NovelToon NovelToon
Salahkah Aku Mendua

Salahkah Aku Mendua

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Teman lama bertemu kembali / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Tamat
Popularitas:231.4k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.

Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.

Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.

Salahkah, aku Mendua ~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Delapan Belas

Bastian dan Fanny sedang bersiap-siap untuk pulang ke kampung. Liburan semester telah tiba. Entah mengapa dia ingin menghabiskan liburan kali ini di kampung halamannya.

"Sudah siap? Jangan lama-lama nanti keburu siang!" seru Bastian.

"Tunggu sebentar kenapa sih, Tian. Nggak sabaran banget. Kamu mau ketemu siapa?" tanya Fanny sambil menyusun baju ke dalam tas.

"Tentu saja ingin bertemu kedua orang tuaku. Siapa lagi?" Bastian balik bertanya.

"Siapa tau sudah tak sabar ingin bertemu Dara. Ingat, Tian. Dia itu sudah menikah dan kamu juga sudah menjadi suamiku. Jangan pernah coba-coba untuk selingkuh dengannya!" seru Fanny.

"Siapa yang selingkuh? Jangan mencari masalah, Fanny! Sejak kuliah di sini, sekali pun aku tak pernah menghubungi Dara. Kamu tau itu!"

"Itu karena kau belum tau nomor ponselnya. Sekarang siapa tau kau telah meminta nomornya?"

Tanpa di duga, Bastian membanting buku yang ada di dekatnya. Dia sebenarnya sudah curiga saat Dara mengatakan jika dia pernah menghubungi Fanny, tapi istrinya itu dulu berkata tak tahu nomor Dara.

"Kau telah menyembunyikan nomor ponselnya, sekarang kenapa kau yang curiga aku menyimpannya?" tanya Bastian dengan nada cukup tinggi.

Fanny menghentikan kegiatannya mendengar ucapan suaminya itu. Dia lalu menatapnya tajam. Dia takut jika Bastian tahu mengenai kebenaran tentang dia yang pernah menyembunyikan nomor Dara.

"Apa maksud ucapanmu itu?" tanya Fanny.

"Kau pasti mengerti dengan apa yang aku katakan!"

"Apa kau menuduh aku menyembunyikan nomornya Dara?" tanya Fanny dengan suara sedikit gugup.

"Apa aku pernah mengatakan itu? Semua hanya pikiranmu saja, atau memang kau pernah menyembunyikan nomor ponselnya dariku?" Bastian balik bertanya.

"Kau yang minta jangan cari masalah, tapi kau sendiri yang cari2 masalah. Sebenarnya maumu apa, Tian? Jika kau masih belum terima Dara meninggalkan mu, kenapa kau lampiaskan rasa kecewanya padaku?" tanya Fanny lagi.

"Aku tak melampiaskan tapi aku curiga. Dan jika itu terbukti benar ...."

"Kau mau apa jika itu benar. Semua tak akan merubah keadaan. Kau dan Dara telah sama-sama menikah. Fokus saja dengan rumah tangga masing-masing. Belajar tanggung jawab dengan keputusan yang diambil. Kau telah menikah denganku itu artinya kau harus bertanggung jawab dengan pernikahan ini!" seru Fanny.

"Tanggung jawab apa yang kau minta? Dari awal kedua orang tua menjodohkan kita, sudah aku katakan jika aku tak bisa lagi mencintai wanita lain. Kau bilang akan menerima aku apa adanya dan tak akan menuntut apa-apa. Apa kau lupa dengan ucapanmu sendiri?" tanya Bastian.

Fanny teringat saat kedua orang tua mereka menjodohkannya, Bastian dari awalnya tidak setuju. Namun, dia mencoba meyakinkan pria itu jika semua akan baik-baik saja. Dia menerima calon suaminya apa adanya dan akan selalu berusaha membuat pria itu jatuh cinta dengannya.

"Jangan lupa, jika aku telah berusaha menjadi istri yang baik. Menerima kamu apa adanya. Berusaha juga agar kamu mencintaiku. Namun, bagaimana aku bisa masuk, jika kamu telah menutup hatimu itu!" seru Fanny.

"Sudahlah, Fanny. Kamu mau ikut pulang atau tetap di sini. Jam terus berjalan!"

Fanny akhirnya menyudahi menyusun pakaiannya. Dia langsung berdiri dan berjalan keluar. Bastian mengikuti dari belakang.

Dalam perjalanan keduanya hanya saling diam. Larut dalam pikiran masing-masing.

***

Dara terbangun dari tidur nyenyaknya, terjaga oleh rasa sakit yang muncul mendadak di perutnya. Belum sepenuhnya paham dengan situasi, dia memejamkan mata lebih dalam, berharap sakit itu hanyalah mimpi buruk. Namun, saat dia berusaha berbaring nyaman kembali, sakit itu semakin menjadi.

"Ahhh…" Dara mengerang pelan, menggigit bibirnya. "Kenapa tiba-tiba begini?"

Dia melirik jam dinding di sebelah ranjang; jarum pendek menunjukkan angka 3 dan panjangnya hampir ke angka 12. Hanya ada gelap malam, dan hanya suara detakan jam yang menemani kesunyian.

“Mas ...!” Dara mencoba memanggil suaminya, Rico, yang biasanya berbaring di sampingnya. Namun, kamarnya tampak sepi.

Dia meraba ponselnya di meja samping ranjang. Dengan cepat, Dara menyisir layar ponsel, harap-harap cemas. Memanggil Rico, dia menekan angka-angka di layar, tetapi layar hanya menunjukkan sinyal tak terhubung. Ditambah dengan rasa kesakitan yang makin memuncak, hatinya mulai bergetar.

“Ya Tuhan, Rico di mana?!”

Setelah pertengkaran mereka satu minggu lalu, Rico memang tetap pulang. Tapi dia jadi seperti saat ini. Kadang pergi hingga pagi tanpa kabar. Dara tak peduli, tapi kali ini dia butuh bantuan pria itu.

“Aku tidak bisa menunggu. Bayi ini ... sepertinya akan segera lahir,” ucapnya pada diri sendiri, berusaha menenangkan.

Dia menggigit bibirnya, kesakitan yang datang teramat perih. Satu tangannya menyentuh perutnya, seperti memberi dukungan untuk si bayi di dalamnya. Kaki yang terasa berat dia coba untuk digerakkan, pelan-pelan dia menghentakkan kaki ke lantai. Dia menghimpun kekuatan untuk berdiri.

“Bisa, Dara. Kamu bisa …," bisiknya dengan penuh harapan.

Setiap langkah terasa sangat berat. Melintasi lorong gelap menuju ruang tamu, dia berusaha untuk memusatkan perhatian pada napasnya. Dengan segenap kekuatan, dia menjangkau pintu depan.

“Ahhh .…” Dara mengerang lagi. Lalu, dia mendekap perutnya erat.

“Semoga saja aku masih bisa pergi ke rumah sakit tanpa bantuan siapa pun,” ucapnya pelan.

Setiap detik terasa begitu lambat. Rasa sakit di perutnya mendorongnya untuk bergerak cepat, sementara di sudut hatinya dia mengharapkan bantuan seseorang. Namun, rumah tetangga berjarak cukup jauh.

Dara akhirnya memutuskan berjalan kaki saja. Mau menggunakan motor dia takut tak kuat. Berharap ada seseorang yang muncul membantunya. Sangat menyesal dia tak pernah meminta nomor temannya satu pun. Di dalam gawainya hanya ada nomor pemilik toko tempat dia menitipkan kue.

"Apa aku harus minta bantuan salah satu dari mereka?" tanya Dara dalam hatinya.

Perut dan pinggulnya terasa sangat sakit. Dia mencoba berjalan menuju jalan raya, berharap ada bantuan nantinya.

Setelah menutup pintu, Dara mencoba berjalan. Dalam hatinya berdoa semoga semua baik-baik saja.

"Sayang, kamu harus kuat. Tetap bertahan hingga kita sampai ke rumah sakit atau bidan. Dari awal kita memang berjuang hanya berdua saja'kan? Jadi Bunda mohon kerja samanya. Kuat dan bertahanlah," gumam Dara pada dirinya sendiri.

Dengan semangat dan kekuatan yang ada, dia melangkah menuju jalan raya. Berharap ada keajaiban, seseorang datang membantu. Namun, Dara sadar jika dia tak boleh terlalu berharap, karena sekarang sudah pukul tiga hampir subuh.

Dara terus mencoba melangkah. Rumah bidan ada sekitar dua kilo jaraknya.

"Ya Allah, aku memohon padaMu, kuatkan aku dan bayi dalam kandungan ini. Selamatkan kami," doa Dara dalam hatinya.

**

Selamat Pagi. Mama kembali membawa rekomendasi novel karya teman. Bisa mampir sambil menunggu novel mama update. Terima kasih.

1
ayu cantik
suka
Farika Willesden
lumayan bgus certnya
Surati
bagus ceritanya 👍
Pepe Black Street
Amin
Ros Laini
kok aku ikutan nangis ya...
Sri Puryani
samawa bastian & dara
Sri Puryani
jangan menentang takdir Allah bu erna
Mimik Pribadi
Baru jga ktemu lgi sm Dara langsung ketahuan aja 🤦🏻‍♂️,nnt dikira Tian dan Dara sering ktemuan diblkng mantan istrinya,,,,,
Sri Puryani
lha ketaun deh ....tian yg gk sabaran pgn ketemu aja....bisa berabe nih...
Mimik Pribadi
Baru kali ini aku senang tokoh cwe nya ditampar,,,,bkn apa2 yah klo gak punya alasan kuat mana bisa Dara menggugat cerai suaminya yng Toxic,stlh ada bks kekerasan mngkn Rico tidak bisa berkutik lgi utk melepaskan Dara,secara ada bukti visum dan laporan ke pihak kepolisian ttng KDRT,smoga saja dipengadilan Agama Dara gak kesulitan dngn proses nya.
Mimik Pribadi
Coba saja nama pemesan nya ganti jngn Bastian,Asti apa Tia gitu /Facepalm//Facepalm/
Sri Puryani
hati" mencari teman dara
Sri Puryani
stlh cerai pergilah ke luar kota hidup baru disana dara....menjauhlah dr bastian dl
Sri Puryani
semoga rico tdk dendam
Sri Puryani
bercerailah dara dari pada stress kasihan anakmu
Sri Puryani
wah bisa" kong kalikong mereka berdua, dsr rico mata duitan
Sri Puryani
rmhnya dgn tetangga apa sgt jauh dara? kenapa tdk minta rlg tetangga?
Sri Puryani
dara kamu gk punya sahabat to dikampus? atau tetangga yg baik
Sri Puryani
dara....kamu dikelilingi wanita" jahat
Sri Puryani
kenapa sih ra kamu gk cerita tentang fany & mama nya tian? cerita dong biar kebuka semua nya jgn diam sj, jd orang berpikir negatif padamu
Mimik Pribadi: Iya bener kak,paling greget klo ada tokoh yng begini menye2,memilih dia menyembunyikan fakta lalu jdi sosok yng disalahkan,,,,

Klo ada yng mudah knpa milih yng rumit dan mempersulit 🤦🏻‍♂️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!