak! Aku tadi melihat Kak Zavin pelukan sama cewek. Kak Zavin tahu sendiri kan, aku paling tidak suka dibohongi."
"Jadi karena itu kamu marah?" Zavin tersenyum mendengar alasan Viola. "Dia hanya teman SMA-ku. Memang kamu gak dengar apa yang aku katakan sama Sifa?" tanya Zavin sambil duduk di tepi ranjang Viola.
"Aku pergi karena Kak Zavin mudah sekali pelukan sama cewek lain." Viola kembali duduk di meja belajarnya. Ia sengaja menghindari tatapan Zavin.
"Ciee, cemburu," goda Zavin.
"Nggak! Memang skinship itu penting bagi cowok?"
Zavin berdiri. Ia memutar kursi Viola lalu membungkukkan badannya dan menatap Viola lebih dekat. "Kalau kita saling mencintai, terkadang kita butuh sentuhan yang lebih dari sekedar kata-kata. Aku melakukan ini karena aku ingin memiliki kamu." Zavin mengangkat satu tangannya lalu menyentuh leher Viola. Ia mengusapnya lembut yang membuat Viola memejamkan matanya.
Beberapa detik kemudian, ia teringat hal penting yang harus ia tanyakan pada Zavin. Viola kembali membuka kedua matanya dan menatap Zavin. "Kak Zavin apa pernah bilang sama Ryan kalau aku anak kandung Pak Victor?"
Zavin menggelengkan kepalanya. "Tidak! Ryan udah gak pernah kirim laporan sama aku."
"Lalu darimana Ryan tahu?"
Thanks Mbak Puput
Ditunggu karya selanjutnya ❤️
perjuangan cinta mereka berbuah manis...
Semoga cepat menghasilkan ya, Zavin
semoga cepat diberi momongan ya ..
udah hak Zavin...
😆😆😆
Siapa ya yang berniat jahat ke Viola?