Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Bab 7
Jika Nadia ingin menangis saat ini tentu bisa saja dia lakukan, jika ingin takut maka dia pun akan jadi sangat takut.
Tapi sekuat tenaga wanita itu coba berdiri dengan tegap, coba memberikan tatapan yang datar. Dia hanya mampu menggenggam erat kedua tangannya untuk menyembunyikan semua kegundahan itu.
Nadia bahkan telah siap andai di ruangan Aslan akan ada Cindy, telah siap jika pada akhirnya Aslan mengakui tentang perselingkuhan itu dan lebih pilih bersama sang mantan.
Meski rela tapi tetap saja akan ada luka yang menganga, tapi Nadia siap menerima perih itu.
"Bagaimana bisa kamu ada disini?" tanya Aslan, baru selangkah Nadia masuk ke ruangan itu kini lengannya sudah dicengkeram kuat oleh Aslan.
Di dalam ruangan itu hanya ada mereka berdua.
Ruangan yang cukup luas bahkan ada sofa panjang. Nadia tersenyum getir, mungkin di sofa itu pula lah Aslan sering menghabiskan waktunya bersama Cindy.
Sekuat tenaga Nadia menepis tangan Aslan, bahkan mendorong pria itu untuk menjauh.
"Jaga sikap mu Mas, ini bukan di rumah. Aku bisa teriak dan membuat semua orang tahu pertengkaran kita."
"Jangan pancing amarah ku Nad, bagaimana bisa kamu ada disini? dan ini apa? hah? tanda karyawan!"
"Kamu lupa!! uang belanja kamu yang pegang, apa 3 hari ini kamu ada memberi ku uang! aku sampai hutang ke Risma dan dia memberiku pekerjaan ini!!" marah Nadia, tatapannya tak kalah tajam, bicaranya pun lebih menggebu.
"Kenapa tidak menelpon ku dan minta uang?!"
"Sebenarnya bagimu aku istri atau pengemis?"
Aslan tergugu.
Entah kenapa begitu sulit untuk menjawab pertanyaan itu.
Sementara Nadia menatap nanar. Ingin sekali semuanya dia kuak sekarang, tapi tidak, Nadia harus sabar.
Amarah tidak akan pernah membuatnya untung. Agar Zayn jatuh ke pengasuhannya, dia harus dapat bukti perselingkuhan Aslan dan Cindy.
"Sekarang terserah kamu, kamu memberiku uang ku terima, tidak ya sudah."
Setelah mengatakan itu Nadia keluar, langsung bersitatap dengsn Cindy yang meja kerjanya ada di depan ruangan ini.
Nadia tersenyum miring, menatap hinna. Sebuah senyum yang membuat wanita cantik itu meradang.
Kurang ajjar, apa dia meremehkan aku? apa dia tahu hubungan ku dengan mas Aslan?
Cih! dasar upik abu. Jangan kira mentang-mentang kamu disini hubungan kami akan berakhir, tidak akan pernah!
Dan dengan dadda yang masih bergemuruh hebat, Nadia pun turun ke lantai 2, dimana ruangannya berada.
Duduk dan membuang nafasnya perlahan.
Hanya bisa menyerahkan semua pada Tuhan, tiap kali dia menyebut nama Tuhan ada ketenangan yang bisa dia rasakan.
Jam istirahat.
Nadia membawa bekal.
Disaat semua orang pergi ke kantin perusahaan atau ke cafe-cafe terdekat. Nadia pilih untuk mendatangi taman kecil yang ada di belakang perusahaan ini. Saat berkeliling waktu itu dia tak sengaja melihatnya.
Duduk disana Nadia mulai menyantap makanannya.
Tidak sadar jika dari lantai 5 sang Direktur Utama memperhatikan.
"Steve, ayo keluar," ajak Jacob.
Penasaran dengan apa yang dilihat oleh sang Boss, Jacob pun mendekat ke dinding kaca sana, sama-sama melihat Nadia.
"Wanita itu lagi, apa kamu mulai tertarik dengan wanita?" tanya Jacob, tentu saja dengan bibir yang tersenyum.
Steve adalah seorang duda tanpa anak, istrinya telah meninggal. Dan semenjak itu dia tidak pernah lagi dekat dengan wanita manapun.
Tapi Nadia selalu muncul dan masuk ke dalam pikirannya.
"Wanita itu aneh, sampai aku ingin menyelidiki apa keanehan yang dia punya."
Jacob tertawa.
"Perintah diterima, aku akan menyelidiki dia."