Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah
Bab. 14
Tanpa terasa waktu yang ditetapkan sebagai tanggal dan hari pernikahan mereka pun tiba juga.
Sesuai dengan permintaan kedua mempelai pengantin, tidak ada teman atau kenalan yang mereka undang. Kecuali kepala sekolah dan juga sebagian dari guru yang ada di SMA Dahlia. Itupun melalui perdebatan yang sangat rumit dengan Rinda tentunya. Karena memang anak itu sangat sulit sekali untuk di mengerti dan takut kalau sampai statusnya terbongkar di sekolah.
Beruntung, mama Ayumna memenangkan hati Rinda hingga mau dibujuk untuk mengundang guru di sekolah mereka. Hal itu ditujukan agar nanti tidak ada kesalahpahaman yang cukup berarti. Namanya juga masih remaja, pasti pikiran dan prinsip mereka sering kali berubah sesuai mood mereka.
"Sayang, agak dekatan dikit dong sama Mas Ghani!" teriak mama Ayumna ketika mengarahkan sang menantu berfoto agar lebih menempel pada suaminya.
"Mas?" ulang Rinda seraya menoleh ke arah mama mertuanya tersebut.
Sementara kedua tangannya masih berada di bahu Ghani. Namun, jarak di antara tubuh mereka masih ada setengah meter lebih. Membuat para orang tua itu gemas melihat tingkah pengantin remaja tersebut. Terutama mama Ayumna yang paling antusias.
"Iya, Sayang. Kan udah jadi suami Rinda. Jadi manggilnya jangan makai nama doang. Nggak sopan itu namanya," jelas mama Ayumna yang mempunyai niat terselubung.
Rasa-rasanya Rinda masih tidak percaya, ia menikah di usia yang bahkan tidak pernah Rinda bayangkan selama ini. Di tambah lagi menikah dengan balok kayu seperti pria yang ada di hadapannya saat ini.
"Enggak ah, Ma. Males. Masa modelan begini dipang—akh!" pekik Rinda yang tidak jadi melanjutkan pernikahannya di saat tubuhnya di tarik dengan paksa ke depan hingga membentur tubuh Ghani. Siapa lagi pelakunya jika bukan pria yang saat ini menatap tajam ke arahnya.
"Jangan banyak bicara. Turuti mereka agar semua ini cepat selesai," ucap Ghani dengan nada dan tatapan yang datar ke arah Rinda.
Rinda sendiri merasa tidak nyaman berada di pelukan Ghani. Seumur umur, baru kali ini Rinda di peluk sama cowok. Sialnya yang meluk dirinya bukanlah cowok yang dia idamkan. Justru malah sebaliknya. Bukan benci, tetapi Rinda sangat kesal saja dengan sikap Ghani.
"Ya tapi nggak usah meluk-meluk gini juga kali!" protes Rinda sembari mendorong dadaa Ghani agar ada sekat di antara mereka. Tidak terlalu menempel seperti koala kayak gini.
Bukannya dilepas, Ghani malah semakin menekan tangannya yang berada di pinggang Rinda. Membuat Rinda kesulitan untuk mendorong tubuh Ghani yang jauh lebih tinggi darinya. Tinggi Rinda saja hanya sebatas bahu Ghani. Itulah sebabnya mudah bagi Ghani untuk mengendalikan gadis itu.
"Turuti atau mau lebih lama dalam keadaan seperti ini? Hmm?" tawar Ghani yang selalu terdengar seperti sebuah ancaman bagi Rinda.
Mau tidak mau, dan karena memang Rinda ingin sesi pemotretan ini cepat selesai, akhirnya gadis itu menurut juga. Meskipun di dalam hati sangat jengkel, karena ia menilai bahwa Ghani sedang mengambil kesempatan.
"Udah punya cewek, juga. Masih aja ambil kesempatan," cicit Rinda dengan suara lirih dan bahkan hampir tidak terlihat seperti tengah berbicara. Sehingga tidak menimbulkan kecurigaan para orang tua yang sedang menonton sesi pemotretan mereka.
Namun, Ghani masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Pria itu pun menarik sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman yang sangat tipis. Hampir tidak terlihat sama sekali jika tidak ditatap dari jarak yang sangat dekat.
"Kenapa? Cemburu?" Ghani mendekatkan wajahnya sedikit menunduk karena perbedaan tinggi mereka, seraya mengangkat alisnya. Menarik satu sudut bibirnya ke atas.
Membuat Rinda yang mendengar pertanyaan Ghani itu pun reflek menatap lekat ke arah pria itu dengan ekspresi kaget. Di tambah lagi tangannya yang mencengkeram erat di dadaa Ghani.
Sementara Ghani tetap tidak memindahkan tangannya di pinggang Rinda. Tentu saja, momen tersebut tidak di si akan oleh sang fotografer. Beliau langsung mengambil beberapa kali jepretan.